Kesadaran Teknologi Dorong Inovasi Pelajar

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman didampingi Kepala UPT Tekkomdik Dra Ema Sumiarti MSi mengabadikan gambar bersama para penerima penghargaan di Olimpiade TIK Pendidikan Jatim 2016.

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman didampingi Kepala UPT Tekkomdik Dra Ema Sumiarti MSi mengabadikan gambar bersama para penerima penghargaan di Olimpiade TIK Pendidikan Jatim 2016.

Olimpiade Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan 2016
Pemprov, Bhirawa
Teknologi Informasi (TI) telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam dunia pendidikan. Sistem penjaringan peserta didik, administrasi sekolah hingga metode pembelajaran guru dan siswa telah berubah ke arah paperless. Perkembangan ini, menyimpan sejuta peluang sekaligus ancaman.
Kesadaran terhadap kehadiran TI menjadi salah satu fokus penting Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim. Kesadaran yang dimaksud ialah memahami bagaimana cara memanfaatkan, serta mewaspadai tentang resikonya. Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman mengatakan, penguasaan TI merupakan tuntutan di era global. Para pelajar, dapat memanfaatkannya sebagai salah satu alat untuk berinovasi, berkreasi dan mengejar prestasi.
“Dunia pendidikan sangat bertanggung jawab terhadap penggunaan TI yang kini sudah familiar di tangan anak-anak sejak mereka masih berusia dini,” tutur Saiful Rachman saat memberikan pengarahan dalam Olimpiade Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan di Hotel Utami, Sidoarjo, Sabtu (12/11) malam.
Saiful menuturkan, pemanfaatan TI harus diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang positif. Yakni membuat inovasi tertentu yang dapat menambah catatan prestasi anak sekaligus mengembangkan life skill mereka. Karena dalam dunia digital kini, bekerja mencari penghasilan tidak harus bertatap muka. “Jual-beli sudah online, karya software bisa langsung dijual, desain grafis juga bisa langsung dijual dengan online. Ini potensi, tapi kalau tidak diarahkan akan menyebabkan hal negatif,” tutur mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini.
Saiful menuturkan, olimpiade TI menjadi salah satu wadah bagi anak-anak didik di Jatim berinovasi. Meski di tingkat nasional hal ini masih jarang ditemui, Saiful bertekad Jatim harus tetap konsisten. Karena itu, para siswa yang memiliki bakat TI akan difasilitasi bila perlu ke tingkat internasional. “Beberapa waktu lalu ana-anak SD dari Jatim berangkat ke Jerman untuk mengikuti lomba robotik. Kita akan fasilitasi pencarian prestasi seperti itu,” terang Saiful.
Lebih lanjut Saiful mengatakan, dengan adanya pelimpahan SMA/SMK dari kabupaten/kota ke provinsi, sekolah harus lebih baik. Tak terkecuali dalam hal sarana-prasana yang terkait dengan TI. “Tidak ada sekolah yang tidak teraliri internet. Semua harus online karena sistem yang akan kita jalankan juga online,” tutur Saiful. Hal itu, lanjut Saiful, akan ditangani langsung di bawah kewenangan UPT Teknologi, Komunikasi Pendidikan (Tekkomdik) milik Dindik Jatim.
Kepala UPT Tekkomdik Dindik Jatim Dra Ema Sumiarti MSi menambahkan, dalam olimpiade tahun ini sedikitnya terdapat 16 jenis lomba. Beberapa diantaranya ialah game edukasi, penyiaran, robotika, web blog, video pembelajaran, jurnalis sekolah, film dan lainnya. Seluruh lomba tersebut, memiliki kaitan dengan proses pembelajaran di kelas maupun ekstrakurikuler sekolah.
“Yang kita harapkan ialah kreatifitas anak-anak itu dapat terwadahi melalui olimpiade ini. Mereka sejak kecil sudah akrab dengan gadget. Sehingga akan lebih baik jika disalurkan potensinya,” terang Ema Sumiarti.
Menurut Ema, berbagai lomba yang digelar berhasik menarik berbagai kalangan. Termasuk diantaranya pelaku industri yang mulai melirik hasil karya siswa maupun peserta lomba itu sendiri. Untuk festival film sudah ada tawaran dari salah satu televisi nasional untuk ditampilkan karya favoritnya. Sedangkan untuk penyiaran, dari perusahaan televisi sudah ada yang inden juaranya. “Jadi selain prestasi yang didapat siswa, mereka juga mulai mengenal dunia industri untuk persiapan setelah lulus sekolah,” terang Ema.
Tahun ini, perhelatan olimpiade TIK juga dimeriahkan dengan adanya lomba mine craft. Ini merupakan lomba terbaru yang menggunakan kreatifitas tingkat tinggi. Sebab, para peserta diminta membuat sebuah konstruksi dalam dunia tiga dimensi. “Kita datangkan langsung jurinya dari Microsoft. Selain menjaga indepensi lomba, kita juga ingin promosikan kemampuan anak-anak didik Jatim ke perusahaan,” tutur Ema.

Cerita dari Film Akhirnya Jadi Kenyataan
Tidak ada yang benar-benar nyata dalam sebuah cerita film. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, maka itu hanyalah kebetulan belaka. Kebetulan itulah yang juga dialami Nurul Ravika siswa SMAN 2 Ponorogo.
Dalam Festival Sinema Sekolah (FSS) Jatim 2016, dia berhasil membawa pulang trophy aktor terbaik putri. Penghargaan itu diterimanya pada malam Olimpiade Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Sabtu (12/11) yang digelar UPT Tekkomdik Dinas Pendidikan Jatim. Lantas apa hubungannya dengan cerita film?
Ravika merupakan aktor utama dalam film berjudul ‘Hidayah’. Film tersebut menjadi 20 nominator film terbaik dalam FSS 2016. Dalam ceritanya, Hidayah yang merupakan seorang siswa dengan kekurangan fisik tuna wicara mampu meraih prestasi dalam lomba pembuatan film. “Saya yang jadi pemeran Hidayah itu. Tantangannya luar biasa, jadi aktris dengan peran menjadi tuna wicara,” kata Ravika.
Menjadi sosok tuna wicara merupakan tantangan tersendiri baginya. Dia harus belajar menggunakan bahasa isyarat untuk menunjukkan realitas yang sebenarnya. “Harus bagi-bagi waktu, belajar acting, belajar bahasa isyarat, sekaligus belajar sebagai siswa di sekolah,” pungkasnya ditutup senyum manis. [tam]

Tags: