Keunikan Musik Pabeng, Kesenian Tradisional Asal Situbondo

Enam personil Pabeng, grup musik unik dan tradisonal asal Situbondo saat tampil dalam Festival Musik Bambu di Surabaya, belum lama ini. [sawawi]

Dibuat Dari Pohon Bambu, Bisa Menghasilkan Alunan Musik yang Rancak
Kab Situbondo, Bhirawa
Kabupaten Situbondo ternyata banyak menyimpan potensi musik tradisional, modern dan pelaku teater yang cukup handal. Buktinya, belum lama ini tim perwakilan Kabupaten Situbondo mampu meraih sebagai juara umum pada festival teater dan musik di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Surabaya. Situbondo bisa meraih penghargaan itu dari katagori aransemen musik terbaik, sutradara terbaik, artistik terbaik serta pemain alat musik tradisional terbaik. Capaian ini didukung oleh tim pelajar asal SMAN I Situbondo dan SMAN I Panarukan.
Satu lagi yang mendukung prestasi mengharumkan nama Situbondo dalam event yang diikuti peserta se-Jawa Bali itu adalah penampilan ciamik dari 6 personil Pabeng Situbondo, grup musik tradisional yang dibuat dari pohon bambu, namu bisa menghasilkan alunan musik yang rancak.
Alat musik tradisional Situbondo bernama Pabeng ini mendapatkan kehoramatan dari berbagai pejabat penting di Surabaya. Ini karena personel alat musik yang terbuat dari ornamen bambu itu sempat diundang sebagai penyaji dalam festival musik bambu di Surabaya. Saat itu sedang dihelat festival musik di salah satu hotel berbintang di Surabaya. Kemunculan grup Pabeng ini tampak berbeda karena terutama dengan acara serupa yang dihelat di sebuah hotel, yang biasanya menyajikan musik modern. Akan tetapi kali ini malah musik tradisional yang tampil yakni grup musik Pabeng Situbondo.
Ini wajar terjadi sebab pada acara tersebut memang sedang menampilkan alat-alat musik tradisional yang dihelat Dewan Kesenian Jawa Timur berupa festival Musik Bambu. Justeru yang membanggakan, dari beberapa musik tradisional yang dimainkan, ada alat musik yang berasal dari Situbondo. Musik tersebut bernama Pa’beng, yang merupakan alat musik yang biasanya dibunyikan di tengah hutan belantara.
“Ada enam kota yang diundang dalam kegiatan yang dibuka Gubernur Jawa Timur itu. Selain Kabupaten Situbondo, ada juga perwakilan dari Kabupaten Tuban, Kediri, Probolinggo, Banyuwangi dan Sumenep. Masing-masing menampilkan musik tradisional andalan daerahnya,” ujar Agus Sodu, salah satu personil Pabeng Situbondo.
Kata Agus Sodu, enam personil grup musik Pa’beng semuanya berasal dari Dukuh Pariopo, Desa Bantal Kecamatan Asembagus itu yaitu, Irwan Rakhday, Agus Sodu, Hosnatun, Agung Hariyanto, Iwan Kolet dan Maskur. Undangan tampil di Surabaya, kata Agus Sodu, merupakan suatu kehormatan tersendiri jika dibandingkan tampil dilevel daerah terpencil.
“Sambutan penonton saat itu sangat luar biasa. Kami sangat bangga atas undangan dari Dewan Kesenian Jawa Timur karena telah memberikan ruang yang luas untuk penampilan musik tradisional Pabeng ini,” urai Agus Sodu.
Kolega Agus Sodu, Irwan Rakhday juga mengakui jika grup musik yang ia mainkan memiliki kebanggaan tersendiri baginya. Sebab, musik tradisional Pa’beng sudah hampir punah setelah puluhan tahun tidak pernah dimunculkan kembali. “Penampilan ini merupakan pengalaman yang pertama kali makanya kami sangat bangga. Ini juga bagian dari upaya pelestarian musik tradisional yang baru tumbuh di Kota Santri,” tegas pria yang lama sebagai budayawan lokal itu.
Irwan menerangkan, penampilan ini menjadi kesempatan yang bagus untuk mengenalkan musik tradisional yang dimiliki Situbondo. Karena itu, momen penting ini tidak akan disia-siakan oleh Irwan Rakhday bersama personial grup Pabeng lainnya. “Ini merupakan salah satu sarana yang efektif untuk melestarikan budaya seni dan kearifan lokal yang dimiliki Kabupaten Situbondo,” sebut Irwan.
Irwan mengaku sangat optimis dengan tampilnya alat musik Pa’beng, Situbondo akan kembali dilebih dikenal luas oleh para pecinta musik tradisional di Tanah Air. Makanya, dia meminta kepada seluruh masyarakat Situbondo dan Pemkab Situbondo melalui Dinas Pariwisata untuk ikut serta dalam pelestarian budaya seni musik tradisional bernama Pa’beng ini.
Irwan juga menilai, dengan diundangnya Pa’beng ke Surabaya akan menjadi beban tersendiri bagi dirinya. Sebab, setelah ini ada tanggung jawab moral dalam upaya pelestarian kearifan lokal Situbondo. “Untuk itu mari kita kembangkan bersama. Saya juga meminta kepada masyarakat agar ikut terlibat aktif dalam kemajuan seni budaya dan musik sehingga tidak terhenti sampai disini,” terang Irwan.
Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Situbondo, Jupri Setio Utomo, menimpali, aksi penampilan musik Pabeng yang dipandegani Irwan Rakhday dan lima personil lainnya patut diapresiasi dan didukung penuh semua elemen pecinta seni dan musik di Situbondo. Sebab menurut Jupri, keberadaan Pa’beng oleh masyarakat Situbondo sudah mulai dirasakan manfaatnya.
“Kesenian musik yang muncul di Desa Bantal ini biasanya dipakai untuk mengusir hewan liar di hutan yang memakan tanaman. Masyarakat yang memiliki tanaman biasanya mengusir dengan membunyikan alat Pa’beng ini,” tukas Jupri.
Selain itu, kata mantan Kabid Pariwisata itu, keberadaan musik Pabeng selain berfungsi untuk mengusir kejenuhan ketika masyarakat sedang menjaga tanaman di sawah juga bisa menghilangkan perasaan yang sedang galau. Dalam perkembangannya, ujar Jupri, kini musik Pabeng bisa menghasilkan bunyi-bunyian khas, yang selanjutnya bisa dijadikan sebagai musik. “Jadi, Pa’beng ini alat musik yang muncul dari hutan dan sekarang bisa merambah manggung di hotel berbintang,” seloroh Jupri. [Sawawi]

Tags: