Kemenperin Dorong Mahasiswa Garap Industri Kreatif

Penandatanganan MoU antara BPIPI dengan UK Petra dalam bidang industri kreatif terutama Foodwear yang disaksikan Wagub Emil Elestianto Dardak dan Dirjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Gati Wibawaningsih.

Jawa Timur Jawab dengan Program Milenials Job Center
Surabaya, Bhirawa
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk mengembangkan kemampuannya dibidang industri kreatif melalui Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC) 2019, yang merupakan 3-in-1 Creative Footwear Competition yaitu Design, Photography & Videography. Bekerjasama dengan Balai Pengembangan Industri Persepatuan (BPIPI), Kemenperin ingin fokus pada pembinaan pengembangan alas kaki di Indonesia.
Diungkapkan Dirjen Industri kecil, Menengah dan Aneka, Gati Wwibawaningsih dalam rangkaian kegiatan IFCC tersebut, pihaknya melakukan makers talk. Tujuannya, sebagai media knowledge sharing dan memberikan inspirasi serta wawasan kepada generasi muda agar mampu menangkap peluang dan terus menciptakan karya terbaik. Oleh karena itu, Kemenperin melalui BPIPI menggandeng Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya untuk menekan MoU (Kesepahaman).
“Kita di divisi (Kemenperin) ini punya unit produksi yang hanya untuk praktik. Jadi kalau mahasiswa Petra maupun masyarakat ingin belajar dalam kemampuan desain sepatu terutama, tas dan baju kita fasilitasi,”ungkap dia, Selasa (19/3). Sehingga, kata dia, dengan diadakannya acara tersebut sistem pendaftaran pelatihan bisa menggunakan sistem digitalisasi di mana pihaknya bisa melihat profesi dan peminatan peserta untuk memudahkan pemetaan pengembangan kemampuan.
“Misalkan ada yang daftar dari sini (UK Petral) pihak rektor akan menyeleksi dari 60 hingga dapat peserta 40 mahasiswa. Jumlah itu yang akan mengikuti pelatihan,” ujar dia.
Dukungan pemerintah provinsi untuk sektor industri kreatif juga terlihat dari dibentuknya program Milea Job Center, yang berfokus pada pembangunan ekosistem. Seperti halnya, kompetisi IFCC yang diadakan Kemenperin yang menekankan pada desain, videografi dan fotografi. “Ketiga kompetensi ini terintegrasi. Tidak bisa bikin sepatu tanpa di videokan sebagai tematiknya, atau fotografi sebagai tematik. Ini menjadi sebuah satu kesatuan,” ungkap dia. Oleh karena itu, lanjut dia, kita ingin menumbuhkan profesional-profesional yang bergerak di bidang tertentu yang kemudian akan difasilitasi oleh milenials job center. Namun, untuk proses awal program milenials job center akan terfokus pada pemantapan dan pengembangan passion dan talenta.
“Di awal kita carinya bukan duit. Tapi pengalaman. Nanti kalau sudah tahu talenta dan passionnya ini akan berkembang dengan sendirinya,”urai dia.
Dengan begitu, diharapkan akan semakin banyak tenaga profesional. Sehingga startup, intitusi akan membutuhkan mereka dengan kompetensi yang dimiliki.
Ditegaskan Wagub Emil, program Milea berbeda dengan BLK (Balai Latihan Kerja). Karena program Milea memfokuskan psda dua aspek. Yakni pelatihan dan keterampilan dalam bekerja. “Milea ini bentuknya menjawab tantangan hari ini. Bentuknya rill sesuai yang dibutuhkan lapangan. Misalnya bidang sosial media dan managemen digital marketing yang belum tergarap secara penuh,”katanya.
Untuk menguji skema Milea (Milenials Job Center), rencananya pemprov akan meluncurkan program tersebut tahun ini. Sasarannya, bisa perguruan tinggi maupun jenjang SMA/SMK yang fokus pada bidanh entrepeneurship.
“Saya ambil contoh di Petra, kita bisa mengajak mahasiswanya ikut menjadi clientnya. Sementara yang bertindak mentor dari pihak industri kreatif seperti Bukalapak, Bli-bli, Tokopedia dan Telkom,” pungkas dia
Sementara itu, Rekor UK Petra, Prof Djwantoro menambahkan jika sektor industri kreatif punya peluang yang banyak untuk tantangan era industri 4.0 atau era digitalisasi. Sebab, menurut dia hanya kreatifitas yang tidak bisa digantikan oleh robot maupun otomasi.
“Mahasiswa kita dan SMK ini kreatifitasnya luar biasa. Potensi kreatifitas mereka ini tidak kalah. Yang paling penting dari segi pendidikan adalah jumlah produksi tukang insiyur (tenaga pelatihannya) yang harus diperbanyak,” papar dia.
Kerjasama yang dibangun dengan BPIPI juga diharapkan oleh Prof Djwantoro bisa dimanfaatkan sebanyak-banyak oleh mahasiswanya. Sebab, tidak hanya difokuskan pada pelatihan desain,melainkan juga magang, program kuliah tamu, penelitian dan abdimas.
“Kita memang dalam MoU fokusnya di fakultas bisnis dan ekonomi. Tapi kedepan, ini akan dikembangkan ke program studi lainnya. Seperti teknik industri dan desain,” pungkas dia. [ina]

Tags: