Kesulitan Panen, Biaya Tebang dan Angkut Naik 35 Persen

Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Masa angkut tebu saat panen dari sawah ke tempat penggilingan atau pabrik rupanya memakan waktu. Rata-rata waktu yang dibutuhkan sekitar 15 jam. Hal itu berpengaruh pada hasil produksi selama ini.
Kondisi tersebut tentunya menyebabkan naiknya biaya ongkos angkut sebesar 35 persen. “Hujan seperti ini mengakibatkan mobil, truk, dan lori tidak bisa masuk dalam kebun. Biaya tebang dan angkut naik,” paparnya.
Disbun Jatim berencana memangkas hal tersebut maksimal selama 12 jam harus sudah sampai di penggilingan, sesuai dengan Perda Nomor 17 tahun 2012 tentang Usaha Perkebunan menyebutkan masa atau waktu maksimal 12 jam.
Disisi lain, Samsul juga menjelaskan, saat ini produksi tebu mengalami kenaikan namun sayangnya rendemen menurun. Rata-rata penurunan rendemen sampai bisa mencapai 6,38 persen.
“Namun, ada juga yang masih bagus. Paling tidak mencapai angka tipis 7 persen, seperti PG Asem Bagus, PG Ngadirejo, dan PG Krebet. Tahun lalu, rendemen tebu bisa mencapai 9 persen. Kondisi cuaca seperti ini pernah dialami pada tahun 2010 lalu ” paparnya.
Dampak dari menurunnya rendemen, produksi gula juga akan mengalami penurunan 10 persen. Jika tahun lalu produksi gula mencapai 1,21 juta ton, namun tahun ini diperkirakan hanya mencapai 1,1 juta ton.
“Kalau jumlah tebu yang ditimbang, dulunya 14,5 juta ribu ton, kini lebih dari 16 juta ribu ton. Ada petani yang tidak membawa tebu ke pabrik gula, namun menjual kuintal tebu ke pedagang tebu. Pedagang membeli tebu dan membawa ke pabrik gula. Pasaran 60 ribu per kuintal,” katanya. [rac]

Tags: