Kembangkan TPA Sampah Jadi Budidaya Cacing Tanah

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Sliwung, Kecamatan Panji Situbondo yang dikembangkan menjadi tempat budidaya cacing tanah. [ sawawi/bhirawa].

Situbondo, Bhirawa.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Situbondo punya gagasan menarik dalam pengembangan kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang ada di kawasan Desa Sliwung Kecamatan Panji. Baru baru ini, kawasan yang dipenuhi tumpukan aneka sampah organik dan non organik itu bakal dijadikan tempat yang menyenangkan bagi warga setempat. Tempat yang awalnya tampak kumuh nantinya disulap menjadi tempat yang sejuk dan memikat warga.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo Cholil membenarkan, TPA milik Pemkab Situbondo yang berlokasi di Desa Sliwung, Kecamatan Panji itu disulap jadi tempat yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Selain sampah dikelola jadi gas mitan pengganti elpiji, kata Cholil, kini Dinas Lingkungan Hidup melakukan budidaya cacing tanah di sekitar TPA. “Budidaya cacing tanah ini nantinya akan memanfaatkan tumpukan limbah sampah basah,” ujar mantan Kabid Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Situbondo itu.
Cholil, mengaku, saa ini pihaknya memanfaatkan peralatan yang ada untuk mengelola sampah, karena menghindari terjadinya gunung sampah yang dipicu oleh kiriman sampah rumah tangga dan sampah lainnya. Sampah yang ada di TPA itu, ujarnya, akan dikelola dengan baik agar ramah lingkungan dengan menggunakan system ‘Sanitary Renville’. “Sistem ini mengandung makna membuang dan menumpuk sampah ke dalam tempat yang cekung serta menutupnya,” papar Cholil.
Menurut Cholil, sampah itu nantinya tidak bisa dijual atau diresidu namun sampah itu bisa kembali diolah dengan menggunakan metodelogi “Sanitary Renville’ itu. Dengan demikian, papar Cholil, akan menghasilkan gas metan pengganti elpiji.
Saat ini, papar Cholil lagi, sampah yang ada di Situbondo bisa menghasilkan gas mitan untuk 50 rumah tangga. “Namun untuk sementara pemanfaatan gas mitan pengganti elpiji baru 10 KK  yang ada di sekitar lokasi TPA. Itu tercatat sejak awal Maret lalu. Kini dengan sistem tehnologi itu warga sekitar TPA tidak perlu lagi membeli LPG untuk kebutuhan memasak,” tandas Cholil.
Cholil menuturkan, selain itu kini pihaknya juga memanfaatkan areal TPA untuk berbudidaya cacing tanah yang notabene memiliki nilai ekonomi tinggi. Budidaya ini, urai Cholil, baru pertama kalinya dilakukan karena disamping memiliki nilai ekonomi tinggi, komoditas cacing tanah juga dapat mereduksi sampah-sampah pasar.
Masih kata Cholil, sampah yang sudah membusuk menjadi makanan utama cacing tanah itu sisanya bisa dijadikan untuk pupuk kompos. “Tanah yang bercampur kotoran cacing itu ternyata bisa menjadi tempat berkembang biaknya hewan itu dan selanjutnya bisa menjadi pupuk kascing yang baik untuk kesuburan tanaman,” ungkapnya.
Cacing tanah itu, ucap Cholil, juga bisa dipanen tiap empat bulan sekali dengan mampu dilempar ke pasaraan sebesar Rp 65.000/kg-nya. Ia mengatakan pemanfaatan sampah di TPA, merupakan bagian dari rencana revolusi sampah kawasan perkotaan.
Apalagi pada tahun 2018 mendatang kawasan tumpukan sampah di TPA Sliwung akan diusulkan jadi pusat tenaga pembangkit listrik. “Ini sudah kami programkan dan tahun depan sudah bisa direalisasikan,” pungkas Cholil. [awi]

Tags: