Kenaikan BBM, Jatim Alami Inflasi 0,31 Persen

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Kenaikan harga bahan bakar minyak memicu inflasi Jawa Timur mencapai 0,31 persen pada Maret 2015 karena mengakibatkan peningkatan biaya transportasi di wilayah tersebut.
Inflasi tertinggi di Surabaya  sebesar 0,36 persen, diikuti Sumenep dan Malang masing-masing sebesar 0,34 persen. Selanjutnya, Kediri sebesar 0,28 persen, Madiun sebesar 0,27 persen, Jember sebesar 0,15 persen, Banyuwangi sebesar 0,09 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Probolinggo sebesar 0,02 persen.
“Inflasi di Jatim lebih tinggi daripada Nasional sebesar 0,17 persen. Salah satunya Surabaya agak tinggi inflasinya, harap waspada. Kalau kabupaten/kota lainnya masih dalam kategori normal,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Jatim, Sairi Hasbullah, Rabu (1/4).
Dijelaskan Sairi, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah bensin, bawang merah, beras, bahan bakar rumah tangga, angkutan udara, udang basah, telepon seluler, pemeliharaan/service kendaraan, soto, dan rokok kretek filter.  “Kenaikan harga BBM memang memicu adanya kenaikan inflasi,” katanya.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah daging ayam ras, telur ayam ras, tarif kereta api, wortel, cabe rawit, emas perhiasan, batu bata/batu tela, tarif listrik, kentang, dan tomat sayur.
Ditambahkannya, dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi dan dua kelompok mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi adalah kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,97 persen.
Kemudian diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,53 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,48 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,30 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,22 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan dan kelompok sandang masing-masing sebesar 0,35 persen dan 0,02 persen.
Disisi lain, lanjut Sairi, dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Bandung sebesar 0,61 persen, dikuti kota Serang sebesar 0,44 persen, kota Surabaya sebesar 0,36 persen, kota Semarang sebesar 0,25 persen, dan kota Jakarta sebesar 0,19 persen. Inflasi terrendah terjadi di kota Yogyakarta sebesar 0,15 persen.
Dari 82 kota IHK nasional, 54 kota mengalami inflasi dan 28 kota mengalami deflasi. Lima kota yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Manokwari sebesar 0,84 persen, Watampone sebesar 0,83 persen, Gorontalo dan Bogor masing-masing sebesar 0,75 persen, dan Jayapura sebesar 0,71 persen.
Sedangkan 5 kota yang mengalami deflasi tertinggi yaitu Tanjung Pandan sebesar 1,97 persen, Merauke sebesar 1,03 persen, Pare-pare sebesar 1,01 persen, Balikpapan sebesar 0,71 persen, dan Bungo sebesar 0,68 persen.
Untuk laju inflasi tahun kalender (Desember 2014-Maret 2015) Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,02 persen. Inflasi year-on-year (Maret 2015 terhadap Maret 2014) Jawa Timur sebesar 6,07 persen, angka ini lebih rendah dari pada inflasi year-on-year bulan Maret 2014 sebesar 6,59 persen. [rac]

Inflasi Kabupaten/Kota di Jatim
Kabupaten/Kota    Inflasi
Surabaya               0,36 %
Sumenep              0,34 %
Malang                   0,34 %
Kediri                      0,28 %
Madiun                   0,27 %
Jember                  0,15 %
Banyuwangi          0,09 %
Probolinggo          0,02 %.

Tags: