Khofifah Terharu Saksikan Kisah Mbah Djoyokardi

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa berbincang dengan Mbah Djoyokardi dan anak angkatnya usai menyaksikan kisah haru orangtua berusia 70 tahun itu dalam film pendek, Minggu (22/1). [adit hananta utama]

Surabaya, Bhirawa
Suasana haru menyelimuti ruang studio milik SMA Khadijah Surabaya usai pemutaran film pendek berjudul Mata Hati Mbah Djoyokardi, Minggu (21/1). Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa berada di antara ratusan penonton yang menyaksikan film dokumenter karya siswa SMA Khadijah itu.
Film itu meraih juara 2 festival film pendek Indonesia 2016. Berkisah tentang Mbah Djoyokardi dari Lamongan, yang seorang diri merawat dan membesarkan anak angkat bernama Indah. Indah mengalami disabilitas intelektual, sehingga belum sempat mengenyam pendidikan formal.
Khofifah yang juga Ketua Umum Yayasan Taman Pendidikan Sekolah (YTPS) Khadijah mengatakan film ini mengambil tema dan pesan yang dalam. Mbah Djoyokardi tidak berhenti memberi tanggung jawabnya kepada Indah, sementara kondisinya sendiri serba kekurangan. “Indah adalah anak angkat, kondisinya disabilitas intelektual. Tapi, kasih sayang Mbah Djoyokardi tidak berhenti,” ujarnya.
Menurut dia, film ini merupakan potret pentingnya kepedulian sosial, solidaritas sosial, dan pentingnya tanggung jawab kepada sesama dari seorang Mbah Djoyokardi. “Sebagai ketua umum, saya terkejut dengan hasil siswa SMA Khadijah ini. Apalagi dari 268 karya film, mereka masuk 2 besar,” kata dia.
Melihat kondisi Mbah Djoyokardi, Khofifah mengaku akan segera mengintervensi. Terutama dalam memberi bantuan. Mbah Djoyokardi termasuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH) lansia karena berusia di atas 70 tahun. Bukan hanya itu, Mbah Djoyokardi juga berhak mendapat rumah tinggal layak huni (Rutilahu) dan beras 15 kg per bulan. “Minimal tiga ini yang kami intervensi,” tuturnya.
Kepala SMA Khadijah Mas’ud mengatakan awal mula pembuatan film ini karena kegiatan sekolah yang diadakan rutin, yakni safari sosial. Safari ini bertujuan untuk membantu anak-anak yang membutuhkan. “Uangnya dikumpulkan dari sumbangan per siswa Rp 1.000,” kata dia.
Setelah uang terkumpul, kata Mas’ud, siswa berkeliling ke daerah-daerah mencari sasaran yang diberi bantuan. “Kebetulan menemukan Indah bersama Mbah Djoyokardi di Lamongan. Siswa kami pun terinspirasi untuk membuat film pendek tentang mereka,” jelasnya.
Dia melanjutkan, film ini dibuat oleh lima anak. Mereka adalah Eva S C sebagai produser, Azzahra Syafiera sebagai sutradara, Yovi Izha Maraya sebagai editor, Iqbal Sahrul sebagai sutradara seni, dan Faisa Musahiroh sebagai penata suara. “Proses pembuatannya selama satu bulan lebih,” kata Zahra.
Proses akting Mbah Djoyokardi, lanjut dia, lebih banyak natural dan sedikit arahan. Yang paling lama dalam proses pembuatan film ini adalah editing. “Karena kami harus kumpul semua agar editing sesuai keinginan,” tandasnya. [tam]

Tags: