Kerumunan Terakhir

bku-kerumunan-terakhirJudul : Kerumunan Terakhir
Penulis : Okky Madasari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama (cetakan I, 2016)
Halaman : 357
Peresensi : Clara Aprillia
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa)

Sepotong kisah tentang kegagapan manusia di tengah zaman yang berubah cepat, yang tak memberi kesempatan setiap orang untuk diam dan mengenang, berhenti dan kembali ke belakang.Dari satu kerumunan ke kerumunan lainnya, dalam kebisingan dan keasingan, generasi zaman ini berbondong-bondong meninggalkan masa lalu menuju masa depan.Tapi di manakah masa depan itu?
Kerumunan Terakhir merupakan buku terbaru dari Okky Madasari. Perempuan kelahiran 30 Oktober 1984 dan merupakan putri Magetan ini sebelumnya telah menelurkan 4 karya dalam bentuk novel, antara lain Entrok, 86, Maryam, dan Pasung Jiwa. Karya-karyanya lebih banyak mengarah pada keadaan sosial Indonesia yang tengah marak dan menjadi bahan pembicaraan pada masa tersebut. Demikian pula halnya dengan novel Kerumunan Terakhir, realitas sosial yang diangkat dalam novel ialah kegagapan manusia akan teknologi yang berkembang. Manusia bukan lagi menjadi makhluk sosial melainkan makhluk yang hidup serba individu dan mengedepankan ego masing-masing.
Manusia diberi label sebagai makhluk sosial di mana tidak bisa hidup tanpa orang lain. Kenyataan tersebut seakan menjadi angin lalu dan merupakan kisah lama yang kini telah rapuh dan hampir tiada. Fakta yang ada saat ini adalah tidak lagi ada manusia sosial di dunia baru ini. Paradigma mengenai manusia sosial telah runtuh oleh fenomena yang ada di masyarakat, yakni munculnya para individual. Segala kepentingan dan prioritas berporos pada diri sendiri (sifat keakuan), sehingga label manusia sebagai makhluk sosial telah bergeser bahkan berubah menjadi makhluk invidual. Tak ada lagi dia, kamu, kita, mereka dan hanya menyisakan aku, padaku, milikku.
Gemerlap kecanggihan teknologi di dunia baru yang ditawarkan pada manusia seakan menjadi candu tersendiri yang membuat manusia seakan buta dengan kenyataan yang sesungguhnya. Dunia yang serba modern, segala sesuatu dapat dikerjakan dengan cepat dan tepat, tak ada lagi beban yang harus dipikirkan secara mendalam, hingga jarak yang membentang pun tak lagi jadi masalah. Segala hal mungkin dilakukan dengan teknologi, segala hal mampu diselesaikan dengan teknologi, segala hal pasti berhubungan dengan teknologi.
Fenomena masyarakat seperti dijelaskan di atas tertuang dalam novel Kerumunan Terakhir Karya Okky Madasari. Melalui tokoh utama serta interaksi dengan masyarakat sekitarnya tampak bentuk kerusakan seperti pada fenomena yang ada. Tak hanya novel Kerumunan Terakhir, karya-karya Okky Madasari lainnya juga membahas tentang distopia yang terjadi pada masyarakat khususnya di Indonesia saat ini. Sebagai karya yang nyata, melalui novel-novel yang ifa tulis segala pemikiran mengenai keadaan sosial masyarakat dapat ia tuangkan.
Novel Kerumunan Terakhir ini merupakan karya sastra sehingga dapat dianalisis dengan teori-teori sastra yang ada. Payung besar yang dapat digunakan antara lain psikologi sastra, sosiologi sastra dan lainnya. Salah satu teori sastra yang dapat digunakan untuk menganalisis novel ini adalah Sosiologi Sastra Pierre Bourdieu yang di mana kajiannya adalah kapital dan distopia sosial. Kerusakan masyarakat yang diceritakan dalam novel merupakan bahan utama yang dikaji oleh sosiologi sastra Bourdieuan. Konsep yang dipaparkan oleh Bourdieuan ialah semua orang kini saling berlomba untuk memenuhi modal atau kapital (ekonomi, sosial, budaya, simbolik) untuk bertarung dalam sebuah ranah atau arena (field of battle).
Melalui tokoh utama Jayanegara, suatu keadaan sosial di Indonesia mampu dikemas dengan baik dengan penceritaan yang ringkas dan menarik. Kisah cinta antara Jaya dan Maera merupakan pemanis dalam novel tersebut meski di dalam interaksi antara keduanya terdapat hal-hal yang merupakan kritik sosial pada seluruh masyarakat Indonesia. Kerusakan manusia dalam lingkungan sosial membuahkan suatu penemuan baru di mana seakan bumi membuktikan bahwasanya ia hanya sendiri, berdiri sendiri meski harusnya banyak aspek yang memengaruhi bahwa bumi ini penuh sokongan. Namun keadaan manusia saat ini meskipun berada di lingkungan sosial yang memengaruhi jalan hidupnya tak lagi dihiraukan. Individualitas merupakan hal utama yang harus terpenuhi.
Hal-hal yang menyinggung sifat individu manusia yang pada akhirnya menggeser hakikat asli manusia yaitu sebagai makhluk sosial tampak dalam karakter ayah Jaya dan Maera. Kedua tokoh ini merupakan figur utama yang banyak dibahas dalam novel. Mulai dari ayah Jaya yang mementingkan harga diri dan melupakan keluarga hingga Maera yang mati-matian kuliah dan lulus cepat serta bekerja sambilan untuk menambah pemasukannya. Dalam novel juga diceritakan bagaimana seorang Maera yakin dan mantap ingin bekerja di Jakarta, tempat yang penuh dengan cahaya di malam hari, gagahnya gedung-gedung tinggi, serta pekerjaan yang mencerminkan gengsi yang tinggi.
Kenyataan dalam novel tersebut yang seperti itulah yang dipilih penulis Okky sebagai cerminan kenyataan yang ada di masyarakat saat ini. Kelebihan novel ini adalah kisah yang diangkat benar-benar mencerminkan situasi yang tengah terjadi di masyarakat Indonesia. Kegagapan masyarakat mengenai kemajuan teknologi yang adamenjadi suatu bahan inti yang harus dipertimbangkan untuk mencari jalan keluar terbaik. Bahasa yang digunakan ringan sehingga tidak menjenuhkan bagi pembaca.Sedangkan kelemahannya adalah tokoh-tokoh dalam novel tidak disebutkan di awal, sehingga bagi pembaca yang awam cukup membingungkan.

                                                                                                       ———— *** ————–

Rate this article!
Kerumunan Terakhir,5 / 5 ( 1votes )
Tags: