Kementerian Perindustrian dan ABB Dukung The Making of Indonesia 4.0

Head of Robotics & Discrete Automation ABB Indonesia, Mugi Harfianza bersama Presiden Direktur ABB Indonesia, Michel Burtin, Kepala Pusat Penelitian & Pengembangan IKFLMATE Kemenperin, Sony Sulaksono dan Head of Motor & Generator ABB Indonesia, Chen Kang Tan dalam Roadshow Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) di Empire Palace Surabaya, Selasa (17/9). [Achmad tauriq/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Roadshow Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) yang digelar Kementerian Perindustrian ini menjadi ajang bagi para stakeholder untuk menunjukkan hasil dan capaian implementasi industri 4.0 sebagai tindak lanjut dari assesmen mm 4.0.
Kepala Bidang Pengkajian Penerapan Teknologi Industri pada Kementerian Perindustrian Indonesia, Bambang Riznanto saat membuka Roadshow INDI 4.0 di Empire Palace Surabaya, Selasa (17/9) mengungkapkan pendampingan implementasi industri 4.0 ini telah dilakukan Kementerian Perindustrian dalam rangka pelaksanaan peta jalan Making Indonesia 4.0.
Kementerian Perindustrian telah melakukan assesmen INDI 4.0 terhadap 326 perusahaan industri dengan rentang skor 1-2 sebanyak 166 perusahaan industri (50,92 persen) yang menunjukkan kesiapan awal implementasi industri 4.0, sedangkan skor 2-3 sebanyak 116 perusahaan lndustri (35,58 persen) yang menunjukkan kesiapan sedang dan skor 3-4 sebanyak 22 perusahaan industri (6,75 persen) yang menunjukkan telah menerapkan industri 4.0.
“Asesmen ini memberikan ‘positioning’ industri di lndonesia akan kesiapannya dalam bertransformasi menuju industri 4.0, sehingga pemerintah dapat membuat kebijakan dan program yang tepat dalam melakukan transformasi industri 4.0,” jelasnya.
Sementara itu ABB Indonesia sebagai perusahaan teknologi terdepan dunia, terus berkomitmen mendukung roadmap Pemerintah dalam ‘Making Indonesia 4.0’ dengan menghadirkan serangkaian teknologi digital lintas industri berupa solusi smart sensor, digital power train serta robot YuMI.
“Kami berkomitmen untuk menjadi bagian dari transformasi digital ekonomi Indonesia. Baik itu mengenai efisiensi energi, manufaktur maju atau infrastruktur perkotaan, ABB memiliki produk, solusi, dan penawaran layanan yang luas untuk melengkapi peta jalan Indonesia di masa depan dalam revolusi industri keempat, ” terang Presiden Direktur ABB Indonesia, Michel Burtin.
Michel menambahkan dunia sedang mengalami perubahan teknologi transformasional, perubahan revolusioner yang disebut revolusi industri keempat (Industri 4.0) ini berdampak pada cara orang hidup, bekerja dan berkomunikasi, pemerintahan, pendidikan, perawatan kesehatan dan perdagangan serta berdampak pada lanskap industri dan energi global. “Teknologi digital mendorong transformasi cepat di seluruh industri, sistem energi juga berubah terutama didorong oleh energi terbarukan,” ujarnya.
Dengan pertumbuhan sejumlah sektor industri manufaktur yang kian meningkat, ABB menawarkan teknologi inovatif terbaru dengan menghadirkan ABB Ability ™ Digital Powertrain dengan drive demo terintegrasi, motor dengan sensor dan pompa cerdas, serta IRB 14000 YuMi ® robot bergerak untuk melakukan perakitan.
“Making of Indonesia 4.0 akan menjadi pendorong pertumbuhan yang kuat untuk memperkuat posisi Indonesia di kawasan dan dunia. Sebagai pemimpin teknologi dengan kehadiran kuat di Indonesia selama lebih dari 30 tahun, ABB Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dari transformasi ini,” jelas Michel Burtin.
Sementara dari hasil riset McKinsey, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan optimisme tertinggi dalam menerapkan industri 4.0, yakni sebesar 78 persen. Di atas Indonesia terdapat Vietnam sebesar 79 persen, di bawah Indonesia ditempati Thailand sekitar 72 persen, Singapura 53 persen, Filipina 52 persen dan Malaysia 38 persen.
Riset McKinsey juga menunjukkan, industri 4.0 akan berdampak signifikan pada sektor manufaktur di Indonesia. Misalnya, digitalisasi bakal mendorong pertambahan US$150 miliar atas hasil ekonomi Indonesia pada 2025. Sekitar seperempat dari angka tersebut, atau senilai US$38 miliar dihasilkan oleh sektor manufaktur.[riq]

Tags: