Kementerian LH Kunjungi SMPN I Situbondo

Dua perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen-LH) Hindarti dan Fitriah, saat melakukan penilaian hasil karya siswa dalam rangka tahapan Adiwiyata Nasional di SMPN I Situbondo, kemarin. [sawawi/bhirawa].

Dua perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen-LH) Hindarti dan Fitriah, saat melakukan penilaian hasil karya siswa dalam rangka tahapan Adiwiyata Nasional di SMPN I Situbondo, kemarin. [sawawi/bhirawa].

Situbondo, Bhirawa
Dua perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen-LH) Republik Indonesia, mengunjungi civitas SMPN I Situbondo, di Jalan PB Sudirman, Jumat pagi kemarin (13/11). Kedatangan dua srikandi Kemen-LH RI itu dalam rangka untuk melakukan peninjauan sekaligus penilaian tahapan peserta Adiwiyata Nasional (penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup). Tim penilai datang sekitar pukul 07.00 wib, dengan disambut Sekda Syaifullah beserta Kepala Sekolah SMPN I Situbondo, Tatik Krisnawati.
Usai melakukan penyambutan, dua tim penilai adiwiyata nasional mendengarkan paparan Sekda Syaifullah dan Tatik Krisnawati, perihal tahapan dan program pelaksanaan sebelum menuju adiwiyata nasional. Diantaranya, sebut Tatik, deretan program lingkungan di internal sekolah hingga tahapan program dalam kegiatan adiwiyata tingkat Prov Jawa Timur. Dua program unggulan SMPN I Situbondo, diantaranya Program Semut (Semua Harus Dipungut) dan program Sidarling (Sswa Sadar Lingkungan) juga ikut diungkap tuntas dihadapan perwakilan Kementerian LH, kemarin.
Menurut Tatik Krisnawati, ada empat komponen yang masuk dalam katagori penilaian adiyata nasional. Diantaranya, sebut Tatik, kebijakan kepala sekolah, kurikulum yang terintegrasi dengan lingkungan hidup, partisipasi dan kemitraan serta terakhir kelengkapan sarana pendukung. “Semua itu, sudah dilaksanakan SMPN I Situbondo, sehingga prospek untuk meraih penghargaan adiwiyata nasional sangat besar sekali,” tegas Tatik Optimis.
Menurut Tatik, selain itu ada dua bidang lain yang ikut dinilai secara detail oleh Kementerian LH yakni, dokumentasi empat komponen dan bukti langsung dilapangan. Salah satu misalnya, program 3-R (Reuduce, Reuce dan Recycle) bisa dipraktekkan langsung di lapangan.
“Siswa kami bisa membuat bahan baju dan lampu hias dari bahan 3 R tadi. Misalnya, dari plastik, koran bekas dan kertas bisa dijadikan baju. Lalu komposing (pembuatan pupuk) dan  kebun lidah buaya serta budidaya ikan langsung ada di lapangan,” paparnya.
Semua program lingkungan hidup itu, urai Tatik, melibatkan peran siswa secara maksimal didalam sekolah. Misalnya, penanaman pohon dan sistem perawatan dilakukan oleh para siswa sendiri. Termasuk diantaranya, sebut Tatik lagi, barang barang yang tidak dipakai itu dibersihkan oleh siswa agar bisa berfungsi kembali.
“Setelah kita lolos adiwiyata nasional, dua tahun lagi kita akan mengikuti jenjang adiwiyata mandiri. Kalau piala adiwayata Mandiri ini diserahkan oleh Presiden. Sedangkan untuk adiwiyata nasional diserahkan oleh Kementerian LH,” pungkas Tatik yang mengaku mendapat dukungan penuh dari semua elemen di Kab. Situbondo.
Sementara itu dua perwakilan Kementerian LH, Hindarti dan Fitriyah, mengungkapkan, bahwa hasil penilaian dan kunjungan dirinya di SMPN I Situbondo masih belum bisa dijawab semua karena masih menunggu tahapan yang lain.
Misalnya, urai Hindarti, soal pengolahan data dan rapat dengan DPA (Dewan Pertimbangan Adiwiyata) di Jakarta. “Kami saat ini masih belum bisa menentukan. Sebab itu semua memerlukan kinerja  tim dan kami saat ini hanya klarifikasi soal 33 unsur dan 4 komponen penting dalam tahapan adiwiyata yang dilaksanakan SMPN I Situbondo,” ujarnya di sela-sela meninjau stand hasil karya siswa kemarin. [awi]

Tags: