Kendalikan OPT dengan Hayati

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Rata-rata petani Jatim masih menggunakan pestisida untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Padahal pengendalian OPT bisa dilakukan dengan cara hayati yang memanfaatkan unsur alam seperti laba-laba, capung dan lainnya.
Kadistan Jatim melalui Koordinator fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Jatim, Susetyohari mengatakan, dikalangan petani, dalam efektivitas penggunaan pestisida memang lebih cepat sehingga penyakit atau hama biasa diatas.
“Petani belum memperhitungkan dampak negatif yang ditimbulkan dari pestisida yang digunakan itu berbahaya atau tidak bagi kesehatan serta lingkungan sekitarnya. Untuk itu, lebih baik kembali pada cara hayati,” kata Hari panggilan akrab Susetyohari.
Selain itu, Hari menerangkan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ini dilakukan dengan berbagai cara, yang pertama dengan budidaya tanaman sehat. “Petani senang sekali dengan pupuk kimia lebih-lebih urea. Padahal pupuk urea itu rentan terhadap hama penyakit. Jadi pupuk kimia ini seawal mungkin diikuti dengan pupuk organik,” katanya.
Kedua yakni varietas, Sebelum taman harus dipilih varietas mana yang tahan . Kemudian jarak tanam yang baik. “Intinya pengelolaan agro ekosistem harus diperhatikan,” tambahnya.
Hari menjelaskan, ketika masuk musim basah seperti sekarang, UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura sudah memberikan Informasi ke kabupaten atau kota bahwa daerah mana saja yang rawan terserang OPT tersebut. “Jadi semacam dugaan yang dimaksutkan untuk pengambilan keputusan ditingkat kabupaten atau kota,” ujarnya.
Selain itu, penguatan barisan juga dilakukan melalui petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) yang berjumlah  465 orang tersebar di kabupaten/kota di Jatim. “Tugas petugas POPT yakni pengawasan, yang pertama melakukan pengamatan terhadap tanaman.Pengamatan dilakukan untuk antisipasi hama penyakit se awal mungkin. Ketika melakukan pengamatan itu konsepnya dibiarkan dulu baru nanti mengambil keputusan,” urainya.
Pengamat hama POPT kemudian memberikan rekomendasi kepada camat, setelah itu camat menginformasikan ke penyuluh, ke mantri tani untuk melakukan kerjasama pengendalian. “Petugas POPT melakukan pengamatan tersebut untuk memberikan rekomendasi kepada petani kira-kira obat mana yang cocok,” kata dia.
Di Jatim, OPT yang sering dijumpai yakni Xanthomonas Oryzae (kresek), potong leher, tikus, penggerek batang, wereng coklat. Di Jatim daerah yang endemis POPT hampir merata,” ujarnya. [rac]

Rate this article!
Tags: