Kesiapsiagaan Bencana dan Akses Informasi Iklim

Wahyu Kuncoro SNOleh :
Wahyu Kuncoro SN
Wartawan Harian Bhirawa ; Alumnus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) – Surabaya

Perubahan iklim secara faktual telah mengakibatkan berbagai bencana alam yang berkepanjangan. Bahkan menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hampir 80 persen peristiwa bencana alam di wilayah Asia merupakan akibat dari perubahan iklim global. Artinya, dampak perubahan iklim baik secara langsung atau tidak telah mendominasi sebagian besar kejadian bencana di kawasan Asia termasuk Indonesia.
Berbagai  bencana alam seperti banjir, kekeringan, badai tropis, kenaikan muka air laut, peningkatan abrasi, dan ketidakpastian musim menimbulkan dampak serius terhadap seluruh aspek kehidupan. Beberapa sektor sensitif seperti dalam bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, pertanian, kesehatan, infrastruktur, transportasi, energi, dan pariwisata, serta sosial humaniora merupakan sektor yang akan terimbas serius apabila terjadi bencana.
Iklim tropis basah yang seharusnya adalah anugerah bagi Indonesia perlahan berubah menjadi ancaman bencana karena kita abai terhadap alam. Bencana alam akibat curah hujan selalu berulang di beberapa tempat di Tanah Air. Selain mengambil korban jiwa, bencana yang terjadi juga mengakibatkan kerugian materi triliunan rupiah akibat musnahnya harta benda dan hilangnya produktivitas kerja.
Hari ini, ketika musim kemarau belum lama bergulir, berita tentang kebakaran di permukiman dan hutan sering kita dengarkan. Hal yang nyaris sama terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Bahkan muncul berita tentang kemungkinan munculnya fenomena alam El Nino atau Osilasi Selatan bagi Indonesia. Mengingat dampaknya kalau fenomena ini terjadi tahun ini, sepatutnya kita perlu mengantisipasinya. Dampak El Nino paling dirasakan petani kecil. Gejala alam yang bisa menimbulkan musim kemarau panjang akan membuat mereka kesulitan mendapatkan air, tidak hanya untuk tanaman, tetapi juga untuk keperluan diri sendiri.
Kita tidak ingin kecolongan oleh ketidaksiapan jika El Nino benar-benar datang pada pertengahan tahun ini. Untuk itu, ada baiknya pihak yang berkepentingan dengan terjadinya fenomena ini mendapatkan informasi rinci. Bagi petani, perlu ada persiapan menyiapkan tanaman komoditas yang lebih kurang membutuhkan air. Ini untuk memperkecil kemungkinan gagal panen dibandingkan kalau mereka menanam tanaman yang butuh banyak air.
Memang, diperkirakan El Nino tahun ini bersifat moderat, tidak ringan, tetapi juga tidak berat. Meski moderat, ia akan membuat awal musim hujan mundur. Jika mengacu pada kejadian 1997, El Nino menimbulkan kekeringan panjang, kekurangan air bersih, dan kebakaran hutan. Kita yang ingin menjadi bangsa pembelajar tentu tidak ingin dampak buruk yang diakibatkan peristiwa alam terulang dan menimbulkan penderitaan.
Memudahkan Akses Informasi Iklim
Potensi bencana akibat perubahan iklim sungguh demikian nyata di depan kita. Sementara pada wilayah lain masyarakat memiliki keterbatasan akses informasi terkait bencana dan perubahan iklim, sehingga menjadikannya sebagai kelompok masyarakat paling terdampak akibat bencana dan perubahan iklim.
Minimnya informasi dan keterbatasan akses informasi terhadap kebencanaan dan dampak perubahan iklim tersebut cukup mengkawatirkan bagi masyarakat yang rentan terkena dampaknya, seperti masyarakat pesisir, masyarakat di lereng bukit dan sebagainya. Penyebarluasan dan akses Informasi terkait kebencanaan dan perubahan iklim merupakan kunci utama sebagai upaya meminimalisir dampak timbul kepada masyarakat pesisir.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut maka langkah mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim menjadi satu bagian yang perlu diperhatikan dengan serius dalam perencanaan pembangunan nasional. Mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim pada berbagai sektor lebih difokuskan untuk menyiapkan berbagai program mitigasi sebagai upaya untuk mengurangi dampak bencana terhadap sumberdaya berbagai sektor.
Pemahaman iklim diperlukan untuk mendukung proses mitigasi bencana dan membantu pengambil keputusan di semua level untuk membuat keputusan. Tidak saja terbaik, tetapi juga membawa manfaat besar bagi kehidupan. Untuk itu, informasi iklim harus mudah dimengerti.
Informasi iklim dikembangkan bagi pengguna secara luas dalam bentuk laporan, grafis, dan produk informasi lain yang dapat mereka pahami dan gunakan sebagai dasar bertindak. Setiap pengguna diyakini memiliki kebutuhan berbeda. Di sektor pertanian, prediksi suhu dan curah hujan membantu petani memutuskan penanaman, pemanenan, dan pemasaran. Program Sekolah Lapang Iklim merupakan contoh nyata implementasi pemahaman iklim bagi penyuluh pertanian. Bagi pengelola sumber air, informasi iklim dapat mengoptimalkan kebutuhan air dan pengelolaan banjir. Di sektor energi, informasi iklim mendukung penentuan lokasi dan tipe pembangkit listrik yang dibangun. Di bidang kesehatan, masyarakat menggunakan prakiraan intensitas dan frekuensi kekeringan, gelombang panas, dan banjir dalam beberapa bulan atau tahun mendatang. Itu untuk meyakinkan, persediaan dan pelayanan medis tersedia di mana pun dan kapan pun.
Penyampaian informasi cuaca kepada pemangku kepentingan, hendaknya tak hanya untuk mendukung proses mitigasi bencana. Proses evakuasi setelah bencana juga memerlukan informasi cuaca untuk meredam bencana saat operasi evakuasi oleh petugas SAR dan relawan. Ini terlihat manfaatnya pada saat evakuasi korban meletusnya Gunung Kelud, Februari 2014. Informasi cuaca setelah musibah juga bermanfaat saat setelah longsor Banjarnegara dan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, Desember 2014 yang lalu.
Selanjutnya Bagaimana?
Ancaman cuara buruk bukan hanya terjadi Indonesia, juga terjadi di negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, atau Filipina yang semusim dengan Indonesia. Hanya, masalahnya, bencana alam yang terjadi di Indonesia kadang penanganannya kurang baik, sehingga selalu meminta korban jiwa serta materi yang amat banyak dan kerugian yang sangat besar.
Seolah bencana yang menimpa Nusantara cenderung makin buruk dari waktu ke waktu. Akibat yang di-timbulkan juga sering lebih negatif dan memiliki implikasi luas terhadap jiwa manusia dan lingkungan. Kalau demikian, adakah sesuatu yang terjadi secara amat luar biasa di Indonesia itu terkait dengan ancaman bencana yang akibat buruknya telah memeras tenaga, pikiran, materi, serta meminta amat banyak korban jiwa?
Barangkali yang mau dibeber terkait dengan begitu mudahnya bencana terjadi di Indonesia yang meminta banyak korban, antara lain, adalah keseriusan untuk menyadari dan memahami perubahan lingkungan yang tergolong buruk.
Ketika isu-isu internasional global terkait dengan global warming (pemanasan global) mencuat sebagai agenda kerja bersama antarbangsa, kita terkesan tak cukup serius menanggapinya dengan kerja-kerja nyata tentang penyelamatan lingkungan, ekosistem, serta temperatur bumi yang terus mengancam keselamatan bersama.
Simak saja, misalnya, belum banyak regulasi politik atau kebijakan nasional yang secara nyata teruji untuk menyelamatkan bumi, ekologi, dan lingkungan sosial. Memang ada kampanye nasional, tapi tidak teragendakan menjadi kerja-kerja penyadaran yang berimplikasi konkret bagi perubahan perilaku warga agar lebih ramah dan tidak ”kolonialis” terhadap bumi beserta isinya di sekitar mereka.
Sudah tahu kalau merusak hutan berakibat pada gundulnya hutan yang membuat tanah mudah longsor, toh tidak banyak upaya untuk menghentikannya. Perambahan hutan, eksploitasi isi hutan, serta pengubahan fungsi lahan terus berlangsung sistematis.
Alam telah membayar tunai sikap sebagian masyarakat dan pemimpin yang terus abai terhadap lingkungan dan tidak pandai menghargai apa yang kita miliki. Pemahaman tentang pentingnya hidup harmonis bersama alam tidak dapat diselesaikan hanya oleh satu instansi pemerintah, lembaga, atau organisasi masyarakat. Pemahaman ini harus ditanamkan sejak dini melalui pendidikan di sekolah dan rumah. Pemahaman juga harus terus konsisten diberikan kepada masyarakat luas.
Wallahu’alam Bhis-shawwa

                                                                                                                    ————– *** ————–

Tags: