Kidung Suci Doa Tolak Balak Bergema di Lereng Gunung Rinjani

Laskar Sasak Motori Acara Adat Nyentulak dan Doa Bersama
Sembalun, Bhirawa
Ratusan masyarakat beserta tokoh adat di Pulau Lombok yang dimotori Laskar Sasak berkumpul melakukan ritual Nyentulak atau prosesi Doa Tolak Balak di Dusun Biluk, Desa Biluk Petung Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur, pada Senin (1/2/2021)

Selain acara adat Nyentulak, Laskar Sasak juga menginisiasi acara adat lainnya di wilayah adat Bayan Kabupaten Lombok Utara tepatnya di Desa Senaru, Lereng Gunung Rinjani yang berada di Kecamatan Bayan pada Senin petang hingga Selasa dini hari.

Prosesi adat Bayan itu berupa pengukuhan pemangku hutan kawasan Gunung Rinjani yang sangat sakral itu di kawasan pemukiman adat Desa Senaru yang terdiri atas 17 rumah adat yang hingga kini terjaga kelestariannya.

Ketua Laskar Sasak Lalu Taharuddin dalam siaran persnya yg dikirim ke sejumlah media massa pada Rabu (3/2/2021) membenarkan bahwa pihaknya tetap berupaya untuk melestarikan warisan leluhur di bumi Lombok termasuk keberlangsungan kedua prosesi adat itu baik acara Nyentulak (doa tol ak balak) serta pengukuhan pemangku hutan kawasan Bayan Lombok Utara.

“Laskar Sasak tetap konsisten dan istiqomah menjaga kelestarian warisan leluhur di bumi Lombok yang identik dengan istilah seribu masjid ini. Ini semua sebagai bagian dari Lombok Mercusuar, memperkuat tradisi dan budaya dalam rangka menyuarakan Nasionalisme dari Bumi Lombok,” kata Lalu Taharuddin seperti dikutip dari Siaran Pers Laskar Sasak, Rabu (3/2/2021).

Lebih jauh prosesi Nyentulak berupa doa bersama tolak balak itu dilakukan para tokoh adat duduk bersila di Berugak, sebuah tempat terbuat dari bambu beratap alang – alang, melaksanakan prosesi upacara adat yang dipimpin Mamaq Lokaq, Tetua adat Desa Biluk Petung.

Kidung Suci betaburan yang disampaikan oleh para Mamaq Lokaq, berdoa agar bangsa dan negara ini dapat segera menyelesaikan seluruh permasalahan yang mendera.

Selain para masyarakat adat serta tokoh adat dari wilayah sekitar Sembalun serta perwakilan dari Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara serta Kota Mataram, juga hadir Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lalu Gita Ariadi, Kabinda NTB, Direktur Intekam Polda NTB, Wakil Bupati Lombok Timur, Kapolres Lombok Timur beserta forkopimda NTB serta Lombok Timur.

Usai prosesi, Kepala Badan Intelijen Negara (Kabinda ) NTB, Wahyudi Adisiswanto menyampaikan, Upacara adat yang telah dilaksanakan, semata merupakan upaya silaturahmi.

“Pertemuan kali ini hakekatnya merupakan upaya menjalin silaturahmi diantara masyarakat suku sasak yang memang sangat kental dengan budaya gotong royongnya,” ucapnya dalam sambutannya.

Wahyudi menjelaskan, Suku Sasak memiliki karakter dan kepribadian yang kuat yang bersandar pada konsep trilogi, yakni pengabdian kepasa Tuhan, Persatuan dengan manusia dan Tetap Menjaga keseimbangan alam.

“Konsepsi ini dapat diadopsi sebagai upaya menanggulangi berbagai persoalan yang sedang dan akan dihadapi bangsa dan negara,” tegasnya.

Sekdaprov NTB Lalu Gita Aryadi mewakili Gubernur NTB yang berhalangan hadir menyampaikan terdampak Covid 19 yang terus bertambah, seperti sulit dikendalikan dengan pertimbangan akal sehat.

“Karenanya, terlaksananya Doa Tolak Balak yang dilakukan Masyarakat adat merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk memohon kepada Allah agar bangsa ini keluar dari pandemi Covid 19,” ujarnya.

Lalu Gita berpesan agar warga NTB senantiasa mematuhi anjuran pemerintah untuk disiplin menjalan Protokol Kesehatan.

“Doa bersama penting untuk dilaksanakan, tetapi ihktiar dengan mematuhi protokol kesehatan juga harus tetap dijalankan, dengan memakai masker, mencuci tangan menjaga jarak, dan mengurangi kegiatan yang berpotensi menularkan virus Corona,” pesannya.

Sedangkan Wakil Bupati Lombok Timur H Rumaksi SH M Hum menyampaikan, selama hidupnya baru kali ini menyaksikan acara Nyentulak yang dilaksanakan secara adat.

“Saya berharap bahwa dengan acara ini, kita dapat segera keluar dari pandemi Covid 19, berikut persoalan lainnya, sehingga persoalan kehidupan dapat pulih kembali,” ujarnya.

H Purnipe, pemangku Adat Desa Biluk Petung menyatakan doa bersama dalam prosesi Nyentulak ini adalah upaya agar Lombok, NTB dan bangsa Indonesia terbebas dari marabahaya khususya pandemi Covid-19.

“Semua upaya, ikhtiar dilakukan diantaranya ritual adat serta permohonan doa kepada Yang Maha Esa, ini upaya lahir dan bathin agar bisa keluar dari pandemi covid-19. Semua ini proses menuju tawaqal kepada Yang Maha Esa,” kata Purnipa.

Acara Nyentulak diakhiri dengan lantunan Doa Suci yang dibawakan Ki Bajang Sembalun. (Humas Laskar Sasak)

Tags: