Kisah Inspiratif Suwardi, Petarung MMA Asal Magetan

Bupati Magetan, Suprawoto, saat menerima Suwardi “Becak Lawu” di Graha Surya Magetan, Kamis (27/12/2018) [wardianto/bhirawa]

(Pernah Jualan Bakso di Madura, Pemulung di Sidoarjo dan Kuli di Jakarta) 

Kab Magetan, Bhirawa
Masa getir kehidupan Suwardi berubah drastis lewat ring octagon seni bela diri campuran Mixed Martial Arts (MMA). Sukses sabuk emas yang diraih sebagai juara kelas terbang MMA ditempuh dengan spirit melupakan masa lalu yang serba susah. Kini Suwardi pun telah menjadi orang sukses dan jadi jutawan berkat kerja kerasnya itu. Bagaimana kisahnya ?.
Kehidupan yang berliku, keras dan kejam pernah dilalui Suwardi yang dijuluki “‘Becak Lawu’ ini sebelum menjadi bintang di MMA. Berbagai pekerjaan kasar pernah dilakoninya demi menyambung hidupnya. Tapi dengan semangatnya yang ingin hidup lebih baik, ia jalani dengan ikhlas sambil tetap berusaha mencari lompatan kerja yang lebih baik.
“Saya tak ingin kembali lagi jadi orang susah sebagai penjual bakso keliling dan pemulung. Saya harus sukses dalam hidup dan kehidupan ini,” ujar pria kelahiran Desa Bogoarum, Kecamatan Plaosan, Magetan, 36 tahun silam ini saat ditemui di Graha Surya Magetan, Kamis (27/12).
Dia tak menyangka, ring octagon itu mengantarkan sukses yang diimpikannya. Dengan bekal seni pencak silat ‘Setia Hati’ yang ditekuni kala SMP di Magetan, Suwardi ditawari sebagai petarung MMA di Jakarta. “Dulunya, saya hanya sparing partner. Namun, ada pelatih yang melihat pukulan saya bagus, akhirnya saya ditawari jadi petarung,” kata pria yang bertinggi 165 cm dan berat 56 kg ini.
Dalam rentang waktu empat tahun sejak 2014, kesungguhan Suwardi sebagai petarung MMA terbukti nyata. Pria dengan tiga anak usia balita ini mengaku memiliki tabungan ratusan juta rupiah yang didapat dari arena ring octagon MMA. “Saya orangnya tidak tegaan. Saya bukan tukang gelut di masa muda,” ujar anak petani dari kaki Gunung Lawu ini.
Suwardi mengaku tetap memiliki rasa grogi bila bertarung dengan lawannya. Namun, mental juaranya selalu dimantabkan untuk memenangi pertarungan. “Saya selalu mengingat masa lalu yang buruk sebagai penjual bakso keliling di Madura. Lalu, sebagai pemulung di Sidoarjo dan kuli angkut pelabuhan di Jakarta. Saya tak ingin menjalani kehidupan getir itu lagi. Dan saya harus sukses memenangi pertarungan,” ujar Suwardi yang lulusan SMP Plaosan tahun 2000.
Nama “Becak Magetan” dipilih Suwardi sebagai pengingat untuk kendaraan tradisional becak yang masih bertahan di Plaosan, dan nama Magetan sebagai perlambang kota kabupaten kelahirannya.
Bupati Magetan, Suprawoto, mengaku bangga atas keberhasilan Suwardi yang dinilai telah mengangkat nama Magetan ke kancah dunia. “Inilah bukti bahwa keberhasilan itu tidak selalu didapat dari bangku sekolah. Banyak jalur lain yang bisa jadi jalan menuju sukses. Asal ada kesungguhan, seperti yang dijalani Mas Suwardi,” ungkap Suprawoto.
Pemkab Magetan, menurut bupati, bersiap memberi penghargaan yang pantas untuk Suwardi yang telah mengharumkan nama Magetan. “Semoga Suwardi bisa menjadi inspirasi pemuda-pemudah lain di Magetan. Berkat kerja keras dan kegigihannya, bisa meraih sukses,” katanya. [wardianto]

Tags: