Kiprah Pemimpin Penebar Asa

cover buku---Super Hero!Judul   : Super Hero!
Penulis  : Robert Junaidi
Penerbit  : Palapa, Yogyakarta
Cetakan  : I, 2015
Tebal  : 164 halaman
ISBN  : 978-602-255-837-8
Peresensi    : Hendra Sugiantoro
Pegiat Pena Profetik Yogyakarta

“Membangun itu untuk menyejahterakan masyarakat. Kalau tidak sejahtera, apa itu masih disebut membangun?” Perkataan Tri Rismaharini itu patut direnungkan oleh para pemimpin negeri ini. Walikota Surabaya itu telah membuktikan dirinya sebagai pelayan rakyat. Buku ini memaparkan jejak hidup, pandangan ihwal politik, kebijakan, dan kebiasaan para pemimpin daerah yang penuh inspirasi.
Di tengah minimnya pemimpin yang memosisikan rakyat sebagai orientasi pengabdian, keberadaan pemimpin seperti Risma jelas menebarkan asa. Sebelum Jokowi akrab dengan blusukan-nya, Risma sudah terbiasa berbaur dengan masyarakat. Risma memang menguasai seluk-beluk Surabaya. Perempuan kelahiran Kediri pada tahun 1961 itu bersekolah di Kota Pahlawan sejak SMP. Ketika berkuliah di Institut Teknologi Surabaya (ITS), Risma sudah mulai membantu proyek-proyek kota Surabaya. Setelah 5 tahun menjadi PNS di Bojonegoro, ia dipindahkan ke Surabaya.
Beberapa jabatan pernah diembannya, seperti Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko, Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan, Kepala Cabang Dinas Pertamanan, Kepala Bagian Bina Bangunan, Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (hlm. 42-44).
Banyak terobosan dilakukan Risma. Saat menjadi Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan, ia menciptakan sistem baru dan pertama di Indonesia, yakni lelang melalui internet. Saat menjabat di bagian kebersihan, ia suka berkeliling, sehingga dikenal baik oleh petugas kebersihan. Kebiasaan turun ke lapangan tetap dilakukannya meskipun sebagai walikota. Salah satu kasus yang biasa menimpa Surabaya adalah banjir. Risma tidak sungkan memantau pintu-pintu air di banyak titik untuk memastikan aliran berjalan lancar.
Kepemimpinan Risma diakui berhasil mengurangi banjir, meskipun di beberapa titik masih menjadi langganan banjir, seperti daerah perbatasan Surabaya-Gresik. Sebelum musim hujan, Risma memimpin warga kerja bakti di sungai dan saluran. Ia turut membuang sampah dan menceburkan diri ke sungai untuk membersihkannya. Ketika melalui jalanan macet, ia biasanya turun dari kendaraan dan ikut menangani keadaan lalu lintas. Risma pun turun langsung melakukan razia terhadap para remaja yang bertindak asusila (hlm. 55-56).
Dalam bekerja, Risma bukan tipe pemimpin yang mengumbar dan curhat ke media. Banyak prestasi fenomenalnya yang barangkali kurang terekspos. Ia menerapkan pajak berbasis data. Surabaya di bawah kepemimpinannya adalah kota pertama yang bekerja sama dengan Kementerian Keuangan. Data wajib pajak mempermudah pengawasan, sehingga tercipta pengelolaan pajak yang transparan. Dalam rangka menghemat anggaran, Risma telah mengurangi biaya rapat dan koordinasi para pejabat serta PNS.
Risma tidak kenal kompromi dalam proses pembangunan kota Surabaya. Ia menolak pembangunan jalan tol karena dinilai tidak akan mampu mengurangi kemacetan. Ia lebih memilih meneruskan proyek frontage road dan Middle East Ring Road yang menghubungkan area industri Rungkut hingga ke Jembatan Suramadu via area timur Surabaya. Hal ini juga bertujuan untuk pemerataan pembangunan kota.
Risma juga perhatian terhadap taman dan penghijauan. Proses pembaruan berbagai taman dilakukan. Ia tak ingin Surabaya berjejal bangunan-bangunan menjulang. Andai saja hanya berpikir untuk kepentingan ekonomi, ia bisa saja mengeluarkan kebijakan membangun industri-industri megah tanpa mengindahkan ruang hijau. Ia ingin memperbanyak ruang hijau sebagai tempat rekreasi, tempat anak-anak bermain, dan tempat untuk bersosialisasi.
Surabaya sebagai kota industri kedua setelah Jakarta yang banyak sampah tak lupa menjadi perhatian dengan menggulirkan konsep 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Selain itu, ia juga melakukan inovasi dalam layanan publik, seperti Surabaya Single Window (SSW) khusus untuk perizinan, e-Health dalam memperbaiki layanan kesehatan, dan e-Lampid untuk mempermudah administrasi kependudukan (hlm. 58-60). Terkait penutupan Gang Dolly, Risma bernyali besar. Pikirannya hanya demi masa depan anak-anak Surabaya. Masih banyak terobosan dilakukan Risma, termasuk aspek pendidikan, kesejahteraan guru, dan sebagainya.
Berbagai kebijakan penuh kontroversi dan tidak populer berani digulirkan Risma demi satu kepentingan: masa depan Surabaya. Meskipun menyulut perlawanan politik dan ancaman dari pihak-pihak yang tak sepakat, Risma tidak gentar. Risma boleh saja tidak terlalu dikenal di media, tetapi masyarakat Surabaya akan mengenangnya sebagai pemimpin hebat.
Buku ini juga memaparkan jejak Basuki Tjahaja Purnama, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Bima Arya Sugiarto, dan Abdullah Azwar Anas. Pemimpin seperti mereka tetaplah manusia biasa yang terkadang khilaf, rakyat tetap perlu bersikap kritis dan melakukan kontrol berbasis kemaslahatan.

                                                                          —————————- *** ——————————-

Rate this article!
Tags: