Judul Buku : Tanah Para Bandit
Penulis : Tere Liye
Penerbit/kota : PT Sabak Grip Nusantara/Depok-Jawa Barat
Tahun Terbit : 2023
Jumlah Halaman : 436 halaman
Ukuran Buku : 13,5 x 20 cm
Peresensi : Eliana Diah Safitri, Mahasiswa Universitas Peradaban
Bagi banyak orang kesan pertama yang di dapat ketika menemui kata bandit berarti penjahat. Dalam buku ke-7 dari serial aksi yang ditulis oleh Tere Liye ini menggambarkan seorang tokoh bernama Padma yang tinggal di sebuah Talang atau daerah terpencil dan berada di sebuah lembah dikelilingi oleh hutan lebat. Padma tinggal bersama kakeknya atau yang kerap disapa sebagai Abu Syik. Kehidupan seorang Padma tidak smudah kehidupan gadis berusia limabelas tahun pada umumnya yang akan diulik di bab-bab berikutnya.
Bab pertama pada buku ini menyuguhkan tema sebuah tempat rahasia yang Padma temukan saat dirinya telah dihukum oleh Abu Syik. Latar tempat pada bab ini, pembaca digiring untuk membayankan sebuah bukit dengan pemandangan talang berisi belasan rumah yang berjarak cukup jauh dan berada di lereng-lereng Bukit Barisan. Tentu di sini pembaca akan membayangkan tempat yang asri jauh dari keributan perkotaan. Padma menjadikan tempat tersebut sebagai pelarian saat ia menemui amukan dari Abu Syik.
Kehidupan di tslsng tersebut cukup berat untuk anak seusia Padma. Ia akan membantu Abu Syik untuk berkebun dan memasak makanan, tak lupa Padma juga harus membersihkan talang tempat tinggal mereka. Ditambah Abu Syik selalu memberikan Padma latihan-latihan fisik seperti berlari dengan dua ember di tangannya, berlatih jurus-jurus berkelahi, dan berlatih melompat dengan batu yang diikat di kedua kaki. Tanpa tahu apa tujuan Abu Syik memberinya latihan seperti itu, Padma hanya menjalaninya agar ia tidak terkena hukuman berupa pukulan yang kerap kali ia dapatkan.
Setelah bab ini pembaca seolah terus digiring untuk menerka-nerka tujuan dari latihan-latihan Padma dan siapa Abu Syik. Hingga diceritakan, suatu hari Padma bertemu dengan seorang anak laki-laki di tempat rahasianya. Padma yang tidak bernah berkomunikasi dengan anak seusianya merasa antusias dan mereka saling bertukar cerita. Anak laki-laki yang ternyata tinggal di talang sebelahnya itu menceritakan bagaimana kehidupannya yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Bahkan Padma baru mengetahui terdapat talang lain selain talang tempat tinggalnya, dikarenakan jarak yang cukup jauh. Dapat dibayangkan latar tempat yang sangat terpencil tersebut.
Di bab berikutnya menceritakan Padma yang tidak hanya berlatih beladiri, namun mulai dikenalkan dengan berbagai macam racun dari tumbuhan yang mematikan. Hingga tibalah Padma pada misi pertama yaitu membakar ribuan hektar lading ganja yang sukses dilakukan oleh Padma. Pembakaran lading ganja itu diketahui bertujuan untuk memusnahkan kegiatan ekspor dan kegiatan perdagangan illegal ganja yang tentu akan disebarluaskan ke seluruh negeri bahkan luar negeri. Abu Syik menjelaskan pada Padma bahwa perintah yang di dapat adalah perintah dari organisasi yang belum boleh diketahui oleh Padma.
Beberapa waktu kemudian, Padma kembali mendapatkan sebuah misi untuk menghentikan laju mobil-mobil besar yang di dalamnya terdapat ber ton-ton ganja. Dalam misi ini Padma beraksi bersama Abu Syik menghadang laju dua mobil truk bermuatan ganja, tiga mobil jeep dan tiga mobil polisi. Misi berhasil, dua mobil truk bermuatan ganja meledak dan 6 mobil lainnya terbakar da nada yang terjun ke jurang. Tidak lama setelah misi kedua berhasil, Abu Syik meninggal dunia. Padma telah sebatang kara. Abu Syik meninggalkan pesan agar Padma pergi ke kota dan menemui seseorang yang telah Abu Syik jelaskan, namun daripada menuruti Abu Syik, Padma lebih memilih jalannya sendiri untuk bebas.
Setelah itu, Padma tetap pergi ke kota, namun tidak meneumi orang yang Abu Syik tujukan. Padma memiliki cara yang unik untuk bertahan hidup, yaitu mencuri uang hasil dari penyuapan yang dilakukan oleh sebuah toko buku bajakan. Di saat waktu yang telah ditentukan, pemilik toko akan memberikan setoran uang untuk mengamankan barang dagangannya berupa buku-buku bajakan. Secara diam-diam Padma akan mengambil uang tersebut. Padma juga memilih untuk berkuliah, namun Padma tidak berkuliah sesuai prosedur sebagaimana mestinya. Ia tidak mendaftar dan hanya asal masuk di sebuah universitas dan duduk dengan tenang,
…’Aku hanya ingin belajar, menambah ilmu, menyerap pengetahuan sebanyak mungkin. Aku tidak membutuhkan ijazah, nilai, apalagi pengakuan betapa hebatnya bisa kuliah di sana..’ (Tere Liye, 2023: 145).
Dari kutipan tersebut, penulis seolah menyampaikan pesan moral lewat tokoh Padma, dimana sejatinya kuliah adalah ajang untuk mengasah dan menambah keterampilan, karena yang dibutuhkan setelahnya bukan lagi nilai maupun ijazah, tetapi keterampilan yang dimiliki.
Padma juga ditemukan dengan teman-teman yang memiliki kemampuan sepertti Nina sang hacker handal dan Sapti pemalsu dokumen penting yang sangat berbakat. Bersama teman-temannya Padma berhasil memecahkan satu persatu masalah yang melibatkan bandit-bandit kelas atas, hingga mereka bertemu dengan kelompok jiwa korsa. Sebuah kelompok di atas kelompok bandit yang telah Padma singkirkan. Lewat kejelian Padma dibantu oleh teman-teman yang memiliki kemampuan pada masing-masing bidang membawa Padma pada Sang Kaisar, raja yang sangat dihormati di kalangan para bandit. Hingga terjadilah pertarungan di antara mereka.
Novel Tanah Para Bandit ini seolah merupakan wujud kritik social terhadap kondisi saat ini, baik pemerintahan maupun seluruh elemen masyarakat. Dalam novel ini mengkritiki bagaimana kehidupan dalam tatanan yang kacau ketika dikuasai oleh oknum-oknum bandit tersebut, seolah pepatah uang adalah raja benar-benar ada dan diterapkan dalam novel ini. Seperti kata penulis
“..di sini, semua bisa diatur sepanjang ada uangnya. Yang bodoh bisa menjadi pintar sekerika. Yang tidak layak bisa segera memenuhi syarat. Yang bersalah bisa jadi benar. Yang bengkok bisa diluruskan”
Pembunuhan, narkoba, penyelundupan dan lain sebagainya adalah kejahatan yang akan dibenarkan, sepanjang ada uang.
———– *** ———-