Kisah Pilu Hendra, Penderita Lumpuh Layu Asal Situbondo

Hendra didampingi neneknya hanya bisa tiduran sepanjang hari karena menderita lumpuh layu dibagian kakinya. [sawawi]

21 Tahun Hanya Tiduran, Keluarga Berharap Ada Uluran Tangan dari Dermawan
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Di Kabupaten Situbondo, tepatnya di Kampung Lessong, Desa Sumberejo, Kecamatan Banyuputih, ada pemuda berusia 21 tahun yang memiliki kisah hidup sangat memprihatinkan. Dia adalah Hendra, yang divonis menderita penyakit lumpuh layu sejak kecil, sehingga tidak bisa beraktivitas seperti orang pada umumnya. Hingga kini, Hendra yang hidup bersama neneknya, Misyani (70 tahun) hanya bisa tiduran di atas kasur.
Pagi itu, di Desa Sumberejo yang berdekatan dengan kawasan Hutan Baluran Kabupaten Situbondo, ada seorang nenek bernama Misyani, duduk di teras rumahnya yang sangat sederhana. Misyani, hidup berdua dengan cucunya bernama Hendra, yang belakangan diketahui menderita penyakit lumpuh layu di bagian kakinya.
Meski telah renta, Misyani tetap telaten merawat cucunya. Mulai kebutuhan makan, mandi dan kebutuhan vital lainnya ia rela melakukannya. “Saya setiap hari ya seperti ini (merawat Hendra, red),” ujar Misyani dengan logat Bahasa Madura yang kental.
Misyani bersama cucu kesyangannnya tinggal disebuah gubuk sederhana. Misyani menceritakan, Hendra lahir sekitar tahun 1998 dan baru menempati Kampung Lessong sekitar 6 tahun silam. Sebelumnya ia lama hidup di kawasan Kampung Sodung di desa setempat. Kehidupan Hendra dan dirinya saat ini cukup memrihatinkan karena terhimpit kondisi ekonomi yang pas-pasan.
Meski tinggal bersebelahan dengan ayah Hendra, kondisi ekonominya tetap memprihatinkan. Hendra hanya bisa menggerakkan tubuh kurusnya tanpa mampu berbuat apa apa. Kondisi ini memang sudah lama alami dan baru beberapa tetangga dan kerabat terdekat yang peduli memberikan bantuan makanan sekadarnya,” terang Misyani.
Masih kata Misyani, sekitar 10 tahun yang lalu Hendra sempat menjalani perawatan medis di sebuah rumah sakit. Namun selang waktu yang lama, Hendra saat ini tidak mau dirawat karena mengaku pasrah atas kondisi tubuhnya yang semakin kurus. Menurut Misyani, belakangan juga ada beberapa komunitas yang datang untuk menyalurkan bantuan berupa makanan, sembako dan uang.
“Ya saya bersyukur masih ada yang datang memberikan bantuan. Bahkan ada juga bantuan dari perorangan serta pemerintah desa, koramil, polsek, perangkat kecamatan dan tim medis dari Puskesmas Banyuputih,” aku Misyani polos.
Di mata Misyani, ada yang patut ia sayangkan karena dari para dermawan itu tidak ada yang memahami kebutuhan pokok yang diinginkan Hendra dan dirinya sebagai pengasuh sehari-hari. Namun bagi Misyani hal itu tidak menjadi persoalan, karena yang terpenting bisa makan setiap hari sudah sangat ia syukuri bersama Hendra.
“Sebenarnya Hendra itu ingin bantuan sebuah kursi roda. Tetapi seperti tidak mungkin karena harga barang itu tergolong mahal. Semoga ada uluran tangan dari para dermawan yang akan saya terima. Apa pun itu yang diberikan akan saya terima sebagai bentuk syukur kami,” terang Misyani.
Orang tua Hendra, bernama Puji Budiyono (40) mengaku terus terang anak kandungnya itu sempat tinggal di Kampung Sodung sejak Hendra lahir. Karena lambat laun kondisi tubuhnya memprihatinkan, urai Puji Budiyono, anaknya ingin tinggal bersama neneknya, Misyani.
Kondisi keluarga Puji Budiyono semakin memrihatinkan karena ibu kandung Hendra meninggal dunia semasa umur 11 tahun. “Ya sejak kecil anak kami memang menderita lumpuh layu. Akibatnya tidak bisa duduk. Hendra telah ditinggal ibunya sejak berusia 11 tahun,” ungkap Puji Budiyono.
Puji Budiyono menambahkan, dirinya sangat berterimaksih kepada semua elemen yang telah menyalurkan bantuan demi kesembuhan anak kandungnya, Hendra. Puji juga sangat mengapresiasi peran dan keterlibatan semua pihak dan para relawan yang telah bahu membahu menyalurkan bantuan bagi kesembuhan Hendra. “Saya sangat berterimakasih atas bantuan dari semua kalangan yang telah berusaha membantu untuk kesembuhan penyakit Hendra,” terang Puji Budiyono.
Terpisah, M Andi seorang relawan asal Situbondo sempat mengunjungi kediaman Hendra dan mengakui kondisinya sangat memprihatinkan. Bagi M Andi, kondisi Hendra sangat membutuhkan bantuan dari para dermawan di Tanah Air. Andi juga merasa prihatin dan mengetuk hati para dermawan yang lain untuk peduli atas kondisi Hendra yang sekujur tubuhnya tidak bisa bergerak dan hanya tergolek diatas tempat tidur.
“Kami mengetuk hati para relawan kemanusiaan dari beberapa komunitas yang lain untuk bersama sama memberikan bantuan kepada Hedra dan neneknya, Misyani. Ini agar beban hidup mereka semakin ringan,” ajak M Andi.
Masih kata Andi, awalnya Hendra hanya tidur disebuah gubuk di luar rumah dikarenakan saat buang air kecil dan BAB selalu ditempat tidur. Setelah tahu kondisi ini, urai Andi, pihaknya bersama relawan yang lain memberikan sebuah bantuan pampers. Pihaknya kini juga berusaha untuk membelikan sebuah tempat tidur dan kipas angin agar tidur Hendra lebih nyenyak dibanding sebelumnya. “Didalam rumah nya cuacanya sangat panas. Makanya Hedra kalau tidur selalu minta diluar (disebuah gubuk),” imbuh Andi.
Muhammad Yunus, rekan M Andi mengaku langsung melakukan koordinasi dengan Bagian Kesra Kecamatan Banyuputih Situbondo untuk mengurus KK (Kartu Keluarga) dan KTP guna kepentingan pengajuan bantuan dari pemerintah.
Yunus memastikan, saat ini pihaknya sudah menyerahkan sepenuhnya kepada pihak desa dan pihak kecamatan, mengingat kondisi ekonomi Misyani tergolong kurang mampu. “Alhamdulillah, dengan banyaknya komunitas relawan yang membantu kini beban Misyani dan Hendra mulai sedikit berkurang,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: