Ketika Eks Pejabat Pemprov Dipertemukan dalam Paguyuban Soedroen

Eks Pejabat Pemprov Jatim, termasuk Pakde Karwo dan H Imam Utomo menjalin silaturahim dalam komunitas Soedroen.

Berkumpul Tanpa Formalitas, Silaturahim Jadi Terapi Hati
Kota Surabaya, Bhirawa
Setiap jabatan ada masanya. Begitu pun pangkat dan golongan, kelak akan dipertemukan dengan pensiun juga. Namun, tidak dengan ikatan emosional dan rasa persaudaraan yang terus disemai hingga tetap terjaga. Semakin lama, semakin kuat. Begitulah Soedroen, komunitas para eks pejabat Pemprov Jatim memaknai ketersalingan di antara mereka.
Santai tanpa formalitas protokoler menciptakan suasana hangat kala para anggota Soedroen bertemu. Paguyuban ini berhasil menyatukan orang-orang besar di Jatim dalam satu komunitas, tanpa struktur jabatan dan tanpa sekat. Termasuk di dalamnya ada Nama H Imam Utomo dan Dr H Soekarwo, mantan Gubernur Jatim. Lainnya, ada mantan kepala OPD hingga Sekdaprov yang pernah memperkuat lini depan Pemprov Jatim.
Sekali tempo, mereka menggelar pertemuan untuk setidaknya saling melepas kangen. Lagi-lagi tanpa formalitas dan mengalir apa adanya. Kali ini, Sodroen menggelar silaturahim keempat kalinya di Hotel Novotel, Surabaya, Sabtu (15/2).
Dalam pertemuan itu, turut hadir Gubernur Jawa Timur periode 1998-2008, H Imam Utomo. Ekspresi kegembiraannya pecah ketika dipertemukan kembali dengan orang-orang yang dulu pernah menjadi anak buahnya. Dia mengaku senang dapat hadir sekaligus diterima menjadi anggota paguyuban ini. Menurutnya acara silaturrahim ini akan semakin mempererat jalinan antar anggota yang sudah purna. “Ini istilahnya ketemu kangen,” kata Gubernur Jatim ke-12 yang juga mantan Pangdam ini.
Di moment moment temu kangen ini lanjut ketua PMI Jatim itu, banyak tersirat kisah-kisah masa lalu, baik kala menjadi staf dari Gubernur Imam Utomo ataukah kala menjadi staf Gubernur Soekarwo. “Namun yang pasti di komunitas Soedron tidak membicarakan soal politik maupun pemerintahan, Intinya guyon saja, guyub dan rukun,” gubernur dua periode itu.
Senada dengan Imam Utomo, Gubernur Jawa Timur Periode 2009-2019, Dr H Soekarwo pun memberikan apresiasi mendalam untuk pertemuan singkat tersebut. Soedron kata dia, adalah paguyuban silaturahim antara ASN di Pemprov Jatin, baik bagi mereka yang pernah atasan dan anak buah. “Ketika saya mendapatkan undangan setelah saya sudah tidak lagi menjadi Gubernur, saya telpon Pak Harun, langsung minta dibuatkan kartu anggota,” kata Pakde Karwo.
Mengenang masa lalu itu, sambungnya, adalah sebuah hal yang sehat, karena ini terapi hati dan pikiran yang positif. Bisa terbebas dari sakit, makin rileks dan bikin ketawa. Memperpanjang usia, karena bisa mengurangi penatnya pikiran dengan pekerjaan masing-masing. Karenanya, Pakde Karwo mengusulkan pada semua anggota agar semua jabatan yang dulu ditanggalkan. Sehingga tak ada lagi struktur.
“Aplikasinya di paguyuban tak ada susunan pengurus karena semua sama. Saya senang karena teman-teman bisa lepas. Bahkan Pak Imam pun, dengan perjalanan beliau dalam militer, disini bisa lepas, tertawa bersama. Merangkul lebih baik daripada menginstruksi, egaliternya terasa, lebih guyub,” ungkap anggota Watimpres Jokowi itu.
Memang di pertemuan tersebut satu sama lain saling bersahutan dalam mengisi acara, setting formal sebagaimana protokoler di pemerintahan tak nampak sedikitpun. Kala pembicara di depan selesai berceramah, micpun berganti tanpa ada MC. Ya namanya Soedroen isi pembicaraannya hanya menyangkut masalah saling kabar, saling kenangan guyonan.
Pakde Karwo mengenang jabatan sebagai ASN sudah selesai. Tidak ada lagi ikatan struktural. Tapi persahabatan tidak boleh terputus karena purna tugas, itulah mengapa paguyuban ini penting, untuk memepererat tali silaturahim yang selama ini telah terjalin.
Sementara itu, Mantan Kepala Dinas Pendidikan, Harun menjelaskan, Soedroen ini bermula dari sebuah pembicaraan ringan dalam mobil usai menjenguk seorang mantan pejabat eselon II Pemprov Jatim yang sakit, dari pembicaraan itu akhirnya sepakat untuk mendirikan paguyuban yang mewadahi mereka untuk menjalin silaturahim. “Saat itu tahun 2017, saya, Pak Cahyono, Pak Cipto, Pak Dodo, dan Pak Edi berbincang sampai akhirnya terbentuk komunitas Soedroen ini. Mengalir begitu saja, tidak dikonsep dan tidak ada rencana,” jelas Harun.
Mengapa Soedroen, sambungnya, ya karena disini isinya gojekan, bercanda. Kita semua pernah bekerja bersama, mengenang masa lalu itu merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan. Tidak ada politik, tidak ada program kerja, tidak ada struktur, yang ada adalah kenangangan yang dibalut dalam serita untuk mengikat silaturahim agar lebih erat. [Adit Hananta Utama]

Tags: