Kerukunan SD Muhammadiyah-SDK Santa Clara

Siswa-siswi SD Muhammdiyah 6 Gadung-Surabaya dan SDK Santa Clara Ngagel terlihat kompak dan menikmati permainan Bakiak di lapangan olahraga SDK Santa Clara Ngagel, Kemarin (24/5).

Redakan Ketegangan, Mainkan Permainan Tradisional
Surabaya, Bhirawa
Aksi terorisme yang terjadi di Indonesia selalu dikaitkan dengan unsur agama. Hal mengakibatkan sikap saling curiga antar terhadap kelompok tertentu. Melihat situasi tersebut, kepala SD Muhammdiyah 6 Gadung Surabaya menjalin kerjasama dengan SD Katolik Santa Clara untuk mengajak siswa-siwinya bermain mainan tradisional secara bersama-sama Hal ini juga sebagai upaya untuk menetralisir ketegangan isu perpecahan umat beragama.
Diungkapkan Kepala SD Muhammadiyah 6 Gadung Surabaya Munahar bahwa kedatangan pihaknya ke SDK Santa Clara kemarin (24/5) adalah ingin menunjukkan jika Islam merupakan agama cinta damai. Ia ingin menekankan, bahwa kejadian beberapa waktu yang lalu bukanlah wajah Islam yang di sudutkan oleh kelompok-kelompok tertentu yang tidak bertanggung jawab.
“Dampak kejadian kemarin kan adanya kerenggangan antar umat beragama. Nah kita ingin membangkitkan kembali melalui terapis emosional seperti saat ini,” ungkap dia.
Sehingga, lanjut dia, kita ingin dengan bergandengan tangan, bersama-sama dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Meskipun kita bisa melihat bahwa Indonesia ini sifatnya plural tapi kita harus buktikkan bahwa kita bisa menjaga keharmonisan itu di atas perbedaan yang ada.
“Ini memang hasil gagasan kami pasca kejadian bom, yang kebetulan lokasinya berada pada satu area dengan SDK Santa Clara. Bagaimanapun kejadian itu disinggungkan dengan Islam,” paparnya
Selain itu, tambah Kepsek SDM 6 Gadung Surabaya Munahar, dalam kedatangannya, pihaknya juga membawa misi perekatan hubungan tali silaturrahmi melalui media permainan tradisional, seperti Enggrang dan Bakiak. Di mana, ia menilai jika permainan tradisional ini mampu merekatkan kembali jalinan kebersamaan dan kerjasama antar siswa yang berbeda agama ini.
“Saya berharap trauma ini sudah hilang. Jalinan kebersamaan ini semakin kuat. Kedepan hubungan ini rencananya akan berlanjut sepertk adanya Studi banding antar guru dan student exchange untuk siswa untuk mempererat tali silaturrahmi” urainya.
Di sisi lain, Sejauh ini, dalam penanganan psikologi siswa pasca pengeboman yang melibatkan anak-anak di bawah umur, Munahar menuturkan jika pihaknya melakukan pembinaan dalam penguatan ideologi. Perlakuan bunuh diri dan semacam bom bukan akhlak Islam, itu yang kami tekankan pada siswa-siswi kami, pungkasnya.
Sementara itu, ungkapan kebanggaan juga tersampaikan dari mulut Kepala SDK Santa Clara Sr Bernadetha Wiwik Tiyani MC, pihaknya merasa berbangga hati melihat itikat baik yang di suarakan oleh SD Muhammadiyah 6 Gadung Surabaya. Ia menilai jika isu keberagaman memang menjadi konsen saat ini. Oleh sebab itu, ia jug menjelaskan jika adanya kegiatan pertemuan dan ajakan bermain bersama siswa-siswi berbeda latar ini menggugurkan presepsi atau anggapan-anggapan yang membuat kecurigaan satu dan lainnya
“Kita tekankan bahwa kita semua sama. Ini asalah saudara kamu. Yang terjadi kemarin bukan aalah siapa-siapa. Kejadian ini merupakan rencana Tuhan untuk menguatkan iman kita” ulasnya. Lebih lanjut, Dengan adanya kegiatan ini, ia mengatakan jika siswa antar agama bisa saling berempati.
“Anak-anak sekolah kami pastinya penasaran dengan siswa muslim, karena memang jarang ada kegiatan yang melibatkan siswa sekolah lain khususnya yang muslim di sekolah,” pungkasnya

Tak Persoalkan Beda Agama, Ingin Persatuan Tetap Terajut
Jargon #Surabayawani seolah juga tersemat dalam jiwa kedua siswa SD Muhammadiyah 6 Surabaya dan Santa Clara Ngagel. Kejadian bom di tiga lokasi gereja yang berbeda beberapa waktu yang lalu, tidak menyulut kedua pihak untuk bersitegang dan saling curiga satu sama lain. Terbukti dalam pertemuan kedua sekolah, kemarin (24/5) masing-masing siswa memberikan sambutan hangat dan bahagia di antara satu sama lainnya. Aura kebahagian terpancar dari wajah polos kedua siswa yang berbeda sekolah dan agama ini.
Salah satu siswa SD Muhammadiyah 6 Surabaya, Thirza Anindya Firdasari mengungkapkan, jika pertemuan dengan siswa SD Clara memberikan pengalaman baru dalan berteman. Ia mengatakan, jika kesempatan tersebut ia manfaatkan untum mengetahui keberagaman, terutama dari perbedaan agama.
“Senang bisa mengetahui keberagaman agama lain juga. Anak-anaknya juga asik diajak ngomong” Ungkap siswi kelas 4 ini dengan wajah polos
Lebih lanjut, diakui Thirza ia juga sempat berkomunikasi dengan beberapa siswa Santa Clara terkait hobby, alamat rumah dan cita-cita masing-masing siswa.
Ia berharap dengan adanya pertemuan ini, kedepan di antara kedua pihak dapat memperkuat persaudaraan meskipun berbeda agama. “Semoga tidak terjadi lagi masalah kayak kemarin di indonesia” imbuhnya
Selain Thirza Anindya Firdasari, salah satu siswi SD Santa Clara, Clarisa Franka Arifin mengatakan pihaknya sangat terbuka dalam menyambut saudara sebangsa yang datang di sekolahnya siang kemarin. Ia menuturkan, dengan adanya pertemuan ini ia berharap akan ada sharing-sharing agama agar kejadian beberapa waktu yang lalu tidak terjadi lagi. “Seandainya semua sekolah bisa seperti ini, generasi nya bisa bersatu jadi tidak ada konflik-konflik lagi yang terjadi” harap Caca saapaan gadis mungil kelas 5 ini. Sebelumnya sekitar 20 siswa masing-masing dari SDK Santa Clara dan SD Muhammadiyah 6 Gadung Surabaya mengikuti permainan tradisional untuk menguatkan tali silaturrahmi pertemanan antar siswa. [ina]

Tags: