Kendali Suplai Sembako

Pemerintah belum berhasil “menjinakkan” harga minyak goreng, walau telah sebulan melaksanakan operasi pasar. Migor (minyak goreng) tetap langka, terutama di pasar tradisional. Harga migor juga tetap di atas HET (Harga Eceran Tertinggi). Pemerintah perlu tegas menjamin ke-terjangkau-an harga sembako. Sebelum komoditas strategis lain turut melambung di luar kendali. Pedagang di pasar tradisional pelaku usaha mikro dan ultra-mikro (UMUM) hanya bisa melakukan “demo” tutup lapak.

Ke-liar-an harga sembako (sembilan bahan pokok) sudah mulai merangkak, meniru harga migor. Sudah terebukti, harga kedelai (impor) melejit, menyebabkan pengrajin tempe (dan tahu) “demo” berhenti produksi. Begitu pula harga daging sapi juga naik, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Masyarakat mengurangi konsumsi tempe dan tahu, sekaligus mengurangi menu daging sapi. Niscaya berakibat menyusutnya omzet pedagang strata ultra-mikro.

Dua komoditas sembako (kedelai, dan daging sapi) bergantung pada impor. Pemerintah telah menetapkan impor daging tahun 2022 sebanyak 266.065 ton. Menurun dibanding tahun (2021) lalu yang mencapai 284.277 ton. Ancar-ancar kuota impor daging sapi telah memperhitungkan produksi dalam negeri, dan kebutuhan. Sebenarnya produksi peternak dalam negeri sudah meningkat. Diperkirakan mencapai 436.704 ton. Meningkat tipis 3,1% dibanding tahun lalu.

Kenaikan terutama disokong dari Jawa Timur. Dengan program “Intan Selaksa” (Inseminasi Buatan Sejuta Lebih Anakan Sapi), mentarget kelahiran sapi sebanyak 1 juta ekor per-tahun. Terbukti, dengan angka kelahiran sapi sebanyak 1,006 juta ekor. Saat ini di Jawa Timur tercatat menyimpan sapi sebanyak 4,7 juta ekor sapi (27% populasi nasional). Maka wajar di Jawa Timur tidak terjadi kenaikan harga daging sapi. Tetap Rp 120 ribu per-kilogram (kualitas nomor 1, full karkas), dan Rp 70 ribu – Rp 80 ribu, kualitas sederhana.

Kebutuhan daging selama tahun 2022, ditaksir sebanyak 706.388 ton. Selain kebutuhan konsumsi lokal (2,57 kilogram per-kapita se-tahun), juga kebutuhan stok akhir tahun. Kekurangan sapi akan selaras dengan kurangnya susu segar. Konsumsi lingkup nasional susu segar sebanyak 4,5 juta ton per-tahun. Sebesar 70% masih bergantung impor! Sesungguhnya menjadi tantangan, sekaligus “harapan” lapangan pekerjaan sektor peternakan sapi perah. Sangat menjanjikan penghasilan.

Sembako yang lain, kedelai, sudah sebulan dikeluhkan pengrajin tempe dan tahu. Sampai “demo” berhenti berproduksi selama 3 hari, diikuti 30 ribu pengrajin yang seluruhnya berskala unit usaha mikro dan ultra-mikro (UMUM). Terjadi kelangkaan tempe dan tahu nasional. Tempe, dan tahu bukan sekedar menu “wajib” makanan rakyat, melainkan tersaji pula di restoran hotel berbintang. Komoditas kedelai impor sangat menggiurkan. Berpotensi memiliki bargaining position sosial, ekonomi, dan politik.

Kapasitas impor (rata-rata per-tahun) sampai sebanyak 2,6 juta ton, dengan nilai transaksi sebesar US$ 1,2 milyar lebih. Harus berebut pula di pasar global. Terutama suplai dari Amerika Serikat. Kegunaan kedelai yang lebih besar (sekitar 4 juta ton per-tahun), dibutuhkan oleh kalangan industri. Antara lain industri susu nabati, serta pabrik kecap, dan bumbu olahan. Beberapa jenis pangan kudapan (snack), juga berbahan utama kedelai. Harus diakui, secara ke-ekonomi-an, kedelai impor memiliki keunggulan kuantitatif, dan kualitatif.

Pemerintah memiliki tanggungjawab sesuai amanat UU Nomor 18 tahun 2012 Tentang Pangan. Serta UU Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Ketersediaan sembako bukan sekadar urusan satu Kementerian (Perdagangan). Melainkan harus dibahas bersama, termasuk melibatkan Kementerian Koordinator bidang Investasi, dan Kemenkopolhukam. Terbukti di seantero Indonesia, setiap operasi pasar sembako selalu diantre ibu-ibu.

——— 000 ———

Rate this article!
Kendali Suplai Sembako,5 / 5 ( 1votes )
Tags: