Kisah Inspiratif Anak Muda Sukses Berbisnis

Buku  Aku Tidak Mau Kaya Tetapi Harus Kaya Sebelum Umur 20 TahunJudul Buku  : Aku Tidak Mau Kaya Tetapi Harus Kaya Sebelum Umur 20 Tahun
Penulis  : John Afifi
Penerbit  : FlashBooks
Cetakan  : I, 2015
Tebal  : 200 halaman
ISBN  : 978-602-296-104-8
Peresensi  : HENDRA SUGIANTORO
Pegiat Pena Profetik Yogyakarta

Di tengah ketatnya kompetisi kerja, ada anak muda yang memilih menjadi wirausaha, bahkan menciptakan lapangan kerja (job creator). Ikhtiar ini perlu diapresiasi. Dengan berbisnis, anak-anak muda yang diprofilkan dalam buku ini diharapkan dapat memotivasi dan menginspirasi anak-anak muda di negeri ini.
Sebut misalnya Anggara Kasih Nugroho Jati. Anak muda kelahiran 25 September 1984 ini terbiasa berbisnis sejak masih sekolah. Saat SMA, ia sempat berjualan aksesori sepeda motor. Ketika kuliah, dia berjualan banyak barang, seperti baju, jaket, topi, dan aksesori lainnya. Dari semua bisnis kecil-kecilan yang dijalankannya, Anggara bisa memiliki tabungan sebesar Rp. 50.000.000,00. Dari modal sebesar itu dan berawal dari suka mencicipi bakso, Anggara berpikir untuk menciptakan bakso yang berbeda dari bakso pada umumnya. Terpikirlah ide dalam benaknya untuk menciptakan bakso dengan daging kepala sapi. Daging itu dipilih karena enak dikonsumsi dan kandungan lemaknya lebih rendah sehingga aman dikonsumsi siapa saja.   Anggara pun mendirikan warung bakso kepala sapi di Surabaya. Tak disangka, warung baksonya itu laris manis. Pertengahan tahun 2006, Anggara berhasil membuka cabang di luar Surabaya, tepatnya di kota Bogor. Karena bakso kepala sapinya banyak dibicarakan oleh pengusaha dari luar kota, maka banyak tawaran kerja sama yang mampir. Anggara lantas menerapkan sistem kemitraan untuk para pengusaha yang ingin bekerja sama dengannya. Cabang-cabang warung bakso kepala sapi pun kemudian banyak bermunculan di berbagai kota di Indonesia. Kini, omzet dari semua total cabangnya mencapai 1 miliar rupiah per tahun (hlm. 61-65).
Kisah Jafri S. Hut yang lahir pada tahun 1984 juga inspiratif. Dia menemukan minuman kesehatan aloesella pada usia 18 tahun karena terinspirasi dari banyaknya tanaman lidah buaya yang tumbuh di daerahnya, Pontianak, Kalimantan Barat. Dia berniat mengembangkan minuman kesehatan tersebut dan menjadikannya sebagai bisnis utama. Tanaman lidah buaya itu memang dijadikan komoditas penduduk setempat. Jafri mencoba melakukan inovasi setelah melakukan penelitian dan percobaan. Minuman aloesella mengandung multivitamin, terutama vitamin C dan antioksidan. Minuman ini bermanfaat untuk menormalkan tekanan darah, menurunkan berat badan, antiradikal bebas, dan sebagainya.
Karena berasal dari campuran lidah buaya dan bunga rosella, Jafri menamainya dengan aloesella. Dia pun mulai berbisnis minuman aloesella bersama rekan-rekannya dengan modal Rp. 1.000.000,00. Sambil berkuliah di Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjung Pura, Pontianak, Jafri mempromosikan produknya. Awalnya, dia merasa cukup sulit mencari pembeli. Namun, seiring berjalannya waktu, pembeli mudah didapatkan. Bahkan, tidak sedikit pembeli yang datang sendiri kepadanya karena ingin merasakan manfaat dari minuman aloesella.
Untuk mempromosikan minuman aloesella ke pasar yang lebih luas, Jafri juga rajin mengikuti berbagai pameran, seperti SMESCO pada tahun 2003, Pangan Nusa pada tahun 2004, Pameran Produk Indonesia pada tahun 2009, dan pameran pangan yang diadakan di Malaysia pada tahun 2009. Setelah rajin ikut pameran, penjualan minuman aloesella pun meledak. Tidak hanya di dalam negeri, melainkan sampai ke negeri-negeri tetangga. Kini, omzet Jafri dari penjualan minuman kesehatan aloesella tersebut mencapai ratusan juta, bahkan miliaran rupiah per tahun (hlm. 108-113).
Ada juga kisah Supriyadi Jaya yang harus mengalami cacat permanen akibat kecelakaan pada tahun 2005. Karena kondisinya itu, anak muda yang lahir pada tahun 1989 ini berbisnis di bidang peternakan. Selain mudah dikelola, bisnis tersebut menjanjikan karena permintaan hasil ternak selalu stabil setiap tahunnya. Pada tahun 2006, dia membeli 500 ekor ayam broiler. Keuntungan yang diperoleh terbilang lumayan.
Dalam waktu dua tahun, Supriyadi bisa memiliki tiga sentra peternakan yang masing-masing sudah ada tenaga kerjanya sendiri. Dia juga menjadi broker ayam broiler yang menyuplai rumah makan dan warung makan di daerah Surabaya dan sekitarnya. Pada tahun 2009, dia mendirikan CV. Jaya Broiler. Pada tahun 2012, omzetnya menembus 1,5 miliar rupiah. Kini, omzet bulanannya mencapai lebih dari 4 miliar rupiah (hlm. 121-124).
Buku ini juga mengisahkan 26 sosok anak muda lainnya, seperti Salman Aziz al-Syafdi yang sukses dengan bisnis waralaba warnet, Hamzah Izzulhaq yang sukses dengan jaringan bimbingan belajar, Agit Bambang Suswanto yang kreatif membuat sepatu kulit made in Indonesia, Nadya Syaib yang sukses menggerakkan roda ekonomi petani mawar, dan Ibnu Riyanto yang memiliki pusat grosir batik terbesar di Indonesia. Mereka sukses berbisnis saat usianya belum menginjak 20 tahun. Kebiasaan dan kunci sukses mereka selayaknya bisa menjadi inspirasi dan motivasi. Selamat membaca.

                                                                                                          ——————— *** ———————-

Tags: