Kerja Keras, Kerja Ikhlas, Kerja Nyata Tanpa Digaji

Marali (69), Petugas pertahanan sipil (Hansip) di RW IV Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari saat berfoto dengan motor barunya bersama seluruh jajaran panitia Jalan Sehat HUT RI Ke-71 di depan Kelurahan Ploso, Minggu (28/8) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi/bhirawa]

Marali (69), Petugas pertahanan sipil (Hansip) di RW IV Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari saat berfoto dengan motor barunya bersama seluruh jajaran panitia Jalan Sehat HUT RI Ke-71 di depan Kelurahan Ploso, Minggu (28/8) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi/bhirawa]

Marali, Petugas Hansip ‘Nggondol’ Hadiah Motor di HUT RI ke-71

Bak ketiban durian. Kiranya, itulah ungkapan yang cocok bagi Marali (69), warga Bogen 1 nomor 4, Keluruhan Ploso, Kecamatan Tambaksari, Surabaya. Tanpa disangka kakek yang kesehariannya sebagai Pertahanan Sipil (hansip) di kampung beruntung mendapat hadiah satu unit motor keluaran terbaru saat mengikuti jalan sehat berhadiah dalam rangka memperingati HUT RI ke-71 di depan Kelurahan Ploso, Minggu (28/8) kemarin.

Gegeh Bagus Setiadi, Kota Surabaya

Surabaya, Bhirawa.
Bapak lima anak ini benar-benar mendapatkan berkah yang tak disangka sebelumnya. Kesehariannya yang serba terbatas akan kerasnya dunia tampaknya terlihat merdeka di HUT RI ke-71 yang bertema ‘Indonesia Kerja Nyata’. Ekspresi bahagia Marali pun terlihat, setelah pembaca nomor undian di kupon menyebutkan angka yang dipegang oleh Marali.
Awalnya, ia tidak yakin untuk bisa mendapatkan hadiah utama tersebut karena hanya membeli dua kupon saja. Sedangkan panitia yang dikomandoi Lurah Ploso, Bambang Ponco telah mencetak 25 ribu kupon. Marali pun harus beradu nasib dengan puluhan ribu warga Surabaya yang terkenal padat penduduk ini.
Karena keinginannya yang begitu kuat, ia pun memilih untuk memohon kepada Sang Pencipta agar diberikannya hadiah sesuai kebutuhannya yang selama ini didambakan. Sebelum jalan sehat berhadiah tersebut berlangsung, malam harinya ia memilih salat tahajud dan memohon kepada Sang Pencipta.
Usaha dan doa Marali yang giginya kian habis ini akhirnya tak sia-sia dalam mendapatkan hadiah tersebut. Maklum, Marali yang kesehariannya juga disibukkan dengan menjadi tukang becak tidak bisa merubah kehidupannya yang serba sulit saat ini. Atas terdesaknya ekonomi, ia pun memilih menjadi hansip yang dilengkapi dengan seragam khas berwarna hijau ini. Namun, profesinya tersebut hanya dibutuhkan disaat ada acara tertentu saja.
Marali juga sempat ingin membeli motor dari hasil kayuhan transportasi roda tiga dengan cara mencicilnya. Namun, lagi-lagi niat tersebut selalu kandas lantaran penghasilannya yang tidak menentu. Belum lagi, Marali juga telah ditinggal oleh istrinya meninggal dunia beberapa tahun silam. Hal itulah yang membuat Marali harus ekstra sabar dalam mencari nafkah demi anaknya.
“Saya awalnya tidak percaya kalau panitia menyebutkan angka kupon yang saya pegang. Saat dibacanya lagi, akhirnya saya teriak agar tidak sampai disebut hangus,” kata Marali dengan bola matanya yang berkaca-kaca saat ditanya Bhirawa setelah mendapatkan satu unit motor, Minggu (28/8) kemarin di depan Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari.
Marali mengaku gembira karena keinginannya untuk memiliki motor akhirnya terkabulkan. Menurutnya, motor hadiah ini akan difungsikan dengan baik dalam mencari nafkah. “Motor ini nanti akan saya buat kerja. Tidak tahu nanti apakah menjadi tukang ojek atau apa, yang penting akan saya gunakan sebaik-baiknya,” tuturnya.
Ungkapan kebahagiaan Marali ini juga dirasakan kepada puluhan ribu orang yang mengikuti jalan sehat di depan Kantor Kelurahan Ploso. Sebab, kegigihan Marali saat menjadi petugas keamanan cukup diakui warga sekitar. Selain itu, Marali juga terkesan rajin dalam bekerja. Salah satunya, diakui Sudarko, Ketua RW IV Bogen yang mengaku bangga memiliki seorang Marali.
“Pak Marali selama ini memang jadi andalan saya dalam setiap kegiatan. Dalam menjalankan tugasnya selalu sigap dan tanggap. Oleh sebab itu, kami turut bahagia atas rezeky yang beliau peroleh,” katanya.
Sudarko menceritakan, awalnya pada saat pembagian jatah beras miskin (raskin) di wilayahnya juga diimbau untuk membawa uang. Ia akhirnya menginformasikan bagi setiap penerima raskin untuk membawa uang Rp4.000,- yang digunakan membeli kupon undian jalan sehat. Meski hanya membeli dua kupon, Sudarko pun berharap agar warganya bisa mendapatkan hadiah yang telah disediakan panitia.
”Kami berharap waktu itu warga yang benar-benar kurang mampu bisa mendapatkan hadiah utamanya. Dan hari ini (kemarin, red) warga kami yang mendapatkannya. Alhamdulillah,” pungkasnya.
Sementara, Lurah Ploso, Kecamatan Tambaksari, Bambang Ponco mengatakan, semua kegiatan tersebut telah diserahkan ke seluruh anggota, staf, dan juga Tim Penggerak PKK. Ia hanya membimbing panitia agar supaya gelaran acara rakyat tersebut benar-benar meriah dan menyentuh hingga ke warga masyarakat.
“Hasil kerja keras panitia sangat patut diapresiasi. Sebab, sampai selesai acara berjalan dengan lancar dan aman. Warga masyarakat pun larut dalam acara ini,” katanya.
Bambang Ponco menyebutkan bahwa rangkaian acara tersebut dalam menyambut bulan Agustus akhir yakni HUT RI ke-71 dengan menggelar jalan sehat berhadiah dan campur sarian sore harinya. Dengan begitu, warga masyarakat bisa benar-benar merasakan kegiatan dalam rangka menyambut hari kemerdekaan.
“Acara ini dari rakyat dan untuk rakyat. Makanya, mari kita sukseskan dan hargai nilai-nilai pejuang yang telah gugur di medan perang dengan cara saling gotong royong, bahu-membahu dalam menjaga kerukunan sesama warga agar tercipta suasana aman dan kondusif,” jelasnya.
Suasana semakin meriah lantaran Wakil Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana tampak hadir ditengah ribuan masyarakat dalam menyambut HUT RI ke-71. Whisnu mengatakan dengan acara seperti ini bisa  menangkal segala macam hal-hal negatif, khususnya terorisme.
“Dengan begini, warga bisa kumpul-kumpul dan tahu persis keberadaan warganya. Jadi pendeteksian paling dini itu adalah warga itu sendiri. Kami sarankan kepada Lurah dan Camat untuk sering melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan warga secara langsung,” katanya disela acara berlangsung kepada Bhirawa.
Artinya, lanjut Whisnu, bukan hanya momen Agustusan, namun juga hari-hari besar nasional maupun hari jadi Kota Surabaya ini menjadi tradisi agar supaya warga bisa saling kenal. Sebab, menurut Whisnu, sekarang ini sudah banyak kegiatan dengan melibatkan masyarakat sudah mulai luntur.
“Saat ini, kegiatan-kegiatan pemerintah dalam melibatkan warga secara langsung sudah mulai luntur. Mangkanya, kami berikan apresiasi kepada Lurah dan Camat yang terus aktif menggelar kegiatan dengan melibatkan warganya,” terang Whisnu yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya ini. [geh]

Tags: