Kerja Sama Kemenkes dan Samator Sasar 2.500 Lansia

Selain menyasar masyarakat umum, ITS juga mendapatkan kuota sebanyak 63 orang lansia untuk divaksinasi, salah satunya Mantan Rektor ITS, Prof Joni Hermana.

Surabaya, Bhirawa
Antuniasme lanjut usia untuk vaksinasi Covid-19 cukup tinggi. Pasalnya, pasien positif corona yang meninggal didominasi lansia. Karena, Kementerian Kesehatan (Kemenkes)dan Samator Group menyasar 2.500 orang lansia untuk divaksin setiap harinya. Pelaksanaan ini berlangsung selama dua hari yaknis, 27-28 Februari 2021.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut target vaksinasi sejumlah 38 juta orang atau 76 juta suntikan di Indonesia selesai pada akhir Juni mendatang. Salah satu yang diutamakan ialah para lansia karena orang-orang dalam rentang usia ini memiliki fatality rate yang tinggi, sehingga lebih berisiko terhadap Covid-19.

Dengan jumlah lansia di Indonesia yang mencapai 21 juta orang, Menkes menyatakan perlunya dukungan masyarakat. Menurutnya, vaksinasi ini harus menjadi gerakan dengan merangkum modal sosial rakyat. “Mudah-mudahan bisa menjadi contoh untuk teman-teman di daerah lain yang memiliki akses agar lansia dapat segera divaksin,” tuturnya.

Dalam kegiatan ini, Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendapat kuota 63 orang lansia yang di vaksinasi. Sebagian besar merupakan pimpinan dan sivitas akademikanya. Di antaranya adalah para mantan rektor ITS seperti Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA (sekarang Ketua Majelis Wali Amanat ITS) dan Prof Ir Joni Hermana MScES PhD yang sudah terlihat divaksin di hari pertama.

Tinjau Alat

Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, Menkes yang didampingi Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meninjau alat inovasi skrining Covid-19, i-nose c-19, yang dikembangkan oleh guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD.

Melalui tinjauan langsung tersebut, Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD atau yang akrab disapa Ryan mengenalkan cara kerja alat deteksi Covid-19 buatannya dan tim dengan harapan dapat menambah motivasi serta peluang kolaborasi.

Dipaparkan Ryan bahwa i-nose c-19 ini lebih aman jika dibandingkan alat deteksi Covid-19 lainnya. Hal ini karena i-nose c-19 menggunakan sampel dari bau keringat ketiak (axillary sweat odor) yang tidak berisiko mengandung virus. “Selain itu, alat (i-nose c-19, red) ini nanti juga lebih murah untuk operasionalnya, Rp 10.000 bisa ini,” ungkap guru besar Teknik Informatika ITS ini mengenai keunggulan alat buatannya.

Alat yang mencapai tahap uji profiling sampel PCR ini diungkapkan Riyanarto juga mendapat banyak dukungan dari sejumlah rumah sakit dengan memberi data-data PCR. “Semoga dengan banyaknya pihak yang mendukung, i-nose c-19 ini dapat lebih cepat untuk uji edar,” imbuhnya penuh harap.

Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng menambahkan i-nose c-19 ini merupakan salah satu produk inovasi kecerdasan buatan untuk kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan topik inovasi ITS yang dicanangkan di tahun 2021 ini.

“Untuk produk (penanganan) Covid-19 ini nantinya harus melalui uji yang sudah ditentukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) atau Kementerian Perindustrian. Nanti begitu ada ijin edar, maka bisa digunakan masyarakat luas,” tandasnya.[ina]

Tags: