Keterlibatan Publik Wujudkan Merdeka Belajar

Oleh:
Puri Fitriani
Guru di SMPN 189 Jakarta, Penulis juga penggiat literasi anak dan remaja. Selain menjuarai beberapa kompetisi menulis, beberapa buku antologi juga menjadi bukti konsistensinya menulis.

Sekitar satu bulan yang lalu, seorang kawan lama mengajak saya untuk bergabung dalam satu kelompok gerakan pendidikan non profit yang diinisiasi oleh para relawan masyarakat dimana mayoritas partisipannya tanpa gelar khusus di bidang pendidikan formal. Gerakan ini disebut Sekolah (Milik) Publik. Cita-cita dari gerakan ini adalah untuk dapat menjadi mitra dari sekolah-sekolah formal, baik negeri maupun swasta, guna melengkapi peran-peran penting dalam pendidikan generasi muda yang belum terakomodir oleh institusi pendidikan formal.

Sekolah (Milik) Publik melihat adanya celah dalam kurikulum di instansi pendidikan formal yang mungkin mengalami kesulitan untuk memberikan informasi atau wacana kekinian tentang bidang-bidang pekerjaan beserta pengetahuan penunjangnya, yang terbuka di masa depan bagi para peserta didik saat ini. Hal ini sesungguhnya sangat dapat dimaklumi, mengingat beban tanggung jawab instansi pendidikan formal yang sangat padat, disertai target-target pencapaian yang wajib ada sebagai standard kualitas yang berlaku umum.

Celah ini yang kemudian dibidik oleh Sekolah (Milik) Publik, untuk dapat dilengkapi. Sehingga menelurkan gagasan untuk merangkul sebanyak mungkin pakar dan praktisi dari berbagai bidang profesi, untuk kemudian mengajak para pakar dan praktisi ini berbagi ilmu mereka pada para peserta didik di sekolah-sekolah formal. Target awal capaian yang dicanangkan oleh gerakan Sekolah (Milik) Publik sangat sederhana. Hanya ingin membuka wawasan dan memberi informasi pada para pelajar tentang beragam profesi yang dapat ditekuni di masa depan mereka.

Sebab dengan pergeseran trend globalisasi dunia dan perkembangan teknologi, saat ini sangat banyak bidang-bidang pekerjaan baru yang mungkin belum ada pada beberapa dekade yang lalu. Sebaliknya, ada pula beberapa pekerjaan yang makin tenggelam keberadaannya. Sementara umumnya pelajar di Indonesia sangat menjadikan jurusan-jurusan di Perguruan Tinggi Negeri favorit sebagai kiblat profesi idaman dan tujuan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi.

Sekolah (Milik) Publik kemudian mengundang dan mengumpulkan para pakar dan praktisi, juga para peserta didik untuk bergabung dalam satu kelompok. Agar para pakar dan praktisi profesional dapat berbagi informasi tentang bidang pekerjaan yang mereka tekuni kepada para generasi muda. Juga kebutuhan keterampilan, ilmu dan legalitas pendidikan apa yang dibutuhkan oleh bidang pekerjaan tersebut. Serta bagaimana detil pekerjaan yang harus mereka lakukan dalam menggeluti satu profesi tertentu. Para pakar dan praktisi ini kemudian tidak hanya berbagi informasi di permukaan kulit saja. Tapi juga sangat membuka diri untuk menularkan dan berbagi ilmu yang mereka miliki lebih dalam kepada para siswa dari berbagai sekolah di seluruh nusantara.

Setelah membukakan beragam wacana kepada para peserta didik, selanjutnya para siswa ini bebas menentukan sendiri, bidang-bidang ilmu apa yang ingin mereka eksplorasi dan kuasai lebih jauh. Setelah kurang lebih satu bulan bergabung menjadi relawan di Sekolah (Milik) Publik ini, saya pun merasakan wawasan menjadi makin luas dan bertambah. Bahkan bagi saya yang sudah tua pun, ternyata masih ada sangat banyak bidang-bidang ilmu dan pekerjaan yang belum pernah saya ketahui. Dan nyata terasa bahwa Sekolah (Milik) Publik sangat memberikan kebebasan dan kemerdekaan pada semua partisipan di dalamnya untuk dapat berperan aktif memberi sekaligus mengambil manfaat maksimal dalam pendidikan. Semua menjadi guru dan semua juga menjadi murid, mungkin adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan interaksi yang terjalin di antara sesama partisipan Sekolah (Milik) Publik.

Menilik ke belakang, sebetulnya gerakan keterlibatan publik bagi dunia pendidikan sejenis bukan yang pertama muncul di negara ini. Bertahun-tahun yang lalu ada gerakan Indonesia Mengajar yang mengambil peran aktif memberi sumbangsih pendidikan bagi daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) di Indonesia. Disusul kemudian dengan adanya program Kelas Inspirasi, yang juga mengundang para praktisi dari berbagai profesi turun ke sekolah-sekolah dasar untuk berbagai ilmu dan informasi tentang profesi mereka.

Jauh sebelum itu juga sudah ada banyak lembaga-lembaga kursus menawarkan ratusan bidang ilmu dan keterampilan dengan sasaran minat dan bakat siswa terutama di sisi non akademis. Para peserta didik sangat bebas merdeka memilih bidang ilmu apa yang ingin mereka perdalam. Di sisi akademis, keterlibatan publik dalam pendidikan formal juga sesungguhnya makin terbuka. Hal ini dapat terlihat dengan makin bertambahnya pelaku homeschooling, yang kemudian terfasilitasi kebutuhan legalitas pendidikannya lewat jalur Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau PKBM.

Media Sosial dan Keterlibatan Publik

Setelah memasuki era digital, keterlibatan masyarakat umum di ranah pendidikan semakin terbuka. Di masa pandemi dan social distancing nyaris enam bulan terakhir, muncul banyak sekali partisipasi masyarakat di ranah pendidikan baik formal maupun non formal, terutama dalam wujud sesi-sesi webinar melalui beragam platform. Saya pun beberapa kali mengambil kesempatan berpartisipasi dalam pendidikan daring dengan mengadakan beberapa pembelajaran online. Baik dalam bentuk webinar adengan durasi beberapa jam saja, atau pun dalam format pelatihan daring dengan durasi satu minggu hingga berbulan-bulan.

Pentas seminar daring atau webinar menjadi pilihan yang makin populer digunakan sebagai media bagi siapa saja yang ingin berbagi ilmu. Salah satu alasan adalah karena sifatnya yang sangat fleksibel, mampu menjangkau peserta didik dalam area yang nyaris tak terbatas sekat wilayah domisili. Meski semula masih kurang luwes dalam hal waktu pelaksanaan yang terkadang tidak mampu diikuti oleh seluruh pihak yang berkeinginan menjadi peserta. Namun tantangan perihal waktu pelaksanaan itu kini dapat teratasi dengan memanfaatkan media sosial. Sehingga materi yang disampaikan dalam webinar dapat direkam utuh, untuk kemudian diunggah di berbagai platform media sosial. Dengan demikian maka siapa pun dapat memutar ulang rekaman tersebut agar dapat menyerap semua ilmu dan informasi yang dibutuhkan.

Media sosial seperti facebook dan youtube pun kini ibarat menjadi belanga yang mempertemukan para pemberi ilmu dan pencari ilmu. Siapa saja bebas merdeka memberi sumbangsih keilmuan yang dimilikinya, mulai dari hal yang dirasa remeh hingga sesuatu yang dianggap rumit. Para pembelajar sejati berbagai usia pun memperoleh kemerdekaannya untuk belajar, menyerap semua ilmu dan informasi yang dibutuhkan atau diinginkan sesuai minatnya. Hal ini perlu disadari dan digaungkan pada sebanyak mungkin pihak. Sebab keterlibatan publik semacam ini bisa jadi adalah wujud merdeka belajar yang sejati. Dan memajukan dunia pendidikan bukan hanya menjadi salah satu tanggung jawab publik, tetapi juga adalah hak yang dimiliki seluruh lapisan masyarakat.

————- *** —————–

Tags: