Khofifah-Risma Harus Duduk Bersama

Pemkot Surabaya terus berbenah dalam rangka menyambut gelaran Piala Dunia U-20 pada 2021 mendatang.

Polemik Piala Dunia U-20 di GBT
DPRD Jatim, Bhirawa
Anggota DPRD Jatim meminta Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengakhiri polemik soal Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Kedua kepala daerah itu diharapkan duduk bersama membahas persiapan Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang.
“Bu Gubernur dan Wali Kota Surabaya harus duduk bareng, sebaiknya fokus pada persiapan Piala Dunia U-20. Karena ini adalah saatnya Jatim menunjukkan kepada dunia bahwa pelaksanaan Piala Dunia bisa berjalan baik,” kata Samwil, Senin (4/11) kemarin.
Samwil menyayangkan jika masalah bau sampah di Stadion GBT terus dipersoalkan. Dia khawatir persiapkan pelaksanaan piala dunia tidak maksimal hanya gara-gara mengedepankan ego masing-masing.
“Indonesia dipercaya oleh FIFA sebagai tuan rumah bukan hal mudah, termasuk Kota Surabaya sebagai salah satu venue. Nah, polemik antara gubernur dan wali kota yang notaben perempuan ini semakin tidak baik suhu olahraga di Tanah Air. Mestinya mereka bersinergi, ini perhelatan international yang harus dimanfaatkan dengan baik,” ujar Samwil Politisi Partai Demokrat itu.
Saran yang sama juga disampaikan anggota DPRD Jatim lainnya, Adam Rusydi yang berharap Khofifah dan Risma fokus mempersiapkan Piala Dunia U-20 tahun. “Khofifah dan Risma harus duduk bareng. Kekurangan di provinsi harus ditutupi oleh surabaya, demikian sebaliknya sehingga pelaksanaan Pildun bisa maksimal,” kata Adam.
Adam juga mengecam keras tindakan Pemkot Surabaya, yang mengunci pintu masuk Stadion GBT Surabaya sehingga Menpora Zainuddin Amali tidak bisa meninjau ke dalam stadion. Bahkan tidak ada satu pun petugas atau pengelola stadion dan pejabat Pemkot menyambut kedatangan Menpora. “Yang jelas, Dispora Kota Surabaya tidak beretika karena menteri datang untuk meninjau kesiapan piala dunia malah tak dianggap. Karena itu Dispora Surabaya harus ditegur keras agar hal serupa tidak terulang, karena ini pelecehan terhadap menteri, kepanjangan tangan Presiden RI,” kata politisi Partai Golkar itu.
Wakil Ketua DPRD Jatim Sahat Tua Simanjuntak juga meradang karena Menpora tidak bisa masuk di GBT “Misi utama Pak Menteri itu kan datang langsung untuk Indonesia. Kenapa kok sampai Wali Kota Surabaya tidak membuka dan menutup pintu,” katanya
Sahat menampik terkuncinya Stadion GBT saat Menpora berkunjung ada kaitannya dengan politik. Menurutnya ini hanya masalah komunikasi. “Saya pikir kalau itu wali kota tidak bisa dihubungi, paling tidak Kepala Disporanya lah. Saya tahu Kadispora provinsi sudah (berusaha) komunikasi,” tegasnya.
Sementara itu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa tak membatasi diri untuk berdialog dengan siapapun. Tak terkecuali dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Gubernur Khofifah mengaku, sebagai orang yang lahir dan besar di Kota Surabaya, dia termasuk orang yang memiliki sifat terbuka dan menyatakan siap duduk bersama. Hal itu disampaikan Khofifah saat ditemui wartawan di Kantor Gubernur Jatim, Jalan Pahlawan Surabaya, Senin (4/11).
Dirinya menyatakan sudah bertemu dengan Menpora Zainudin Amali. Pertemuan itu membicarakan banyak hal terkait olah raga. “Wong Suroboyo iku terbuka. Monggo anytime anywhere,” katanya.
Sebelumnya, Khofifah menyebut, stadion GBT, bukan satu-satunya opsi stadion di Jatim menjadi venue penyelenggaraan Piala Dunia U-20, dari 10 stadion yang diajukan. Menurutnya, aroma kurang sedap akibat sampah, dikhawatirkan akan mengganggu pertandingan.
Sementara itu, Ketua KONI Jatim Erlangga Satriagung mengaku sayang jika kesempatan Menpora meninjau GBT tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. Padahal, Kepala Dispora Jatim telah berusaha menghubungi Kadispora Surabaya sehari sebelum dilakukan kunjungan. “Sayang ketika Menpora ingin melihat kondisi GBT tapi tidak berhasil. Jangan sampai ada semacam itu yang membuat Jatim gagal sebagai salah satu tuan rumahnya,” tutur Erlangga. [geh,tam]

Rate this article!
Tags: