Ketua KPPS TPS Lidah Kulon Meninggal Saat Bertugas

Surabaya, Bhirawa
Ketua Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 04 Lidah Kulon, Wiyung, Surabaya,  Sutrisno (50), meninggal dunia usai rekapitulasi hitung suara, pada Sabtu (12/4). Atas kejadian ini Komisi Pemilahan Umum (KPU) RI  dan KPU Surabaya menyempatkan diri bertaksiyah ke rumah duka, Minggu (13/4).
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Arief Budiman mengatakan, hari ini menerima informasi ada ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) 04  Lidah Kulon, Wiyung, yang meninggal saat bertugas. Dengan kejadian ini selesai memonitoring di beberapa TPS yang lakukan pencoblosan ulang KPU pusat bertaksiyah di rumah duka.
“Saya menyempatkan diri untuk bertaksiyah di rumah duka untuk mengucapkan bela sungkawa. Ini bagian dari apresiasi yang kami berikan, mungkin Negara tidak bisa memberikan sesuatu yang berlebihan dari itu. Karena Negara juga tidak punya sesuatu yang berlebihan untuk memberikan apresiasi yang lain, tapi kami berterima kasih pada seluruh penyelenggara pemilu,” pungkas Arief ketika bertaksiyah di rumah duka, Minggu (13/4).
Musibah ini, tambah Arief, bisa datang kepada siapa saja dan kapan saja. Termasuk seluruh penyelenggara pemilu di seluruh Indonesia. dan ini bukan kejadian pertama kali, ini menunjukkan memang penyelenggara pemilu itu bukan pekerjaan yang mudah.
” Ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang berdedikasi tinggi yang mau melaksanakan tugas berat ini. Jadi tidak bisa diukur dengan nominal karena kalau diukur dengan itu semua sepakat bahwa itu tidak sepadan. Tapi Negara ini membutuhkan orang-orang seperti pak Sutrisno karena dengan dedikasi, kerja keras, dan keikhlasan,” tambahnya.
Sementara Sulaeni (44th) istri alm. Sutrisno ini mengatakan pada Bhirawa, kronologi kematian suaminya ini mulai dari mual yang dirasakan sehingga pada pukul 03.30 WIB Kamis (10/4) pagi hari pulang untuk meminta kerokan karena merasa badannya kurang fit. Setelah dikeroki hampir selesai beberapa menit kemudian membangunkannya, tetapi ajal sudah menjemput Sutrisno sehingga keluarga korban panik dan membawanya ke rumah sakit.
” Sebelum meninggalnya suami saya itu sempet pulang pada siang hari untuk menjalankan sholat dzuhur, dan itu tidak ada tanda-tanda kalau sakit. Jam 03.30 WIB suami saya pulang untuk minta kerokan dan belum selesainya kerokan pada pukul 04.00 WIB sudah meninggal,” terang Sulaeni yang mempunyai tiga orang anak ini.
Sulaeni menambahkan, berterima kasih kepada Petugas KPU Pusat dan KPU Surabaya sudah mau memperhatikan keluarga kami,” saya berterima kasih atas bapak-bapak yang bertugas di jajaran KPU pusat sampai KPU Surabaya sudah memberikan santunan dan penghargaan kepada keluarga saya,” tambahnya sambil mngusap air mata.
Penyelenggara Pemilu, tambah Arief, mulai dari KPU Provinsi, KPU Kabupaten Kota, BPK BPS yang sudah menjalankan tugas dengan baik. Termasuk partner dari Bawaslu RI sampai Panwas di Lapangan (PPL), kalau satu TPS tidak selesai itu akan berpengaruh.
” Mudah-mudahan kerja sama ini bisa kita tingkatkan kualitas pemilu bisa lebih baik, integritas penyelenggara pemilu juga bisa dijaga sampai dengan selesainya seluruh rangkaian penyelenggara pemilu 2014, ” tambahnya.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya, Eko Waluyo juga hadir dalam taksiyah di rumah korban menjelaskan, pekerjaan seperti ini memang berat. Pada saat rekapitulasi kemudian menuliskan kembali C1 untuk kepentingan para saksi-saksi yang sekian banyak itu perlu dedikasi yang cukup tinggi. Termasuk KPU ini butuh waktu untuk menuliskan dengan benar sesuai dengan rekapitulasi yang ada di papan.
“Yang jelas saya beserta petugas KPU Surabaya lainnya prihatin dengan kejadian ini, dan kita mengajak KPU pusat untuk datang kerumah duka untuk mengapresiasi kepada keluarga duka. Supaya keluarga diberikan ketabahan atas kejadian ini,” kata Eko Waluyo. [geh]

Tags: