Kerajinan Kayu Pemuda Desa Banjaranyar Merambah Dunia

Muhammad Kholid Ismatullah, pelopor pemuda kerajinan kayu Desa Banjaranyar, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk. [ristika]

Bermula dari Coba-coba dan Otodidak, Karyanya Tembus Pasar Luar Negeri
Kab Nganjuk, Bhirawa
Bermula dari coba-coba, beberapa pemuda di Nganjuk sukses membuat karya artistik berbahan kayu. Dari tangan-tangan terampil tersebut, karya-karyanya bahkan sudah merambah hingga luar negeri. Menariknya, keahlian mereka didapat bukan hasil berguru dari seorang ahli, melainkan otodidak. Karya-karya terindahnya yang dihasilkan diantaranya, hiasan dinding, jam dinding, gantungan kunci, souvenir hadiah wisuda dan lain-lain.
Muhammad Kholid Ismatullah, pemuda Desa Banjaranyar, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk inilah yang pertama kali sebagai pencetus kerajinan souvenir berbahan kayu. Berawal dari coba-coba, akhirnya dapat menghasilkan sebuah karya bernilai bisnis cukup mengiurkan. Tidak tanggung-tanggung, pangsa pasarnya bisa tembus, tidak hanya seluruh nusantara, melainkan merambah hingga luar negeri, seperti Hongkong, Singapura, Malaysia, Chicago, dan lain-lain.
Menurut Kholid, panggilan akrab dari Muhammad Kholid Ismatullah, pertama kali usahanya berkembang sekitar Agustus 2017 lalu. Inspirasi datang setelah mencoba memberikan hadiah kenangan bagi salah satu temannya yang sedang wisuda.
Lantaran tidak memiliki uang untuk membeli hadiah buatan pabrikan, akhirnya dia memutuskan untuk membuat sendiri dari bahan kayu. Hadiah souvenir berbentuk ucapan wisuda pun berhasil dibuat dan dihadiahkan kepada sahabat baiknya. Sejak itu, dia bersama teman-temannya, mendirikan sebuah bengkel seni kayu di rumahnya.
“Dulunya tidak punya cita-cita mendirikan sebuah bengkel seni kayu, tapi setelah saya bisa membuat hadiah wisuda, baru ide itu muncul. Seperti kayu karet, plywood, dan kayu ringan jenis lain menjadi bahan kerajinan kami,” terang Kholid.
Dalam sehari, lanjut Kholid, dia dapat menghasilkan tiga kerajinan jam dinding dan lima gantungan kunci. Hanya saja, dari hasil pekerjaannya, dia tidak bekerja sendiri. Bersama teman-temannya, masing-masing memiliki perannya sendiri. Ada yang bagian mendesain dan menyablon, ada juga yang bagian memotong dan ada yang khusus bagian distribusi. Dari hasil kerajinannya, untuk souvenir ukuran kecil biasa dijual dengan harga sekitar Rp3 ribu hingga Rp8 ribu per biji. Untuk hiasan dinding dipatok dengan harga Rp45 ribu hingga Rp120 ribu per buah.
Sedangkan untuk model jam dinding, dipatok dengan harga Rp60 ribu hingga Rp100 ribu per buah. Sistem pemasarannya, selain melalui sistem online, pembeli bisa langsung datang ke bengkelnya. “Kalau yang dekat-dekat, biasanya datang langsung ke bengkel, memesan sesuai keinginan. Sedangkan yang jauh, pesan lewat online. Banyak juga orang yang bekerja di luar negeri titip lewat TKW atau TKI ketika pulang ke Indonesia, seperti dari Hongkong, Singapura, dan ada yang dari Chicago,” katanya.
Uniknya, sistem pengerjaan, perajin souvenir ini tidak menggunakan peralatan modern seperti yang ada di pabrikan. Mereka memanfaatkan alat modifikasi sendiri dari mesin pompa air dan mesin gerinda sebagai gergaji dan ampelas. Dari hasil karyanya, bahkan pernah meraih sebagai juara lomba inovasi sektor ekonomi kreatif yang diselenggarakan oleh PW IPNU Jawa Timur beberapa waktu lalu. [ristika]

Tags: