Kilang Mini TWU Terancam Tutup di Bojonegoro

Rudy-Tafinos-Founder-CEO-TWU-saat-menghadap-Bupati-Bojonegoro-Suyoto-Kamis-141-dirumah-dinas-Bupati-setempat.

Rudy-Tafinos-Founder-CEO-TWU-saat-menghadap-Bupati-Bojonegoro-Suyoto-Kamis-141-dirumah-dinas-Bupati-setempat.

Bojonegoro, Bhirawa
Kegiatan kilang mini minyak Blok Cepu, yang dikelola PT Tri Wahana Universal (TWU) di Desa Sumengko, Kecamatan Gayam direncanakan akan tutup pada 20 Januari 2016. Seperti hal itu diungkapkan langsung oleh Rudy Tafinos Founder CEO TWU saat menghadap Bupati Bojonegoro, Suyoto, Kamis (14/1) di rumah dinas Bupati setempat.
Dalam pertemuan tersebut juga hadir Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, Kusbianto, kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial, Adi Witjaksono dan Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Bojonegoro.
Rudy Tafinos mengungkapkan, bahwa dengan adanya kebijakan SKK Migas yakni  tiga kegiatan yang dilaksanakan dilapangan banyuurip antara lain sumur Central Production Facility (CPF), Early Oil Expansion (EOE) dan Early Production Facility (EPF).
“Dua kegiatan yakni EPF dan EOE akan ditutup mulai 15 Januari besuk (red hari ini), dan hanya CPF yang dijalankan. Dengan adanya kebijakan ini  maka dirinya merencanakan menutup kilang minyak TWU di Bojonegoro,” ungkap Rudy Tafinos.
Dikatakan, Rudy rencana penutupan TWU pada 20 Januari, pada intinya TWU siap menerima crude oil dari CPF akan tetapi ada dua hal utama yang dihadapi oleh TWU. “Pertama TWU diminta oleh PEP C membeli minyaknya dengan harga di FSO Gagak Rimang. Sedangkan TWU selama ini membeli minyak di mulut sumur,” kata dia.
Menurut Rudy, hal ini dinilai sangat tidak logis jika TWU membeli dengan harga di FSO karena harga cost transportation harus ditanggung oleh TWU. “Selain itu, Rudy juga meluruskan beberapa hal yang salah dimana adanya anggapan jika selama ini TWU mendapat diskon, yang benar jika selama ini yang terjadi adalah TWU membeli di mulut sumur,” tegas Rudy.
Nah peraturan yang baru ini megharuskan agar TWU membeli di FSO Gagak Rimang bukan di mulut sumur, sehingga ada cost transportation yang harus dibayar. Dengan adanya hal ini TWU keberatan melakukan pembelian di FSO karena dinilai tidak logis. “Masalah lain adalah untuk alokasi negara sampai dengan saat ini belum mendapatkan tanggapan dari pemerintah apakah diberikan atau tidak kepada TWU,” ucapnya.
Karena dua hal  ini yakni pembelian harus di FSO dan ketetapan pemerintah belum turun maka, TWU akan menutup aktifitasnya mulai tanggal 20 Januari 2016.
Ditambahkan Rudy dampak nyata dari penutupan TWU ini adalah 120 armada lokal terpaksa berhenti, dan mengakibatkan kurang lebih 200 sopir dan kenek juga akan menganggur. Investasi lokal lainnya selain trasnportasi semisal jasa juga akan mengalami nasib serupa.
Hal lain yang tak kalah penting adalah distribusi lokal yang selama ini tak bisa ditunjang oleh negara juga akan mandeg. Sementara itu Bupati Bojonegoro, Suyoto, seusai mendengarkan keterangan dari CEO TWU, Rudy Tafinos menyampaikan bahwa dengan berhentinya TWU ini maka Kabupaten Bojonegoro akan merasakan dampak nyata.
“Bisa dibilang penutupan TWU mengakibatkan Bojonegoro merugi. Kerugian itu antara lain tenaga kerja yang selama ini bekerja di TWU akan berhenti. Sehingga dampak nyata adalah tingginya angka penganguran di Bojonegoro,” imbuhnya.
Hal kedua adalah pengembangan SDM di Bojonegoro juga akan lambat. Demikian pula dengan perekonomian di Bojonegoro khususnya adalah pengusaha lokal akan mengalami nasib serupa. Hal lain yang harus diwaspadai adalah suplai lokal yang selama ini tak tercukupi oleh pertamina dan selama ini dihandle oleh TWU akan berhenti. [bas]

Tags: