Ketua IKBPS Tegaskan Tak Ada Pengusiran Warga Papua di Surabaya

Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya, Pieter Frans Rumaseb menjelaskan tidak ada diskriminasi terhadap warga Papua di Surabaya, Senin (19,8) di Mapolda Jatim. [abednego/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Pasca dugaan kasus pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama Papua di Surabaya pada Jumat (16/8) lalu. Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS), Pieter Frans Rumaseb menegaskan tidak ada pengusiran warga Papua di Surabaya.
“Saya bersama senior Papua di Surabaya menyampaikan terkait adik mahasiswa dan warga Papua di Surabaya. Informasi tentang pengusiran itu hoaks dan tidak benar. Kami di Surabaya, baik dari mahasiswa Papua hidup dengan damai,” kata Pieter Frans Rumaseb di Mapolda Jatim, (19/8).
Pieter menjelaskan, sebanyak 43 mahasiswa Papua yang menjalani pemeriksaan di Mapolrestabes Surabaya, semuanya sudah dipulangkan dengan baik.
Bahkan pihaknya pun melakukan pendampingan puluhan mahasiswa itu sampai ke asrama. Pihaknya mengaku, jumlah masyarakat Papua yang di Surabaya sekitar 1.000 orang. Dan untuk mahasiswa Papua terdapat 27 Korwil yang tersebar dari Surabaya Timur.
“Jumlah total yang dibawa ke Polrestabes Surabaya ada 43 orang. Sampai saat ini aman saja dan tidak ada diskriminasi, karena kami juga warga Kota Surabaya,” jelasnya.
Ditanya terkait dugaan insiden pembuangan bendera Merah Putih, pihaknya menyerahkan sepenuhnya ke Polisi. Bahkan pihaknya juga berharap agar kepolisian dapat mencari siapa pelaku sebenarnya dari indisen tersebut.
“Intinya kami serahkan ke petugas kepolisian dan keamanan. Baik terkait insiden bendera maupun terkait ucapan atau kata-kata yang mengganggu keamanan masyarakat kita (Papua) disana,” tegasnya.
Pieter berharap masyarakat Papua tidak terprovokasi. Dan menegaskan bahwa mashasiswa maupun warga Papua yang di Surabaya aman.
“Anak-anak (mahasiswa Papua) di sini kuliah dengan aman, dan tidak ada masalah. Jadi keluarga tidak perlu kuatir berlebihan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera membantah adanya isu adanya rasis dengan ucapan kata hewan terhadap mahasiswa Papua.
“Kami jelaskan tidak ada kepolisian yang menyampaikan hal tersebut (rasis). Kalaupun ada OKP (organisasi kepemudaan) kami akan lakukan penyelidikan,” ucapnya.
Barung juga menegaskan, tidak ada penindasan dengan kata-kata rasis kepada mahasiswa Papua seperti isu yang beredar. “Yang ada provokasi dari dalam (asrama) yang mengakibatkan OKP dan masyarakat terpancing sehingga masuk dalam,” imbuhnya.
Mengenai aksi memprotes tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya digelar di beberapa kota di Papua dan Papua Barat, dia berharap masyarakat melihat secara objektif terkait dugaan tindakan rasisme tersebut.
“Kepada masyararkat agar melihat seara objektivitas apa yang terjadi agar tidak terpancing sosial media terpancing isu-isu yang tidak benar,” harapnya.
Barung juga menegaskan, hingga saat ini pihaknya tidak melakukan penahanan terhadap mahasiswa Papua. Pihak polisi hanya mengamankan puluhan mahasiswa Papua yang ada di Surabaya, agar tidak terjadi bentrok dengan organisasi masyarakat.
Pengamanan pun tidak berlangsung lama, karena malam hari, para mahasiswa telah dipulangkan. “Kita tegaskan tidak ada penahanan, tidak ada penangkapan. Yang ada kita mengamankan 43 mahasiswa tersebut dikarenakan situasi kondisi yang mana masyarakat dan beberapa OKP, Ormas akan masuk ke dalam. Kalau kita tidak amankan, akibatnya justru terjadi bentrok masyarakat dengan mahasiswa terjadi,” pungkasnya. [bed]

Tags: