Keterlibatan Perempuan dalam Terorisme

Aksi terorisme di Mabes Polri yang terjadi pada Rabu (31/03) sore bukan hanya mengagetkan melainkan juga mengundang keprihatinan publik. Terlebih aksi itu dilakukan oleh seorang gadis yang mengacungkan senjata dan berakhir dengan tembakan petugas hingga pelaku tewas. Realitas tersebut, semakin menguatkan bahwa keterlibatan perempuan dalam aksi teror beberapa tahun terakhir cukup menyita perhatian.

Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ada peningkatan tren aksi teror yang melibatkan perempuan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam kurun waktu sepuluh tahun (2001-2020), jumlah tahanan perempuan terkait aksi terorisme di seluruh Indonesia tercatat mencapai 39 orang. Meski hanya 10 persen dari jumlah laki-laki. keterlibatan perempuan itu bisa menjadi warning bagi Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, di 2018 tercatat ada 13 orang perempuan yang terlibat dalam aksi terorisme di Indonesia. Setahun berikutnya, ada peningkatan 15 orang, (CNN Indonesia.Com/Kompas, 3/4/2021).

Itu artinya, keterlibatan perempuan dalam terorisme saat ini mengalami tren peningkatan. Bahkan, keterlibatan perempuan dalam jaringan teror seolah efektif. Pasalnya, bisa jadi pelaku perempuan lebih tidak dicurigai daripada teror laki-laki. Selain itu, jika terperhatikan dari data BNPT tersebut ada pergeseran peran perempuan dalam aksi terorisme di Indonesia selama 20 tahun terakhir.

Pada kurun waktu 15 tahun (2001-2015), peran perempuan dalam aksi terorisme lebih pada invisble rules atau di belakang layar. Artinya, peran perempuan saat itu, bisa dibilang sebagai ideological supporter. Berbeda dengan saat ini, perempuan justru menjadi visible rules. Sehingga, bisa dibilang saat ini peran perempuan sebagai aksi teror tidak hanya sebagai eksekutor di lapangan, tepi mereka juga memiliki peran penting untuk memuluskan serangkaian aksi jaringan terorisme. Sebab, aksi teror kerap kali tidak berdiri sendiri melainkan terkait dengan jaringan. Nah, untuk mencegah meluasnya paham radikal terhadap perempuan adalah pekerjaan bersama. Artinya, tidak hanya tanggung jawab BNPT semata. Akan tetapi, menjadi tanggungjawab semua lapisan masyarakat.

Ani Sri Rahayu
Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Tags: