Kepakan Sayap Garuda di IMF-World Bank Annual Meeting

(Ajang Promosi dan Pengembangan Pasar Produk UMKM Daerah) 

Oleh :
Nasrullah
Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw Bank Indonesia Kediri. (Tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mewakili instansi tempat penulis bekerja).

Setelah Indonesia sukses menggelar ajang Asian Games pada Agustus 2018 lalu, pada tanggal 8 sd 14 Oktober Indonesia akan menjadi tuan rumah Pertemuan Keuangan Terbesar di dunia, yaitu pertemuan IMF-Bank Dunia 2018 (2018 IMF-WBG Annual Meetings).
Sebagai gambaran, acara pertemuan ini akan dihadiri oleh 189 negara, jauh lebih banyak daripada event-event lain, seperti Asian Games lalu yang ‘hanya’ diikuti 45 negara, Konferensi Asia Afrika 29 negara, pertemuan APEC 21 negara dan bahkan lebih banyak dari ajang Miss World yang diikuti kontestan dari 127 negara.
Acara ini akan dihadiri oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari 189 negara anggota IMF dan World Bank, para investor, pelaku bisnis, instansi parlemen, komunitas perbankan, organisasi kemasyarakatan, akademisi, media dan partisipan lain dengan total delegasi diperkirakan mencapai lebih dari 15.000 orang. Dengan jumlah negara dan delegasi terbesar di dunia ini, maka terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah menunjukkan tingginya kepercayaan dunia internasional, sekaligus menjadi bentuk pengakuan atas keberhasilan Indonesia di bidang ekonomi.
IMF-WB Annual Meeting merupakan pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh Dewan Gubernur World Bank dan IMF pada bulan Oktober untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini, yaitu outlook ekonomi global, stabilitas keuangan global, kemiskinan, pembangunan, lapangan kerja, perubahan iklim, serta isu global lainnya. Dalam Annual Meeting ini, akan dimanfaatkan pula oleh para delegasi dari berbagai negara untuk sekaligus melakukan berbagai pertemuan lain, seperti pertemuan bilateral antar negara serta diskusi ekonomi dan keuangan yang diselenggarakan oleh IMF/WB maupun oleh lembaga keuangan dunia lainnya. Terdapat pula pertemuan yang akan melibatkan berbagai negara untuk membahas isu yang spesifik, seperti isu kepemudaan, sosial dan gender, tugas parlemen, dan seminar/diskusi lainnya. Beraneka ragam pertemuan tesebut sangat bermanfaat sebagai sarana sharing informasi antara peserta, serta menjalin jejaring di antara para peserta.
Kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah ini merupakan kesempatan langka mengingat event ini hanya setahun sekali dan sedemikian banyaknya negara anggota (189 negara) sehingga tidak semua negara mendapatkan kesempatan ini, dan kalaupun digilir maka bisa jadi baru pada abad mendatang Indonesia akan kembali menjadi tuan rumah.
Melalui IMF-WB Annual Meeting ini, Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bahwa negara yang pernah mengalami krisis ekonomi tahun 1997/1998 ini, kini telah berubah menjadi negara dengan perekonomian yang reformed, resilient dan progresif. Dengan penyelenggaraan pertemuan IMF-WB ini di Indonesia maka diharapkan akan menumbuhkan kepercayaan dari investor dari berbagai belahan dunia untuk berinvestasi di Indonesia dengan kondisi dan potensi perekonomian yang kondusif. Ajang IMF-WB AM ini juga sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata Indonesia, tidak hanya pariwisata Bali sebagai tempat penyelenggaraan acara, namun juga pariwisata daerah lain di Indonesia.
Di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang tengah mengalami tekanan akibat gejolak nilai tukar Rupiah, maka melalui IMF-WB AM ini dapat memberikan manfaat yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan menjadi potensi penerimaan devisa. Roda perekonomian terutama di sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) akan bergerak tumbuh melalui penyelenggaraan event pariwisata, sektor jasa, termasuk peluang pengembangan serta perluasan pasar bagi industri kecil (Usaha Mikro Kecil dan Menengah/UMKM).
Kesempatan bagi produk UMKM untuk ikut tampil sebagai bagian dari rangkaian kegiatan IMF-WB AM ini didasari oleh fakta bahwa UMKM telah mampu menyumbang 60,34 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan mempekerjakan lebih dari 107,6 juta penduduk Indonesia. Presiden Joko Widodo bahkan telah berkomitmen untuk mendorong UMKM agar naik kelas. Artinya produk UMKM tidak bisa hanya dipandang sebagai produk lokal biasa, namun sudah saatnya untuk go international. Kekuatan UMKM dalam membangun perekonomian Indonesia ini disebabkan keunggulan UMKM di beberapa faktor, yakni kemampuan fokus yang spesifik, fleksibilitas, biaya rendah, dan kecepatan berinovasi. Untuk itu UMKM harus terus didorong dan dikembangkan dengan dukungan penuh dari pemerintah, antara lain dukungan terhadap akses permodalan dan pemasaran/perluasan pasar produk UMKM, salah satunya melalui forum IMF-WB AM ini.
Produk-produk UMKM lokasl yang selama ini hanya dikenal di daerah namun memiliki potensi untuk dijual ke dunia internasional, perlu mendapatkan kesempatan berpromosi dalam ajang IMF-WB AMI ini, termasuk produk-produk UMKM dari daerah eks Karesidenan Kediri. Dalam ajang/event yang lain seperti Pameran Karya Kreatif Indonesia 2018 yang berlangsung pada Juli lalu di Jakarta, terbukti bahwa produk UMKM di wilayah Kediri dan sekitarnya mampu bersaing dengan tingkat penjualan yang tinggi selama pameran berlangsung.
Produk UMKM, antara lain seperti Batik Kediri dan Batik Tulungagung, Tenun Ikat Kediri, Kerajinan/Craft Tas dan Aksesoris, yang telah dikembangkan oleh Pemerindah Daerah bersama Bank Indonesia Kediri merupakan produk-produk unggulan yang dapat lebih ditingkatkan kualitas dan diperluas pemasarannya untuk menembus pasar global di era digital ini. Pesanan produk selendang tenun ikat oleh salah seorang desainer terkemuka untuk dijual ke New York dapat menjadi rintisan awal bagi produk tenun ikat Kediri dan produk UMKM lainnya untuk lebih dikenal di dunia internasional. Juga produk makanan kecil dan kerajinan dari Blitar yang selama ini telah memasok kebutuhan souvenir dan oleh-oleh turis yang berkunjung ke Bali sebagai sentra kunjungan turis mancanegara, dapat lebih ditingkatkan pemasarannya. Ada lagi produk makanan dari eks Tenaga Kerja Indonesia (Pertakina) yang diam-diam sudah merambah pasar luar negeri (a.l ekspor ke Hongkong). Belum lagi potensi komoditas ekonomi daerah yang selama ini belum terkelola secara seperti komoditas kopi di wilayah Gunung Wilis, jika dikembangkan secara intensif dapat menjadi produk unggulan ekspor di masa datang.
Dengan mengangkat produk UMKM ini maka diharapkan kepakan sayap Garuda yang telah dimulai dari prestasi yang diraih Indonesia pada Asian Games yang lalu, dapat berlanjut dengan kepakan-kepakan sayap berikutnya melalui event IMF-WB AM ini, sehingga burung Garuda dapat terbang semakin tinggi mengangkasa. Tidak hanya burung Garuda yang berasal dari Bali sebagai tempat penyelenggaraan acara, namun Burung Garuda dari Kediri dan daerah lainnya dapat ikut terbang dan dikenal seantero dunia. Kepakan sayap burung Garuda ini akan memberikan manfaat bagi peningkatan perekonomian di daerah dan berujung pada kesejahteraan rakyat Indonesia.

———- *** ———-

Tags: