Kementerian PUPR Bantu Mesin Pencacah ke Pemkot Probolinggo

Foto: Walikota Rukmini mencoba mesin pencacah plastic dari kementrian PUPR.

Kota Probolinggo, Bhirawa
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Penerapan Teknologi Jalan dan Jembatan secara simbolis menyerahkan satu unit mesin pencacah kantong plastik kepada Wali Kota Probolinggo.
Mesin tersebut nantinya digunakan Badan Lingkungan Hidup untuk pengelolaan sampah plastik di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Kegiatan tersebut berlangsung di Aula TPA Bestari Kota Probolinggo.
Kepala Balai Litbang Penerapan Teknologi Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR, Satrio Sang Raksono, Selasa (9/10) menjelaskan sampah plastik merupakan permasalahan lingkungan hidup yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan Dunia. Sampah plastik tidak hanya menjadi masalah di perkotaan, namun juga di lautan.
Karena, sampah plastik tidak mudah untuk dihancurkan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan akan menimbulkan permasalahan untuk penanganannya.
Kota Probolinggo adalah salah satu Kota wilayah KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Mesin pencacah ini digunakan untuk memproduksi cacahan sampah plastik kresek sebagai bahan campuran aspal dalam rangka pengelolaan lingkungan di kawasan pariwisata Gunung Bromo.
“Mesin ini merupakan bentuk kesungguhan Kementerian PUPR untuk mengurangi jumlah limbah plastik, khususnya kantong plastik kresek melalui penerapan Teknologi Aspal Plastik,”ujarnya.
Mesin didistribusi oleh PT Barata Indonesia dan bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM). Mesin buatan mahasiswa UGM tersebut digunakan untuk mengolah sampah plastik menjadi bahan campuran aspal untuk pembangunan ruas jalan. Mesin ini dioperasikan dan berkapasitas 15 sampai 20 Kg kantong plastik per jam. Plastik yang digunakan harus kering dan bebas dari bahan logam atau batu. Setelah pemakaian mesin pencacah selama satu jam harus dimatikan atau diistirahatkan selama 15 menit, baru bisa digunakan kembali.
Wali Kota Probolinggo, Rukmini mengucapkan terima kasih atas bantuan mesin pencacah plastik yang akan dimanfaatkan untuk mengelola limbah plastik kresek menjadi bahan campuran aspal untuk pembangunan jalan di Kota Probolinggo.
Saat ini penanganan sampah di Kota Probolinggo masih memprihatinkan. Masyarakat Kota Probolinggo masih belum sadar betul tentang kebersihan lingkungan, masih ada saja yang membuang sampah di sungai. Dengan adanya mesin ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat untuk sampah plastik harus dikumpulkan di Bank Sampah. “Saya berharap dengan mesin pencacah plastik ini diharapkan bisa bermanfaat untuk mengurangi limbah plastik yang ada di Kota Probolinggo. ,”ujarnya
Pengelolaan sampah masih menjadi isu utama terkait lingkungan hidup di Kota Probolinggo. Terutama, berkaitan dengan sampah plastik yang kerap menjadi salah satu faktor pencemaran lingkungan, termasuk di laut, ujarnya.
Inilah yang membuat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo fokus untuk pengendalian sampah plastik. Termasuk, upaya untuk mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami telah menyampaikan kepada Wali Kota tentang perlunya pengendalian sampah plastik. Perlu upaya konkret dari pemerintah daerah dan masyarakat untuk mengendalikan sampai plastik,” ujar Kepala DLH Kota Probolinggo Budi Krisyanto.
Budi mengatakan, akan dipersiapkan peraturan Wali Kota untuk mengurangi sampah plastik. Dengan adanya peraturan ini, diharapkan dapat mengurangi banyaknya sampah plastik. “Harapannya, pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun swasta ikut mengendalikan sampah plastik. Dari hal yang sederhana saja, termasuk mengurangi sedotan plastik. Sedotan plastik yang masuk ke laut bisa lebih banyak dari pada ikannya,” ujar mantan kepala Dinas Perikanan Kota Probolinggo ini.
Budi juga mengungkapkan, Kota Probolinggo mempunyai garis pantai sepanjang 7 kilometer. Harapannya, garis pantai ini bisa benar-benar bebas dari sampah plastik. “Setiap kegiatan kami mengurangi sedotan, gelas, dan botol dari plastik. Bisa misalnya mengganti sedotan plastik dengan sedotan bambu,” paparnya.
Selain sedotan plastik, juga perlu adanya langkah nyata untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Misalnya, dengan menggunakan kantong kain untuk belanja. “Plastik tidak bisa diurai begitu saja. Perlu waktu lama. Apalagi, sampah plastik yang masuk ke laut juga bisa tertelan ikan,” tandasnya.
Secara global setiap hari warga Kota Probolinggo menghasilkan 60 ton sampah. Dari jumlah itu, sekitar 10 persen merupakan sampah plastik. “Sehingga, diperkirakan setiap hari ada 6 ton sampah plastik. Perlu ada langkah konkret untuk mengurangi sampah plastik. Setiap tahun bisa mengurangi sampah plastik 2-5 persen itu bagus,” tambahnya.(Wap)

Tags: