Ketika “Media Sosial menjadi Dewa”

Oleh :
Achmad Zamzami SE., MM.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat di abad ini sepertinya sudah membawa dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Banyak media sosial yang sudah kita kenal saat ini seperti Facebook, Instagram, Twitter, Pinterest, Path, Google+ dan masih banyak lagi yang lain.
Berbagai dampak baik yang positif maupun yang negatif jelas semakin terlihat di kehidupan sekitar kita, atau bahkan mungkin kita sendiri yang mengalami hal ini.Dampak positif yang bisa kita dapatkan dari perkambangan sosial media adalah kita bisa secara cepat untuk mengupdate berbagai berita dan informasi dan juga kita bisa secara langsung berkomunikasi dengan sesama kita di berbagai pelosok dunia.
Tapi ada kekhawatiran bahwa perkembangan sosial media yang begitu hebat ini bisa juga membuat generasi yang sekarang dan akan datang menjadi semakin mengisolasi kan diri mereka dari kehidupan sosial yang sesungguhnya. Dari kehidupan sosial di keluarga sampai kehidupan sosial di masyarakat.Hampir semua orang Indonesia yang sudah mengerti bagaimana menggunakan internet pasti sudah memiliki Account atau menjadi member di salah satu media sosial yang ada, seperti Facebook contohnya. Berdasarkan survey beberapa waktu yang lalu, Indonesia menempati peringkat ke 3 Negara yang sering mengakses Facebook, WOW, fantastis bukan ?ya, sebuah kebanggan dan juga sebuah kekhawatiran bagi bangsa ini.
Bangsa Indonesia di bangun dari semangat sosial dan gotong royong yang tinggi, oleh karena itu kita tidak boleh mengasingkan diri kita dari dunia sosial yang seungguhnya. Cobalah untuk sering mengikuti acara kumpul bareng dengan keluarga, atau RT/RW, atau bahkan di komunitas kita dan ingat saat berkumpul upayakan untuk menjauhkan perangkat handphone anda dari pandangan, biarkan diri kita untuk berkomunikasi secara real melalui tatap mata dan canda tawa saat bersama keluarga dan sahabat.
Baiknya kita tahu apa yang akan kita lakukan sebelum kita bermedsos, sebab media sosial bisa menjadikan kita terjerembab terjerat UU ITE bisa pula menjadikan peningkatan derajat,menambah penghasilan dan manfaat lainnya,bahkan keretakan hingga perceraian dalam rumah tangga pun bisa terjadi, sadar tak sadar kita harus memahami terlebih dahulu agar saat bermedsos kita dapat melakukan dengan Bijak dan tak men Dewa kan medsos dalam berkehidupan.
Sosial Media (Sosmed) adalah suatu bentuk aplikasi yang di buat dari berbagai delevopment / pengembang perusahaan yang berbeda dan dengan pencipta yang berbeda, yang terus ada suatu pembaharuan dari sosial media itu atau bisa di sebut sosmed, sosmed rata-rata di gunakan oleh masyarakat umum yang ada di Negara Indonesia ini, bahkan mayoritas di gunakan oleh kalangan remaja zaman now, sampai anak-anak zaman now juga menggunakan sosmed, yang trend nya lagi tidak kalah orang tua juga tidak ketiggalan gaul untuk menggunakan sosmed, sosmed mempunyai nama yang berbeda-beda , rata-rata sosmed menghubungkan orang yang berada di bumi, bukan hanya orang Indonesia berhubungan dengan orang Indonesia saja tetapi juga terjadi antar orang Indonesia dengan orang luar negeri.
Menurut · Mark Hopkins (2008) – Sosial media adalah istilah yang tidak hanya mencakup berbagai platform Media Baru tetapi juga menyiratkan dimasukkannya sistem seperti Instagram, FriendFeed, Facebook, dan lain-lain yang pada umumnya dianggap sebagai jejaring sosial. Idenya adalah bahwa berbagai platform media yang memiliki komponen sosial dan sebagai media komunikasi publik. (Pakar Komunikasi)
Sosmed ini rata-rata cara kerjanya adalah dalam bentuk pengiriman pesan dari orang 1 ke orang yang lain dan tanpa di batasi ruang dan waktu, dengan kata lain saling berinterkasi dan bersosialisasi secara online. Dan dalam menggunkan sosmed ini di butuhkan yang namanya kouta (sejenis pulsa), kalau kouta itu habis maka sosmed tersebut tidak bisa di gunakan untuk berhubungan.
Banyak macam sosmed di negeri ini, Facebook, Instagram,Twitter dan sebagainya, tinggal kita memilih mana sasaran yang tepat dan mana sosmed yang kita sukai, namun pada kenyataannya sebagian orang menganggap sosmed menjadi seperti Dewa..seakan tanpa bersosmed hidup mereka hampa, terasa sepi.
Interaksi demi interaksi dalam hitungan detik tercipta, hingga hujat menghujat sampai curhat serta keluh kesah cinta, ketidak puasan terhadap peraturan negeri ini pun terkuras dalam medsos menjadi treding topik. Sepenggal kalimat terlontar tak penuh makna pun bisa menjadi headline , namun sadarilah Nyali mu Keberanianmu bukan di ukur oleh seringnya membuat status, banyaknya like di medsos tetapi dari bagaimana kamu bertanggung jawab dalam berkehidupan…
Pakar komunikasi Varinder Taprial dan Priya Kanwar (2012) – Media sosial adalah media yang digunakan oleh individu agar menjadi sosial, atau menjadi sosial secara daring dengan cara berbagi isi, berita, foto dan lain-lain dengan orang lain. (Baca : Teknik Dasar Fotografi – Macam-macam Komposisi Fotografi – Macam-macam Lensa Kamera)
B.K. Lewis (2010) – Media sosial adalah label bagi teknologi digital yang memungkinkan orang untuk berhubungan, berinteraksi, memproduksi, dan berbagi isi pesan.
Kini dunia bermedsos bukan lagi sekedar iseng namun menjadi kebutuhan pokok, dari mulai bangun tidur sampai matahari terbenam sebagian orang yang gandrung dengan medsos tak akan beranjak dari gadget atau handpone, yang terkadang melupakan aktivitas maupun tanggung jawabnya.
Sangat disayangkan begitu bermanfaatnya interaksi didunia medsos hanya digunakan untuk memutus talisilahturahim, hanya untuk melampiaskan nafsu mengikuti ego, bertopeng kewibawaan seakan hanya Ia yang benar, tanpa berpikir masih ada orang dibalik mereka yang lebih mengerti.
Pemerintah dalam mengantisipasi membanjirnya status bertindak tegas menggeluarkan UU ITE serta menghimbau agar bermedsos dengan bijak, menyebarkan informasi dengan benar, tidak merugikan orang lain, serta selalu melakukan periksa untuk kebenaran suatu berita yang didapat dari medsos.
Kini sebagian orang bisa dilihat, setiap langkahnya dalam berkehidupan seakan bagai detak gadget dalam genggaman seolah olah itulah dewa mereka, tanpa itu mereka terasa sulit bergerak, berpikir dan melangkah sebab otak mereka hanya terbayang “semua akan beres, cukup bikin status”
Pertanyaan sederhana, apakah media sosial akan menjadi manfaat (berkah) atau musibah bagi toleransi dan keberagaman? Musibah atau berkah sangat tipis sekali jaraknya bahkan nampak samar karena ada gradasi warna yang susah dibedakan. Acapkali musibah itu menjadi berkah, atau berkah itu nantinya berujung pada musibah, jika sudah ditangan media sosial.Saat ini dunia seolah porosnya sudah dikuasai oleh yang namanya media sosial, bagaimana tidak hampir semua mengenal den memiliki.
Jika ditanya, dagangan apa yang paling laris “keyakinan”. Tidak perlu modal, tetapi akan banyak pembeli yang bisa memborong habis dagangan dan menjual lagi ke orang. Pepatah jawa mengatakan, kriwikan didi grojokan yang artinya tetesan air akan menjadi air terjun atau masalah yang kecil akan menjadi besar dan modsos menjadi pirantinya. Isu atau kesalahpahaman bisa menjadi momok yang besar dan menghacurkan yang namanya toleransi dan keberagaman.
Sebut saja Saeni, yang warung wartegnya kena razia Satpol PP beberapa waktu yang lalu.Media masa mampu menggiring sebagian opini lalu menjadi viral. Efek yang muncul dari opini yang viral tersebut membuat para netizen rame-rame saweran untuk menyumbang Saeini dan terkumpul hingga 200-an juta. Bukan masalah siapa Saeni, tetapi embel-embel toleransi dan keberagaman yang disematkan mampu membuat netizen langsung reaktif tanpa peduli permasalahan yang sebenarnya.
Medsos bak seperti dewa yang dipuja.Setiap saat mata dan jemari ini selalu menjalani ritual dan masuk dalam labirin-labirin media sosial, dan acapkali mewartakan tanpa harus berkotbah.Medsos tak lagi sebagai sarana berjejaring tetapi menjadi sarana pewarta yang efektif dan masiv.Hendak mencari dewa mana, semua ada di medsos. Urusan keberagaman, toleransi bisa menjadi dupa-dupa persembahan yang bisa mendatangkan berkah atau musibah.
Jawaban sederhana, musibah atau berkah?Kembali kepada pengguna sosial media dan aktor intelektual yang bisa memainkan media sosial. Media sosial bak senjata yang bisa diarahkan untuk membunuh, atau melindungi dari pembunuh.Kembali lagi pada tujuan pelakunya. Pepatah mengatakan mulutmu harimaumu, tetapi sekarang hati, pikiran, dan mulut berpindah dalam genggaman yang bisa dilontarkan dalam media sosial.Pesan moralnya, bijaklah menggunakan media sosial karena bisa memposisikan diri dalam ujung tanduk.
———- *** ————

Tags: