Kemenristek RI Dorong PTN Jadi Technopark

Kemenristek-Dikti M Natsir saat meninjau hasil inovasi karya mahasiswa di ITS, Kamis (10/9). [adit hananta utama/bhirawa]

Kemenristek-Dikti M Natsir saat meninjau hasil inovasi karya mahasiswa di ITS, Kamis (10/9). [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Kementerian Riset Dan Teknologi Perguruan Tinggi (Kemenristek-Dikti) terus mendorong Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk mengembangkan riset. Terutama PTN yang telah berstatus Berbadan Hukum (BH).
Untuk mewujudkan itu, Menristek-Dikti Mohammad Nasir menguraikan program hilirisasi produk inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. Yaitu, PTN memiliki wadah untuk menampung seluruh riset yang dihasilkan lantas diubah menjadi produk industri. Salah satunya dengan mendirikan Techno Park seperti yang sudah dikembangkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
“Saya mendukung sekali Techno Park (Science and Technology Park) yang diusung ITS, karena bisa menjadi wadah atau pusat mengembangkan produk riset,” tutur Nasir saat berkunjung di kampus ITS, Kamis (10/9).
Nasir mengungkapkan, di Indonesia ada 11 PTN yang menjadi PTN-BH. Semula hanya 7 PTN, kemudian ada tambahan 4 PTN yang baru, termasuk ITS ini. Status PTN-BH adalah level paling tinggi. Karena itu, PTN- BH dituntut harus bisa mandiri dalam bidang akademik maupun non akademik.
“Tanggung jawab PTN-BH pastinya lebih tinggi dibandingkan PTN-BLU (Badan Layanan Umum).Termasuk dalam prestasi. Kalau tidak memiliki prestasi lebih, status PTN-BH bisa saja diturunkan kembali jadi PTN-BLU,” paparnya.
Tanggung jawab serta beban tinggi ditanggungkan dipundak PTN-BH. Kemenristek- Dikti memiliki target 11 PTN-BH tersebut bisa masuk peringkat 500 besar PTN terbaik di dunia. “Kami memiliki target bisa masuk 500 besar dalam 10 tahun mendatang,” katanya.
Namun, tidak dipungkiri oleh Nasir, masih banyak kendala menuju target tersebut. Riset ini menjadi kunci utama. “Saya lihat masih banyak riset yang dibiarkan begitu saja, tidak dikembangkan menjadi produk industri,” terang Nasir.
Kendala lainnya adalah sebagian besar PTN di Indonesia masih kurang dalam mutu laboratorium. Padahal menurut Nasir, laboratorium menjadi sarana yang paling penting dalam pengembangan riset dan teknologi. “Nantinya saya punya rencana, PTN bisa bekerjasama dengan industri dalam pengelolahan riset,” tambahnya. Dalam waktu dekat, Nasir bakal mengundang seluruh rektor PTN-BH. “Kami akan membahas rencana lebih lanjut untuk lebih mengembangkan riset,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Badan Inovasi dan Bisnis Ventura (BIBV) ITS Dr Raja Oloan Saut Gurning menjelaskan, ada empat komponen yang terdapat di Technopark ITS. Antara lain, sektor maritim, teknologi informasi dan komunikasi, otomotif, serta industri kretif.
Dia melanjutkan sebagian produk ITS sudah masuk dalam tahap hilirisasi. Pada bidang maritim misalnya, terdiri dari produk desain, komponen kapal, dan produk kontainer kecil, rancang bangun sistem perpipaan. Sedangkan dalam bidang energi dan otomotif antara lain bus listrik, motor listrik, komponen mobil, dan produk electric car. “Meski kami ridak memiliki prodi bidang pariwisata, namun industri kreatif, kami telah membantu desain pulau dan modifikasi sebagai objek wisata,” terang Saut. [tam]

Tags: