Kepemimpinan yang Melayani

muhammad aufalOleh :
Muhammad Aufal Fresky
Aktivis HMI Komisariat Ekonomi Airlangga ; Mahasiswa S1 Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Airlangga.

Setiap manusia yang lahir pada dasarnya berpotensi menjadi seorang pemimpin. Minimal memimpin dirinya sendiri dalam mengarungi bahtera kehidupan. Dalam skala yang lebih luas, semisal dalam konteks kehidupan bernegara, maka yang namanya pemimpin melakat pada Presiden sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Terutama di negara yang menganut sistem Presidensil seperti Indonesia saat ini..
Sebagaian orang beranggapan bahwa pemimpin memang selalu lekat dengan kekuasaan dan jabatan. Padahal kepemimpinan tidak sebatas itu, karena pengertian asli dari kepemimpinan itu sendiri adalah kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh kepada yang lainnya. Artinya seseorang bisa dikatakan pemimpin ketika perkataan dan segala tindakannya memberikan pengaruh kepada masyarakat banyak.  Keberadaan sang pemimpin tidak bergantung dengan jabatan ataupun lingkaran kekuasaa.
Joko Widodo adalah pemimpin tertinggi Republik Indonesia saat ini. Selain sebagai kepala negara, beliau adalah kepala pemerintahan. Tetapi jika kita perhatikan, sebelum beliau menjadi orang nomor satu di negeri ini, jiwa kepemimpinan yang ada pada Joko Widodo sudah mulai terlihat. Terlepas dari pengaruh media massa, ketulusan dan pengabdiannya selama menjadi Wali Kota Solo telah diapresiasi oleh publik waktu itu. Kini istana negara telah menjadi tempat sehari-hari beliau. Jiwa kepemimpinan yang terpancar secara natural memberikan warna tersendiri di kalangan elit politik tanah air. Ini buka n berarti saya menganggap Joko Widodo sebagai manusia setanga dewa yang  tidak ada celah. Karena fokus tulisan ini adalah kepemimpinan yang bertujuan mulia untuk mengabdi kepada bangsa dan negara.  Oleh karennya yang muncul dalam benak saya adalah memimpin sama dengan melayani.  Artinya pemimpin pada dasarnya adalah pelayan masyarakat,
Pakar kepemimpinan Robert  K. Greenlaf menjelaskan bahwa, kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan  tulus yang timbul dari hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak yang pertama melayani. Ketulusan yang berasal dari suara hati membentuk pribadi yang senantiasa berhasrat untuk melayani orang lain. Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang bisa menjadi tauladan/ role model  bagi segenap komponen bangsa. Saya beharap semua jajaran eksekutif, baik itu yang di pusat maupun di daerah bisa meniru  Jokowi dalam melayani masyarakat. Lantas mucul suatu pertanyaan, bagaimana cara untuk menjadi pemimpin yang melayani ?
Maxwell memberikan beberapa tips untuk  menjadi pemimpin yang melayani. Dia memberika tiga saran agar tergolong menjadi pemimmpin yang melayani, yaitu diantaranya: (1) Berhentilah memerintah orang, dan mulailah mendengarkan mereka; (2) Berhentilah bersandiwara demi kemajuan karir, dan mulailah mengambil risiko demi kepentigan orang lain; dan (3) Berhentilah bersikap suka-suka, dan mulailah orang lain.
Selain itu setiap pemimpin tidak hanya dibentuk untuk mempunyai sifat melayani. Pemimpin haruslah memiliki kesantunan dan kesopanan dalam bersikap. Karena setiap tindakan menjadi panutan masyarakat banyak.  Karena bagaimanapun juga masyarakat Indonesia butuh dipimpin oleh sosok manusia yang baik akhlaknya.  Hal tersebut bisa terlihat dari karakter dan kepribadian sang pemimpin. Artinya masyarakat semakin cerdas untuk menilai setiap tindakan pemimpin. Bagaimanapun juga masyarakat tidak membutuhkan pemimpin yang hanya pintar beretorika atau cerdas dalam bersandiwara. Masyarakat membutuhkan sosok pemimpin yang menampilkan citra aslinya. Kejujuran menempati urutan tertinggi sama halnya dengan ketulusan dalam dunia kepemimpinan.
Sekali lagi, saya tidak sedang membela Jokowi.  Ini hanya sekedar himbauan atau bisa jadi peringatan kepada setiap pemimpin tanah air, bahwa menjadi pemimpin itu berarti memilih sebuah jalan untuk mengadi dan melayani. Menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Dunia politik sangat dinamis,apa yang terjadi hari ini bisa berbeda dengan realitas yang sebenarnya. Oleh karenanya setiap pemimpin di Indonesia selalu dalam ujian. Yaitu ujian untuk menjadi pribadi yang tangguh dan sabar dalam menghadapi intrik licik dari lawan politiknya. Hal yang terpenting adalah bagaimana pemimpin tersebut bisa tetap konsisten dalam memegang nilai-nilai luhur dan idealismenya, tetap teguh pendiriannya apapun yang terjadi. Karena setiiap pemimpin akan melewati ujian tersebut.
Terkait dengan pemimpin yang melayani, saya mempunyai pandangan bahwa sebelum melayani orang lain, pemimpin tersebut harus bisa mengendalikan nafsu yang ada dalam dirinya. Yaitu nafsu untuk mengusasi materi secara berlebihan, nafsu untuk naik jabatan tanpa aturan, maupun nafsu terhadap hal-hal yang berbau duniawi lainnya.
Terakhir yang bisa saya sampaikan adalah terkait kesadaran para pemimpin di negeri ini. Sesugguhnya mereka bekerja untuk masyarakat. Kesadaran tersebut harus mulai dibangun, karena untuk melayani orang lain terlebih dahulu harus sadar terhadap tanggung jawab dan peran sebagai seoarang pemimpin. Sehingga dengan semakin banyaknya pemimpin yang mempunyai jiwa melayani, diharapkan kesejahteraan masyarakat bisa tercapai dengan baik.
—————- *** —————

Rate this article!
Tags: