Kesenjangan Sosial Ancaman Masuknya Paham Kiri

H Sungkono mendorong masyarakat menggunakan energy positifnya. [hadi suyitno/bhirawa]

H Sungkono mendorong masyarakat menggunakan energy positifnya. [hadi suyitno/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Waspada terhadap ancaman yang merongrong NKRI harus terus digelorakan, mulai muncul bibit disintegrasi, memecah belah Umat Islam, penghinaan terhadap Agama Islam dan mengadu domba antar-kelompok di masyarakat.
Tertangkapnya enam remaja yang bahkan ada yang di bawah umur tengah menginjak-injak Alquran, mengingatkan awal peristiwa G30 S 1965. Kitab Suci Umat Islam justru diinjak-injak di dalam Masjid di Tulungagung dan ini jangan dipandang sepele.
Tindakan cepat Polres Tulungagung yang menangkap enam remaja itu harus ditindaklanjuti dengan mencari motifnya, apa dibalik pelecehan terhadap Agama Islam itu? Belakangan juga ada yang memakai kaos bergambar palu arit yang merupakan lambang komunis.
Anggota MPR RI dari Fraksi PAN, H Sungkono, dalam sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di Tanggulangin, Sabtu (18/6) lalu menyatakan, keutuhan, kerukunan dan ketahanan sebagai bangsa yang selama ini dijaga mulai ada yang mencoba merobek.
Mulai muncul gejala yang mengingatkan peristiwa 1965, diawali dengan penghinaan, pelecehan terhadap Islam. Masyarakat harus memasang telinga, meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan. ”Jangan memberi peluang terhadap bangkitnya komunis di tanah air,” ujarnya.
Diakui kondisi ekonomi dan sosial mengalami ketimpangan yang makin tajam. Kesenjangan ekonomi kaya dan miskin sudah sangat luar biasa. Kemiskinan merupakan ibu kejahatan, dan kemiskinan mudah dimasuki paham kiri. kemiskinan telah menyebabkan masyarakat berpikir tidak rasional. Berbuat kejahatan, criminal entah pencurian, penjambretan, perampasan, perampokan dan pembegalan menjadi makanan sehari-hari. Hal itu timbul akibat kemiskinan.
Ia mengajak masyarakat untuk memanfaatkan energy positifnya untuk bekerja, mencari nafah yang halal dan bila niat dan energy ini dikerahkan akan memberikan rejeki besar. Pada saat ini etos dan effort kerja harus tinggi. ”Saya pikir rakyat Indonesia banyak yang memiliki skill dan semangat, jangan putus asa. Cari peluang kerja sampai mentok,” ujarnya.
Dalam hidup ini jangan mudah putus asa, jangan pasrah. Tetapi harus kerja keras, dengan bekerja maka akan mengurangi pikiran untuk berbuat buruk. ”Apabila lemah, maka pikiran jahat akan mendatangi kita,” terangnya. Kini Indonesia menghadapi darurat Narkoba, korupsi, kejahatan seks, criminal dan sebagainya. Untuk memerangi itu, tidak ada jalan lain, selain bekerja dan bekerja. Dengan stabilnya ekonomi keluarga maka dengan sendirinya menggerus kesenjangan sosial dan ekonomi.
Masih menurut politisi Dapil Sidoarjo – Surabaya ini, sebagai seorang pengusaha industry kerajinan kulit, ia memiliki kewajiban mendorong masyarakat untuk aktif dalam meningkatkan taraf ekonominya.
”Semakin kecil kesenjangan sosial itu, maka semakin sedikit kemiskinan di masyarakat kita. Dan imbasnya masyarakat tak akan termakan oleh ajaran kiri yang bisa merusak sendi sendi bernegara kita,” jelas Sungkono.
Sementara itu, Emir Firdaus, Wakil Ketua DPRD Sidoarjo dari FPAN yang hadir dalam sosialisasi , juga menyampaikan pentingnya antispasi faham kiri atau komunis bagi masyarakat. paham kiri yang beraliran sosialis komunsi memang menekan pada pemerataan strata. ”Paham seperti ini tak bisa diterapkan di Indonesia. Apalagi paham kiri yang atheis itu menjadi musuh abadi Umat Islam. Tidak ada tempatnya di bumi Indonesia bagi paham Atheis,” tekannya. [hds]

Tags: