Kesempatan Pelajari Fenomona Super Blood Blue Moon

Komunitas Himpunan Astronomi (HIPAS) Surabaya memberikan pemahaman dan pengarahan pemantauan fenomena gerhana bulan kepada pelajar pegiat astronomi yang berasal dari berbagai sekolah SMA.

Surabaya, Bhirawa
Gerhana bulan super blood blue moon menjadi salah satu fenomena alam yang langka ditemui. Hal ini menarik perhatian berbagai kalangan, mulai peneliti astronomi hingga pelajar sekolah untuk mempelajari fenomena tersebut.
Salah satu komunitas yang aktif mempelajari fenomena tersebut ialah Himpunan Pelajar Astronomi Surabaya (Hipas). Ketua Hipas M Bashroni Shidqon mengatakan, pihaknya melakukan pemantauan proses terjadinya fenomena gerhana bulan ‘Super Blue Blood Moon’ di Rooftop gedung Siola. Fenomena ini menurutnya sangat unik, karena terdapat tidah fenomena gerhana bulan terjadi dalam satu waktu sekaligus.
Ia menambahkan, super blood blue moon terakhir terjadi pada 152 tahun yang lalu. Oleh karenanya, seluruh komunitas pelajar astronom di Surabaya diajaknya untuk menyaksikan proses terjadinya gerhana bulan dengan teleskop dan alat-alat pendukung lainnya. Seperti komunitas astronomi SMAN 9, SMAN 4, SMAN 6, SMPN 3 dan masyarakat umum.
“Prediksi kami, yang akan datang untuk menyaksikkan fenomena langka ini antara 100 hingga 300 orang” Ujarnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, tujuan kegiatan tersebut untuk mengedukasi pelajar dan masyarakat luas mengenai astronomi. Mengingat di Indonesia keilmuan khusus yang mempelajari astronomi sangat jarang.
Ia menjelaskan bahwa bangsa yang besar terletak pada penguasaan ilmu astronominya. Karena dengan keilmuan astronomi, suatu bangsa akan bisa menguasai dan membuat sebuah satelit, seperti satelit komunikasi, satelit pertahanan, satelit penelitian dan sebagainya.
Fenomena gerhana bulan ini tidak hanya disambut dengan antusias untuk menyaksikannya. Sejumlah pelajar di sekolah juga diajak untuk memanfaatkan momen tersebut untuk beribadah. Salah satunya yang dilakukan siswa di SMA Muhammadiyah 10 Surabaya. Para pelajar di sana menyambut fenomena gerhana bulan dengan cara yang berbeda.
Kepala SMA Muhammadiyah 10 Surabaya Sudarusman menuturkan, pihaknya akan mengajak para pelajar melakukan sholat sunnah gerhana bulan secara berjamaah. “Kami ingin, mengajak masyarakat luas khususnya siswa kami untuk lebih bersyukur dengan adanya fenomena langkah” tuturnya.
Tidak hanya sholat berjamaah melainkan kajian ilmiah yang dilihat dari segi keagamaan dan proses pemantauan gerhana juga dilakukan oleh pihaknya. Acara tersebut diyakininya akan menarik ratusan jamaah untuk ikut serta dalam kegiatan positif tersebut.

Patahkan Hipotesa Bumi Datar
Super Blood Blue Moon tidak hanya menjadi momen langka dalam catatan manusia. Fenomena inisekaligus dapat mematahkan hipotesa bahwa bumi datar yang diyakini oleh sebagian orang. Pakar Theotirycal Physic Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Nat Bintoro Anang Subagyo mengaku, hipotesa tersebut tidak terbukti dengan adanya gerhana bulan ini.
“Ketika Hipotesa itu tidak bisa dijelaskan dengan fakta, maka hipotesa tersebut akan patah dengan sendirinya” Ungkap Kepala Laoratorium Fisika dan Filsafat Alam ITS.
Istilah super blood blue moon yang digunakan pada fenomena gerhana bulan kemarin (31/1) dikarenakan berbagai faktor. Menurut penjelasan Anang, fenomena super blood blue moon memiliki pengertian yang berbeda-beda. Dinamakan super blood blue moon karena gerhana bulan tersebut hampir menyerupai warna merah darah. “Semakin tinggi polutan yang terurai di atsmosfer, maka warna gerhana bulan ini akan terlihat berwarna merah pekat” Ujar Kepala Laoratorium Fisika dan Filsafat Alam.
istilah ‘super’ yang digunakan pada fenomena gerhana bulan mengacu pada jarak terdekat bulan ke bumi. Ia mengatakan, dengan posisi tersebut, fenomena gerhana bulan akan bisa dilihat oleh mata telanjang, karena bulan akan mengalami perbesaran mulai 7 persen hingga 10 persen. Namun, tentunya hal ini juga dipengaruhi oleh faktor cuaca.
“Jika cuaca mendukung, cerah kita akan bisa melihat dengan jelas proses terjadinya gerhana bulan meskipun dengan mata telanjang” Tuturnya.
Selain itu, tambahnya untuk istilah ‘blue moon’ digunakan karena dalam satu bulan (Januari) ini, terjadi dua kali proses gerhana bulan. Yang pertama adalah gerhana bulan purnama, dan kedua adalah gerhana bulan total yang dinamakan ‘super blood blue moon’.
Fenomena ini, di katakannya, akan dinikmati oleh sepertiga bagian permukaan bumi. Bebebapa negara tidak akan bisa melihat proses gerhana bulan ini secara utuh. “Ada yang melihat gerhana bulan sebagaian, ada yang penuh dan ada ketika fase total itu sudah terlewati” ungkap dosen teori fisika ini.
Di Indonesia sendiri, fenomena ‘super blood blue moon’ akan bisa dilihat dari Sabang hingga Merauke. Fenomena ini akan terjadi mulai pukul 17.51 hingga 23.00 WIB. Namun, Fase Maksimum gerhana bulan total diprediksi akan terjadi pada pukul 20.30 WIB. Terjadinya fenomena gerhana bulan dijelaskan oleh Bintoro ketika sebagian dan keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Hal tersebut terjadi karena posisi bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama. Sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Dengan adanya fenomena yang seperti ini, Ia berharap bahwa semakin banyak edukasi yang diberikan kepada masyarakat umum. Sehingga nantinya, masyarakat bisa mengetahui, melihat dan menganalisa sendiri mengenai gejala alam tersebut. “Sehingga nanti mereka akan menggunakan pemikiran logikannya dalam menganalisa sesuatu berdasar pada keilmuan yang dimiliki” ungkapnya. [ina]

Tags: