Ketua Gafatar Trenggalek Disambut Selawat Badar

Bupati Nganjuk Drs. H Taufiqurrahman berbincang dengan mantan pengikut Gafatar sebelum dipulangkan ke tempat asalnya.(ristika/bhirawa)

Bupati Nganjuk Drs. H Taufiqurrahman berbincang dengan mantan pengikut Gafatar sebelum dipulangkan ke tempat asalnya.(ristika/bhirawa)

Trenggalek, Bhirawa
Meski sempat terdengar desas-desus mendapat penolakan dari warga sekitar, akhirnya kepulangan keluarga Eks Ketua Gafatar Kabupaten Trenggalek disambut selawat badar oleh warga desa Senden Kecamatan kampak kabupaten Trenggalek Jatim. Penyambutan selawat ini dimaksudkan agar Eks Gafatar tersebut bisa membaur dengan masyarakat dan mau meninggalkan seluruh aktivitas kegiatan maupun keyakinan dalam Gafatar.
Kepulangan eks gafatar ke kampung halaman ini dilakukan setelah mendapatkan beberapa pengarahan dari jajaran aparat dan pemerintah kabupaten Trenggalek. Selain itu warga desa Senden beserta pemerintah desa juga membuat tiga item persyaratan perjanjian untuk eks gafatar tersebut agar bisa diterima masyarakat.
Khoiri, Kepala desa Senden menuturkan bahwa ada tiga persyaratan perjanjian yang dibuat warga untuk eks gavatarYaitu, pertama, eks Gavatar harus benar-benar keluar dan meninggalkan gafatar seutuhnya. Kedua, Eks Gavatar harus bisa membaur dan memasyarakat serta bergaul seperti warga masyarakat yang lain.
Ketiga, Eks gavatar harus bisa dan mau mensekolahkan anaknya ke tingkat pendidikan formal sesuai jenjangnya.Setelah menyetujui tiga iten perjanjian sebagai persyaratan untuk kembali ke kampung halamannya akhirnya masyarakatpun menerima Kasianto kembali kerumahnya.
Pemulangan eks ketua pengurus Gafatar kabupaten Trenggalek ini mendapatkan pengawalan ketat dari Polisi dan TNI, Pengawalan ketat dilakukan hingga diantar sampai rumah eks gafatar. Sesampainya di rumah eks gavatar, keluarga sudah menyambut dengan derai air mata.
Suasana haru menyelimuti kedatangan eks Gavatar di rumahnya. Sanak saudara sudah berkumpul menyambut kedangan keluarga mereka. Meski sebagai eks gavatar keluarga akan tetap menerimanya asalkan mereka mau bertaubat dan meninggalkan gavatar seutuhnya.
Siap Terima
Sementara itu, dipulangkannya eks anggaota Gafatar ke tempat tingal masing-masing di kabupaten Probolinggo untuk sementara ini diketahui terdapat satu keluarga, yakni Suhadi alias Pentung (57) yang tinggal di Dusun krajan, Desa Gending, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Semenjak ditinggal ke Kalimantan bersama anak keduanya Neni Nursanti (32) dan suaminya Heri Prastowo (34) serta cucunya, kepulangannya akan disambut dengan baik oleh keluarga dan para tetangganya.
Selama ini rumah tersebut ditinggali Andri, yang merupakan anak pertamanya dan mantan istrinya Siti Fatimah. Hanya saja Andri, tak menyangka ayahnya bisa bergabung dengan Gafatar (gerakan fajar nusantara) di Pontianak Kalimantan Barat.
Ia mengatahui ayahnya ternyata bergabung dengan Gafatar dari saudaranya di Sidoarjo, bahkan adik bernama Neni Nursanti dan suaminya bernama Heri Prastowo, serta 3 anaknya Muhamad Zidan Fackri, Galuh Kanaka dan Ganendra Adytia, yang berada di Pontianak kini sudah ada di Surabaya dan segera dipulangkan ke kampung halamannya di RT.6/RW.2 Gending, Probolinggo.
Menurut Andri, Selasa (26/1), bahwa ayahnya merupakan sosok yang baik layaknya ayah pada umumnya, dan tidak mengajarkan ke anaknya terkait ajaran radikal. Hanya saja, pada awal Januari lalu, ayahnya pamit ke Madura untuk menikah lagi dan berpesan jaga rumah baik-baik, sejak saat itu ia sudah tak mengetahui keberadaan ayahnya.
Diserahkan ke Keluarga
Sementara itu, dua belas warga Nganjuk mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang terdiri dari tiga kepala keluarga oleh Bupati Nganjuk Drs. H Taufiqurrahman dikembalikan kepada keluarganya. Dengan menggunakan dua mobil, Selasa ( 26/1) dari aula Balai Latihan Kerja (BLK), Nganjuk di Jl. Lurah Surodarmo, mantan pengikut Gafatar dan keluarganya diantar ke Kecamatan Lengkong dan Kecamatan Prambon.
Bupati Taufiqurrahman mengatakan, kondisi mantan pengikut Gafatar cukup sehat, baik secara mental maupun fisik. Karena itu, pemulangan mereka ke tempat asal adalah sukarela dan tidak ada paksaan. Sedangkan pemerintah daerah hanya memberikan fasilitas dan pendampingan. “Hari ini, pemerintah daerah menyerahkan kembali para mantan pengikut Gafatar kepada sanak saudara mereka,” terang Bupati Taufiqurrahman.
Bupati Taufiqurrahman melalui pemerintah daerah juga menjamin kelangsungan hidup mantan pengikut Gafatar. Diantaranya dengan memberikan bantuan sembako serta kebutuhan hidup untuk beberapa bulan mendatang. Selain itu pemerintah daerah akan memfasilitasi penuh jika para mantan pengikut Gafatar ingin melakukan transmigrasi. Mengingat, sejak ikut Gafatar para pengikutnya sudah tidak lagi memiliki harta benda bahkan telah keluar dari pekerjaanya.
Sementara itu, Kapolres Nganjuk AKBP Muhammad Darwis akan menjaga keamanan dan keselamatan mantan pengikut Gafatar asal Nganjuk. Karena hingga saat ini, potensi penolakan masyarakat terhadap mantan pengikut Gafatar, masih relative tinggi.
Sementara itu pula, mantan anggota Gafatar asal Kabupaten Madiun, Jawa Timur yang dijemput oleh Pemerintah Kabupaten kemarin (25/1) dan ditampung di Balai Latihan Kerja (BLK) Mejayan, mulai diambil oleh pihak keluarga.
Bahkan sejak Senin malam, sudah ada pihak keluarga yang menjemput mereka di BLK. Menurut Kepala Kesbangpoldagri Kabupaten Madiun, Drs.Agus Budi Wahyono, M.Si, saat menjemput eks anggota Gafatar, keluarga didampingi pihak pemerintah desa, Babinsa dan Babinkamtibmas. [wek,wap,ris,dar]