Kemeriahan Pesta Rakyat Sambut Perayaan HUT Kemerdekaan RI

Warga Surabaya dari berbagai komunitas menggelar upacara Hari Kemerdekaan RI ke-71 di kawasan hutan mangrove Wonorejo, Rabu (17/8) kemarin. [gegeh bagus]

Warga Surabaya dari berbagai komunitas menggelar upacara Hari Kemerdekaan RI ke-71 di kawasan hutan mangrove Wonorejo, Rabu (17/8) kemarin. [gegeh bagus]

Surabaya, Bhirawa
Banyak cara dilakukan warga dalam menggelar upacara HUT Kemerdekaan RI ke-71, Rabu (17/8). Salah satunya dilakukan di kawasan hutan mangrove Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya. Puluhan warga yang tergabung dalam Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR), Komuntas Nol Sampah, jurnalis dan para petani melakukan upacara peringatan 17 Agustus di kawasan konservasi.
Tepat pukul 08.00, mereka mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih. Upacara detik-detik proklamasi ini dilakukan di atas perahu dengan mengelilingi hutan bakau. Ada empat perahu dengan diisi masing-masing 5-10 orang. Selain orangtua, upacara tersebut juga diikuti oleh anak-anak. Saat pengibaran bendera pun, perahu membentang di atas Sungai Wonorejo.
Inspektur upacara Herman Rivai mengatakan, pemilihan lokasi upacara HUT Kemerdekaan RI ke-71 memang sengaja dilakukan di hutan mangrove. Semuanya sesuai tema upacara yakni ‘Menanam Masa Depan untuk Kemerdekaan Anak Cucu.
“Kemerdekaan sudah seharusnya diisi dengan upaya-upaya kerja yang bisa menjadikan anak cucu kita kelak menjadi manusia yang merdeka dan berdiri tegak sejajar bersama warga bangsa-bangsa dunia,” kata Herman Rivai yang juga Ketua Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR) usai upacara.
Mantan Wakil Ketua DPRD Surabaya era 90an ini berharap semangat kemerdekaan tetap berkobar di mana-mana.  Menurutnya, perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan harus terus dijunjung tinggi sampai kapanpun. Dengan semangat kemerdekaan tersebut bangsa Indonesia akan tetap kuat.
Setelah melakukan upacara, mereka juga melaksanakan kegiatan penanaman mangrove dan memungut sampah di sepanjang sungai. Selain itu, juga dilakukan pengamatan terhadap burung yang dipandu langsung oleh ahli tentang burung migran, Iwan Londo.
Iwan Londo mengaku baru kali pertamanya ada pelaksanaan upacara bendera di muara Wonorejo. Menurutnya, ada sisi menarik dari pelaksanaan upacara. Pertama, bicara nasionalisme. Kedua, bicara lingkungan. “Karena di muara Wonorejo merupakan pusat mangrove dan burung migran,” tuturnya.
Sekretaris Pecinta Surabaya RAR Isa Anshori juga sependapat upacara di muara Pamurbaya yang menjadi salah satu pusat mangrove mengedepankan nasionalisme dan kecintaan akan lingkungan. “Usai upacara ini, kami semua juga menanam mangrove yang diartikan sebagai menanam masa depan. Kemerdekaam ini juga akan diwariskan ke anak-cucu kita,” sebut Isa.
Pungut sampah tak ketinggalan dilakukan. Ketua Komunitas Nol Sampah Wawan Some juga mengaku banyak sampah terutama plastik yang terbawa arus ke muara “Plastik ini bisa mematikan tanaman mangrove. Mangrove yang tertutup atau terlilit sampah plastik akan sulit tumbuh, berkembang dan akhirnya mati,” ungkap pria kelahiran Sumbawa ini.
Wawan Some juga mengkritik banyaknya perumahan yang dibangun di sekitar hutan mangrove.  Ini ancaman yang perlu diwaspadai. Apalagi di Wonorejo sudah ada jalan dan jembatan untuk menuju perumahan yang masuk dalam kawasan lindung.  ” Padahal, manfaat dan fungsi mangrove salah satunya sebagai habitat bagi satwa liar. Kalau terlalu ramai, satwa liar bisa stress. Mereka butuh kemerdekaan juga,” katanya.
Sementara itu di Nganjuk, upacara peringatan detik-detik proklamasi Kemerdekaan RI ke-71 oleh komunitas sepeda antik (Kosti) Kabupaten Nganjuk berlangsung tidak seperti biasa. Uniknya, prosesi upacara menggunakan Bahasa Jawa dan para peserta juga mengenakan kostum wayang orang dan pakaian tradisional Jawa.
Upacara yang dilangsungkan di lapangan Kelurahan Kartoharjo Kecamatan Nganjuk, Rabu (17/8) itu berlangsung sejak pukul 09.00. Para peserta upacara berdiri di samping sepeda ontel masing-masing. Mereka mengenakan pakaian adat Jawa sementara petugas upacara mengenakan kostum wayang orang.
Seperti komandan upacara yang mengenakan kostum wayang dengan karakter Bimasena, kemudian petugas pengibar bendera mengenakan kostum Punokawan yakni Gareng, Petruk dan Bagong. Demikian juga dengan Ketua Kosti Suratman Dya Susanto yang menggagas acara unik ini juga mengenakan kostum wayang orang Raja Wirata.
Seluruh pelaksanaan upacara menggunakan bahasa Jawa, sehingga aba-aba dari pemimpin upacara, protokol yang dibacakan pembawa acara, semuanya diucapkan dalam Bahasa Jawa. Luar biasanya lagi, anggota DPR RI Moh Suryo Alam yang menjadi inspektur upacara juga mengenakan kostum wayang orang karakter Batara Kresna. Dan saat memberikan sambutannya, Suryo Alam juga menyampaikannya dalam Bahasa Jawa.
Meskipun sedikit berbeda dari rutinitas upacara biasanya, suasana khidmat dan santun tetap terjaga di area tersebut. Peserta upacara yang sebagian sudah berusia lanjut tampak tetap berdiri tegak dan lantang menyanyikan lagu-lagu kebangsaan dan wajib nasional. Tak ayal, upacara unik itu menjadi tontonan warga yang merasa terhibur dengan kostum para peserta upacara.
Suratman mengatakan, gagasan peringatan detik-detik proklamasi Kemerdekaan RI ke-71 dengan kostum adat Jawa sengaja dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan kesenian Jawa. Ditambah lagi, di saat era globalisasi ini bangsa Indonesia harus menunjukkan identitasnya baik melalui budaya maupun teknologi. “Kita memiliki budaya Jawa, inilah yang kita tunjukkan sebagai eksistensi bangsa,” terang Suratman saat ditanya Bhirawa.
Sementara, Suryo Alam bersedia menjadi inspektur upacara karena Kabupaten Nganjuk merupakan daerah pemilihannya. Selain itu, Suryo Alam mengaku sangat tertarik dengan ide peringatan detik-detik proklamasi Kemerdekaan RI ke-71 dengan mengenakan kostum wayang orang. “Saya menjadi inspektur upacara, berpanas-panasan tanpa mengenakan baju. Pengalaman yang menarik serta unik, saya suka dengan idenya,” kata Suryo Alam usai upacara.
Sementara itu di halaman Telkom Indonesia Divre V Jl Ketintang Surabaya kemarin juga digelar lomba panjat pinang. Kemeriahan  semakin terasa ketika kelompok-kelompok pemuda berusaha menaklukkan puluhan pohon pinang yang telah disediakan panitia. Berbagai tingkah para peserta membuat pecah gelak tawa warga yang menyaksikan. Mereka berusaha memanjat untuk mengambil hadiah  hadiah berupa DVD player,kipas angin, sembako, dispenser dll. Bahkan bagi yang bisa meraih bendera merah putih maka peserta berhak mendapatkan hadiah utama motor. [geh,ris,iin]

Tags: