Kerjasama dengan Jerman, Dindik Siapkan Enam LSP I

Bersama Atase Pendidikan Jerman dan Direktur Wisma Jerman, Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman mendiskusikan rencana pembentukan LSP I, Selasa (7/4).

Bersama Atase Pendidikan Jerman dan Direktur Wisma Jerman, Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman mendiskusikan rencana pembentukan LSP I, Selasa (7/4).

Dindik Jatim, Bhirawa
Baru menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim bukan alasan bagi Dr Saiful Rahman untuk bisa bersantai. Sebab, Dindik Jatim terus dikejar dengan target program yang masih setengah jalan. Di antaranya ialah kerjasama pengiriman tenaga kerja lulusan SMK ke Jerman.
Saiful berharap program yang telah mendapat respon positif Gubernur Jatim itu segera diimplementasikan secara riil. Karena itu, pihaknya berupaya melakukan percepatan dengan membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) tingkat I di enam SMK . Ke enam SMK itu di antaranya ialah SMKN 1 Jenagan, Ponorogo, SMKN 4 dan SMKN 2 Kota Malang, SMKN 1 Purwosari, Pasuruan, SMKN 1 Kota Kediri, serta SMK Kesahatan Angkatan Laut (Sekesal) Surabaya.
“Kita siapkan dulu sumber daya manusianya sesuai standar yang berlaku. Setidak-tidaknya standar nasional dulu,” tutur Saiful Rahman di sela-sela pertemuannya dengan Atase Pendidikan Indonesia untuk Jerman Prof Agus Rubiyanto dan Direktur Wisma Jerman Brigit Steffan di Kantor Dindik Jatim, Selasa (7/4).
Dengan menjadi LSP I, sekolah-sekolah ini berhak mengeluarkan sertifikat profesi yang sesuai dengan  Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).  Saiful mengatakan, pihaknya ingin memantapkan terlebih dahulu kesiapan siswa SMK di Jatim. Terutama dalam bidang kompetensi keahlian agar sesuai dengan kompetensi yang ada di Jerman. “Ini sedang dipetakan mana anak SMK yang jadi sasaran untuk digarap standar kompetensinya sesuai Jerman,” kata Saiful.
Saiful mejelaskan, guru-guru di enam SMK yang ditunjuk tersebut akan dilatih menjadi assesor di masing-masing sekolah. Dengan demikian, guru ini bisa menguji siswanya sebelum mendapat sertifikat kompetensi. “Kalau ini jalan, enam sekolah itu akan mengimbas ke sekolah-sekolah lain supaya perkembangannya lebih cepat,” ungkapnya.
Prof Agus Rubiyanto menambahkan, kerjasama bilateral antara Jerman dan Indonesia ini sangat bagus. Jerman merupakan negara kuat di Eropa sementara Indonesia kuat posisinya di Asia. “Ini hubungan yang cukup strategis,” ujarnya.
Pihaknya pun mendorong untuk meningkatkan kerjasama bidang pendidikan vokasional. Apalagi, Jerman vokasionalnya cukup kuat.Kalau program di Jatim ini berhasil, Jatim akan jadi kiblat provinsi lain dalam pendidikan vokasional.
Brigit Steffan mengatakan, pendidikan kejuruan di Jerman punya suatu sistem yang istimewa dan terkemuka di dunia. Istimewanya karena ada kombinasi antara pendidikan di sekolah dengan perusahaan.
Dia mencontohkan ketika mengikuti pendidikan vokasi di Jerman, waktunya lebih banyak berada di perusahaan untuk praktik daripada di sekolah. “Saya hanya satu hari di sekolah dan empat hari kerja. Kerjanya pun dibayar. Jadi pendidikannya berorientasi praktik,” katanya.
Brigit mengungkapkan, saat ini dia memiliki tugas mempromosikan prospek investasi di Jatim kepada Econid, sebuah kamar dagang terbesar di Eropa. Termasuk menarik investasi dari perusahaan Jerman. “Untuk menarik investasi dari luar harus jelas dulu. Apakah SDM-nya untuk tenaga kerja itu memadahi atau tidak. Karenanya, standardisasi ini penting,” pungkas Brigit. [tam]

Tags: