Keringnya Mata Air, Basahnya Air Mata

Oryz-SetiawanOleh :
Oryz Setiawan
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya

Sebagai salah satu unsur utama, keberadaan air mutlak dibutuhkan semua makhluk hidup dimuka bumi. Seperti halnya udara, air menjadi unsur dominan dalam metabolisme tubuh. Sekitar 80 persen komposisi tubuh kitapun adalah air.
Salah satu dampak yang paling nyata adalah gangguan kesehatan misalnya gejala, dehidrasi, penyakit kulit, diare dan gangguan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Dampak lain adalah ketika lahan-lahan produktif seperti pertanian, kehutanan, perkebunan dan sumber daya airtiba-tiba mengalami kegagalan panen maupun penurunan kualitas dan yang paling ekstrim adalah rusaknya sistem tanah sehingga tak termanfaatkan secara optimal yang pada gilirannya berdampak pada kestabilitas ketahanan pangan akibat kegagalan panen (puso).
Minimnya sumber-sumber air bersih menyebabkan masyarakat akan mencari air seadanya sehingga tak jarang sejumlah air yang diperoleh jauh dari kriteria air bersih terutama dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Kondisi tersebut amat rentan terjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) di tengah-tengah masyarakat sehingga menambah probabilitas angka kesakitan dan pada gilirannya akan mengurangi produktivitas masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu ketergantungan terhadap airpun mutlak tak terbantahkan sehingga keberadaan air saat ini berubah menjadi barang ekonomis bahkan di wilayah yang kini dilanda kekeringan menjadi ‘barang mewah”.
Sebagai negara tropis dimana musim kemarau memang sudah menjadi rutinitas dan “pelanggan tetap” yang datang setiap tahun ke Indonesia. Pada saat yang sama, tiap tahun pula berita mengenai kekeringan menghiasi wajah berbagai media massa nasional. Ini berarti bahwa, kekeringan sudah menjadi hal yang rutin terjadi di negara ini. Namun, seperti halnya banjir yang selalu terjadi pada saat musim hujan, kita seakan tak pernah siap untuk menghadapinya. Setiap tahun, masyarakat menghadapi masalah yang sama: banjir pada saat air berlebih dan kekeringan pada saat hujan tak kunjung turun. Di sisi lain, pemerintah (masih) belum memiliki strategi efektif dan jurus jitu untuk mengantisipasi dampak kemarau dan kekeringan di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan penyebabnya bencana kekeringan secara karakteristik merupakan bencana yang disebabkan oleh alam namun diperparah dengan ulah tangan manusia dengan dalih pembangunan banyak hutan, pepohonan yang dulu merupakan sumber air kini tak lagi sederas masa lampau bahkan beberapa diantaranya muncul sumber air.
Bencana kekeringan identik dengan masa kemarau berkepanjangan memiliki kekhasan antara lain : tidak datang secara tiba-tiba, timbul secara perlahan (smooth) dan mudah diabaikan. Hal ini bermakna bahwa sebenarya kekeringan sudah diantisipasi dan dideteksi sejak dini sehingga dapat dilakukan perencanaan dan langkah-langkah untuk meminimalisasi akibat yang akan timbul. Selain itu maraknya bisnis air dan minimnya daya resapan air tanah akibat alih fungsi lahan menjadi pemukiman yang masif juga memperparah kondisi kelangsungan air bersih. Penyebab lainnya adalah maraknya kebakaran hutan dimana hutan sebagai paru-paru kehidupan. Pada musim kemarau pun kita seperti lupa. Kita seakan terlalu abai untuk bisa mengingat pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya kalau tanah akan retak, sungai akan mengering, dan tanaman akan mati saat hujan enggan turun selama beberapa pekan atau bahkan bulan. Namun langkah antisipatif negara (pemerintah) acapkali tertinggal.
Berbicara tentang air, penulis berupaya mengembalikan pikiran kita pada masa lalu (flashback).  Siapa yang mengira dulu keberadaan air sebagai barang bebas (free product) kini berbalik 180 derajat yang nyaris berubah menjadi barang ekonomis (economi product) yang ditandai dengan peningkatan harga air (kemasan) yang hampir setara dengan harga bensin. Kondisi itulah yang diperlukan berbagai upaya pembangunan yang berpihak pada kelangsungan air seperti biopori, embung hingga penguatan kelembagaan melalui perangkat aturan seperti UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang didalamnya upaya untuk mengatur system pengelolaan air secara terpadu dan berkelanjutan dalam rangka keseimbangan penyediaan dan pasokan air. Kondisi tersebut kian menambah daftar panjang bahwa negara kita yang konon subur, makmur, gemah ripah lohjinawi bertransformasi menjadi negara rawan bencana. Ketika musim hujan sangat rentan terjadi banjir, sedangkan musim kemarau berdampak pada kekeringan.
Keringnya mata air dan basahnya air mata merupakan realitas kekinian yang tengah mendera sebagian besar masyarakat wilayah tanah air yang harus bersusah payah untuk memperoleh beberapa sumber air.  Semoga kekeringan ini cepat berlalu dan berharap sang hujan menyirami bumi nusantara serta terhindar dari monster darurat kekeringan.

                                                                                     ———————— *** —————————

Rate this article!
Tags: