Kisah Asal Usul Merpati di Ndalem Kasepuhan PPBU Tambak Beras Jombang

Burung-burung merpati di Ndalem Kasepuhan PPBU Tambak Beras, Jombang. Burung merpati itu berasal dari Mekah, hadiah dari Raja Ibnu Sa’ud. [arif yulianto]

Hadiah Raja Arab Saudi untuk Mbah Wahab yang Diambil dari Pegunungan Hira’
Kab Jombang, Bhirawa
Ada yang menarik ketika kita mengunjungi Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambak Beras, Jombang. Tepatnya saat kita berada di Ndalem Kasepuhan PPBU Tambak Beras yang merupakan kediaman Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Abdul Wahab Chasbullah atau Mbah Wahab. Apa itu?.
Di Ndalem Kasepuhan PPBU Tambak Beras ini, terdapat ratusan ekor burung merpati yang tampak bebas tinggal. Seperti pada, Sabtu (12/4) lalu, saat Bhirawa berkesempatan mengunjungi Ndalem Kasepuhan PPBU Tambak Beras, burung-burung merpati tersebut ada yang hinggap di pohon mangga di depan Ndalem Kasepuhan, ada pula yang hinggap di genting maupun di dalam pagupon atau rumah burung merpati di atas Ndalem Kasepuhan.
Keberadaan burung merpati di Ndalem Kasepuhan PPBU Tambak Beras, Jombang ini memiliki kisah yang menarik. Burung merpati ini asalnya merupakan pemberian atau hadiah dari Raja Ibnu Sa’ud untuk Kiai Abdul Wahab Chasbullah.
Raja Ibnu Sa’ud merupakan Raja yang memerintah Arab Saudi (Hijaz) saat Komite Hijaz yang dipimpin Kiai Abdul Wahab Chasbullah datang ke Hijaz pada 1926 dalam misi melobi Raja Ibnu Sau’ud agar makam Nabi Muhammad SAW tidak digusur.
“Selain itu, beliau (Mbah Wahab) juga memperjuangkan kepada raja agar, bagi orang yang bermadzhab Maliki, Syafi’i, Hambali maupun Hanafi, orang Islam yang melakukan ibadah di Ka’bah dan Madinah tidak dilarang. Itu yang penting dari perjuangan Mbah Wahab membentuk Komite Hijaz,” tutur Pengasuh PPBU Tambak Beras, Jombang, KH Hasib Wahab.
KH Hasib Wahab yang juga merupakan putra KH Wahab Chasbullah itu menambahkan, Komite Hijaz merupakan tim yang terbentuk dari kesepakatan para ulama Islam di Pulau Jawa untuk memperjuangkan agar makam Nabi Muhammad SAW tidak digusur dan juga memperjuangkan agar umat Islam bermadzhab Maliki, Syafi’i, Hambali, maupun Hanafi tidak dilarang beribadah di Mekkah dan Madinah, terutama saat ibadah haji.
“Alhamdulillah berhasil, Komite Hijaz dikabulkan. Ada sebagian yang tidak dikabulkan, tapi sebagian besar dikabulkan,” kata KH Hasib Wahab.
Kisah burung merpati di Ndalem Kasepuhan PPBU Tambak Beras, Jombang ini juga sudah ditulis di Buku Tambak Beras edisi ketiga yang ditulis oleh Tim Sejarah Tambak Beras. Pada buku ini dituliskan, dalam sebuah kesempatan, KH Wahab Chasbullah diajak Raja Saud tawaf keliling Ka’bah.
Mbah Wahab kemudian berhenti di depan Ka’bah. Sambil menenteng ‘Terbang Hadrah’, Mbah Wahab memohon kepada Raja Saud bersama 3 penasehat, seorang menteri dan seorang sekretaris yang mendampinginya untuk berhenti sebentar. Tidak ada yang mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Mbah Wahab.
Setelah semua rombongan berhenti sejenak di depan Ka’bah, tiba-tiba terdengar suara keras Kiai Wahab menyebut nama Allah, sambil melemparkan ‘Terbang Hadrah’ ke atas. Saat itu dalam hati, Kiai Wahab memohon kepada Allah ‘Ya Allah, jika engkau ridloi atas semua tujuanku ini, maka bunyikanlah ‘Terbang Hadrah’ ini, dan bilamana tidak, maka biarkan dia terdiam’.
Seiring ‘Terbang Hadrah’ melayang, tidak ada suara yang mengikutinya, akan tetapi, keajaiban terjadi ketika ‘Terbang Hadrah’ mulai turun ke bawah. Gema suara seperti orang memainkan ‘Hadrah’ nyaring terdengar ke semua penjuru masjid. Mereka yang tawaf pun berhenti, melihat sekeliling mencari sumber suara, Kiai Wahab mendongakkan ke atas sambil berucap ‘alhamdulillah’, kemudian menangkap ‘Terbang Hadrah’ yang sudah mendekati tangan Mbah Wahab.
Peristiwa itu membuat Raja Saud menjadi terkejut dan bingung. Selang beberapa hari menjelang Kiai Wahab Chasbullah pulang kembali ke tanah Jawa, Kiai Wahab dipanggil raja dan kemudian diberi hadiah 2 ekor burung dara (merpati) yang diambilkan dari pegunungan Hira’ sebagai kenang-kenangan.
“Ketika itu masuk akal juga ketika di bawah ke Jawa melalui kapal laut, ketika itu ‘ndak’ ada kapal udara,” kata KH Hasib Wahab.
Sesampai di tanah Jawa, dua ekor merpati hadiah dari Raja Hijaz tersebut dipelihara oleh Mbah Wahab, dan tetap lestari serta berkembang hingga saat ini.
“Dan yang saya tahu persis ketika di Jawa itu ada wabah, semua anak kecil terserang cacar, ada pandemilah, di keluarga Tambak Beras dan sekitarnya, alhamdulillah dengan adanya merpati yang kita kasih sedekah tiap makanannya dan sebagainya itu, saya dapat cerita dari beliau (Mbah Wahab) bahwa merpati itu tolak balak,” beber KH Hasib Wahab.
Burung Merpati hadiah dari Raja Hijaz untuk Mbah Wahab ini kemudian beranak pinak dan berkembang hingga ratusan ekor. Bahkan menurut KH Hasib Wahab, banyak kiai-kiai sabahat Mbah Wahab yang meminta beberapa ekor untuk kemudian di bawa ke pesantrennya. “Ada yang di Darul Ulum, ada yang di luar Jawa. Karena merpati ini istimewa, dari Mekah,” pungkasnya. [arif yulianto]

Tags: