Kisah Nenek Imah, Wanita Tua Tanpa Memiliki Dua Kaki di Situbondo

Nenek Imah saat dikunjungi Camat Kapongan Buchari dan Danramil Kapongan Kapten Marwito Wongkar untuk menyalurkan bantuan. [Sawawi]

Jual Camilan, Terasa Bahagia Setelah Hutangnya Dilunasi Camat dan Danramil
Kab Situbondo, Bhirawa
Untuk yang kesekian kalinya, Camat Kapongan, Buchari, beserta Danramil Kapongan, Kapten Marwito Wongkar, berkunjung ke rumah nenek Imah, wanita tua yang hidup tanpa memiliki dua kaki asal Desa Peleyan, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo. Dua pimpinan Muspika di Kecamatan Kapongan itu tak pernah padam untuk ikut meringankan beban hidup nenek Imah, yang setiap harinya harus berjualan camilan di SDN 2 Peleyan Situbondo.
Pagi itu, Nenek Imah seperti biasanya selepas sholat shubuh mempersiapkan perlengkapan berjualan camilan di sebuah SD Desa Peleyan. Mulai camilan manisan, jajanan ringan dan kerupuk ia siapkan. Nenek Imah, setiap hari selalu menyimpan stock barang jajanan anak anak dari hasil berhutang di sebuah toko milik Fuji Azize.
Sebelum barang yang ia jual belum habis, Nenek Imah tida kulakan di toko langganannya. “Baru mau habis, saya mendatangi toko milik Fuji Azize. Tapi itu tidak membayar lunas, melainkan berhutang dulu. Nanti kalau sudah punya uang baru saya lunasi,” aku Nenek Imah.
Semangat dan kegigihan yang dimiliki Nenek Imah layak untuk ditiru, terutama bagi warga yang memiliki tubuh normal. Pasalnya, Nenek Imah, yang tanpa memiliki dua kaki, tidak mau mengandalkan pemberian bantuan dari orang lain. Sebaliknya, kata Nenek Imah, ia harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dengan berjualan camilan dan jajanan ringan di SDN 2 Peleyan Situbondo. “Meski berjalan cukup jauh, saya tetap rutin berjualan. Saya tidak mau mengandalkan dari pemberian orang lain,” tutur Nenek Imah.
Kegiatan berjualan tersebut, terang Nenek Imah, sudah cukup lama ia jalani. Nenek Imah dikenal oleh masyarakat Desa setempat memiliki kegigihan dan semangat kerja yang tinggi. Tidak seperti warga yang mengalami keterbatasan kebanyakan, yang selalu menunggu hasil pemberian orang lain atau lebih memilih untuk mengemis. Selama berjualan tersebut, aku Nenek Imah, ternyata banyak orang yang tahu hingga kisahnya viral di dunia media sosial. “Banyak elemen yang datang kerumah untuk menyalurkan bantuan. Termasuk dari pejabat Pemkab, ada yang datang menyalurkan bantuan,” aku Nenenk Imah.
Nenek Imah kembali mengaku, Sabtu kemarin (31/8) kembali kedatangan dua pimpinan yang ada di Kecamatan Kapongan Yakni Camat Buchari dan Danramil Kapongan Kapten Marwito Wongkar yang di dampingi Kepala Desa Peleyan. Dimata Nenek Imah, dua pejabat Muspika tersebut sudah sangat sering berkunjung ke rumahnya untuk menyalurkan bantuan. Termasuk kadangkala, urai Nenek Imah, menyalurkan bantuan sembako dan kebutuhan pokok lainnya. “Yang sangat saya ingat, keduanya (Camat dan Danramil Kapongan, red), melunasi hutang hutang saya saat kulakan barang dagangan di toko Fuji Azize,” tandas Nenek Imah.
Keberpihakan kedua pejabat kepada nasibnya, lanjut Nenek Imah, tidak akan pernah ia lupakan selama ia masih hidup. Karena, dimata Nenek Imah, Camat dan Danramil sudah kerapkali mendatangi rumahnya untuk melihat keadaan serta perkembangan usaha kecil kecilan yang dijalani Nenek Imah. “Dengan lunasnya hutang saya di toko Fuji Azize, kini saya sudah sangat lega. Alhamdullah yang patut saya ucapkan,” urai Nenek Imah.
Masih kata Nenek Imah, adanya uluran tangan dari Camat dan Danramil Kapongan itu, dirinya patut untuk mengucapkan terima kasih atas semua perhatian dan bantuannya. Bahkan, Nenek Imah, berkali kali mengucapkan terima kasih atas kedatangan Camat dan Danramil di kediamannya yang berada di pelosok desa. “Terima kasih kepada bapak Camat Buchari dan bapak Danramil Marwito Wongkar atas uluran tangannya. Semoga amal kebaikannya selalu dibalas oleh Allah SWT,” pungkas Nenek Imah.
Sementara itu Camat Kapongan, Buchari mengakui ia setiap ada waktu senggang selalu menyempatkan diri mengunjungi keberadaan Nenek Imah, di kediamannya di Desa Peleyan Kecamatan Kapongan Situbondo. Tak hanya silaturrahmi, urai mantan Kepala Bidang Pengembangan Mutasi pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM (BKPSDM) Kabupaten Situbondo, ia juga menyalurkan bantuan meski tidak berjumlah besar. “Ya betul saya juga memberikan bantuan pelunasan hutang ke Toko Fuji Azize. Sehingga Nenek Imah tidak perlu lagi berhutang ke toko tersebut,” ujar Buchari.
Pria bersahaja itu menambahkan, dengan bantuan pelunasan hutang itu, uang yang saat ini dimiliki Nenek Imah selanjutnya bisa dipakai untuk modal berjualan makanan ringan di SDN 2 Peleyan Situbondp. Bantuan itu, tutur Buchari, diatasnamakan dari elemen Pemerintah Desa (Pemdes) untuk selanjutnya diterima Nenek Imah. Bagi Camat Bucahri, selama ia mampu dan bisa memberi bantuan akan selalu dilakukan tidak hanya kepada Nenek Imah yang tanpa memiliki dua kaki, kepada warga tak mampu yang lainnya akan ia lakukan hal yang sama. “Dengan saling berbagi semua akan terasa ringan,” tegas Buchari.
Danramil Kapongan Kapten Marwito Wongkar juga berpendapat senada dengan Camat Kapongan Buchari. Sebagai bagian dari jajaran Muspika Kecamatan Kapongan, ia bersama Camat Buchari selalu intens menyalurkan bantuan, dikala ada warga yang sangat membutuhkan uluran bantuan. Bagi Kapten Marwito Wongkar berbuat baik kepada sesama sangatlah dianjurkan oleh agama. “Kalau kita bisa membantu ya dilakukan. Meski tidak besar jumlahnya,” tandas pria yang akan segera memasuki purna tugas sebagai aparat TNI itu. [Sawawi]

Tags: