Kisah Hidup dan Keteladanan Syekh Abdul Qadir Jailani

Judul Buku : Ngalap Berkah Karomah Syekh Abdul Qadir Jailani
Penulis : A. Bisri Maulana
Penerbit : Araska
Cetakan : I, 2021
Tebal : 252 halaman
ISBN : 978-623-7910-93-0
Peresensi : Sam Edy Yuswanto
Penulis lepas mukim di Kebumen.
Membaca kisah para kekasih Allah atau kerap disebut “waliyullah” memang menarik dan banyak hikmah atau pelajaran berharga yang bisa kita ambil darinya.

Syekh Abdul Qadir Jailani misalnya. Beliau termasuk salah satu sosok yang selama ini dikenal publik sebagai wali yang memiliki banyak keistimewaan.

Dalam buku ini diungkap, Syekh Abdul Qadir Jailani merupakan sosok tokoh dan pemimpin wali yang lahir di akhir abad 5 H atau 11 M, tepatnya pada 1 Ramadhan 1077 M, di Iran yang dulu bernama Persia. Sesuai dengan namanya, daerah yang menjadi tempat kelahiran Syekh Abdul Qadir bernama Gilan atau Jilan yang lokasinya berada di sebelah selatan Laut Kaspia (sekarang masuk provinsi Mazandaran). Dalam perkembangannya, Jilan atau Gilan kemudian menjadi provinsi sendiri. Sebagai provinsi, Jilan berada di bagian utara Iran, dengan Rasht sebagai ibu kotanya (Muhibuddin, 2018:11).

Beliau tumbuh dan berkembang sebagai pemimpin wali yang namanya masyhur hingga hari ini. Di dunia Islam, nama beliau sudah tidak asing lagi, terutama bagi mereka yang mengikuti tasawuf atau tarekat. Di dalam tawasul, pasti tidak pernah mengabaikan nama besar Syekh Abdul Qadir (halaman 13).

Kita tentu dapat memaklumi bahwa yang namanya waliyullah atau kekasih Allah itu memiliki sederet keistimewaan. Begitu juga dengan sosok Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam buku ini dijelaskan, sebagai seorang wali, Syekh Abdul Qadir dianugerahi oleh Allah banyak keistimewaan. Mengenai keistimewaan Syekh Abdul Qadir dari Allah, baik ketika beliau belum lahir maupun sudah lahir ke dunia ini, bisa dibaca di dalam kitab-kitab manaqib beliau.

Syekh Abdul Qadir Jailani merupakan sosok yang selain menyebarkan ilmu, mencerdaskan masyarakat, bersikap zuhud, juga aktif berdakwah mengislamkan banyak orang. Ibadahnya kepada Allah, baik saat masih menjadi santri maupun ketika sudah menjadi ulama di masyarakat, tidak pernah surut. Hati dan perhatiannya tidak pernah berpaling dari Allah. Beliau dalam dakwahnya juga sering menolong masyarakat yang sangat membutuhkan (halaman 42).

Setiap orang, saya yakin membutuhkan nasihat dan motivasi hidup. Perihal nasihat, kita tentu sangat perlu untuk meminta atau mengambil nasihat-nasihat bijak dari mereka yang selama ini dikenal memiliki kedekatan dengan Allah dan dikaruniai beragam ilmu agama yang luas. Seperti para ulama dan waliyullah.

Bisri Maulana dalam buku ini mengungkapkan, nasihat seorang wali juga merupakan petunjuk hidup. Sebagai hamba yang menjadi kekasih Allah, para wali telah dilimpahi oleh Allah kekuatan untuk membawa cahaya terang bagi umat manusia. Bahkan bagi Jalaluddin Rumi, para wali itu seperti Malaikat Israfil yang meniupkan jiwa kepada orang mati.

Dalam hal ini, Rumi menjelaskan bahwa mereka yang telah meninggal dunia meninggalkan diri sendiri dan hidup kembali dengan (cahaya) Allah. Para wali itu, telah melebur dan larut ke dalam cinta Ilahi sedemikian rupa, sehingga mereka mendengar dan melihat melalui Allah; kedekatan mereka dengan cinta Allah membawa mereka pada puncak kesadaran bahwa telinga dan mata mereka sejatinya adalah telinga dan matanya Allah; bahkan dirinya sendiri tidak lain melainkan sekadar bayangan dari wujud Allah. Semua sifat yang dipegang dan dintunjukkan oleh para wali karenanya adalah sifat-sifat Ilahiyah (halaman 139).

Salah satu ajaran atau nasihat bijak dari Syekh Abdul Qadir adalah terkait pentingnya mengendalikan hawa nafsu. Sebagaimana diuraikan dalam buku ini bahwa yang senantiasa ditegaskan oleh Syekh Abdul Qadir dalam nasihat-nasihat sufismenya adalah pentingnya seseorang mengendalikan hawa nafsu. Dengan mengendalikan nafsu duniawi atau nafsu wadag seseorang bisa mencapai akhlak Ilahiyah; nilai-nilai moral ketuhanan. Seorang wali sesungguhnya orang yang telah mampu mencapai akhlak Ilahiyah ini. Dikatakan oleh Syekh Abdul Qadir bahwa konsekuensi logis dari maqam kewalian adalah berakhlak dengan akhlak Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah”.

Kisah hidup Syekh Abdul Qadir Jailani dalam buku ini penting dibaca oleh umat Islam karena banyak hikmah atau pelajaran berharga yang bisa kita petik darinya. Wallahu a’lam bish-shawaab.

——– *** ———

Tags: