Kisah Samsudi, Nelayan Situbondo yang Terombang-ambing di Laut Selama Lima Hari

Samsudi, nelayan asal Dusun Mimbo, Desa Sumberanyar, Kecamatan Banyuputih (tengah pakai sarung) disambut tangis histeris isteri dan kerabatnya, paska hilang selama lima hari ditelan ombak. [Sawawi]

Selamat Terdampar di Laut Sulawesi, Disambut Tangis Haru Keluarga dan Kerabat
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Nelayan asal Dusun Mimbo, Desa Sumberanyar, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo bernama Samsudi, memiliki kisah tragis dan tak mungkin bisa dilupakan seumur hidupnya. Betapa tidak, profesinya sebagai pencari ikan untuk memenuhi nafkah keluarganya berakhir dengan tangisan air mata. Tanpa disangka Samsudi terbawa ombak besar selama lima hari di tengah laut. Puncaknya Samsudi dikabarkan hilang, namun terakhir selamat terdampar di perairan laut Sulawesi.
Saat itu, seperti biasa Samsudi tiap Subuh berangkat mencari ikan di perairan laut Situbondo. Kadang dia berangkat mencari secara bersama-sama dengan nelayan lain, yang juga teman dekatnya. Pun juga demikian, kadang kala Samsudi berangkat mencari ikan dengan cukup sendirian. Entah bagaimana awal kisahnya, keluarganya mendadak heboh karena Samsudi tidak kunjung pulang setelah seharian mencari ikan.
Singkat cerita, setelah lima hari hilang dan ditemukan di perairan Sulawesi, Samsudi mengaku perahunya sempat tenggelam. Samsudi bercerita kala itu sangat takut untuk melanjutkan berlayar ke tengah laut. Sebab selain cuaca mendadak tidak bersahabat juga hujan turun lebat.
Sehingga perahu yang ia tumpangi berputar arah untuk kembali ke darat. Namun, terjangan ombak tidak bisa dilawan dan bahkan perahu Samsudi mulai karam. “Perahu yang saya naiki kala itu oleng. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk menahan perahu agar tidak tergerus ombak, namun perahu semakin tak seimbang,” ujar Samsudi.
Saat perahu itu terbalik, Samsudi belum menyerah. Dia mencoba untuk membalik perahu agar terus bisa dikemudikan. Namun ombak terus menerjang sehingga perahu tenggalam. Saat itulah, Samsudi mulai mengambil alat ikan agar badannya mengapung. Dia mengejar tempat ikan untuk di kaitkan ke tubuhnya. “Dengan cepat saya membuka tutup tempat ikan sebagai sebagai alat untuk mengapung,” ungkapnya.
Saat itu, tidak ada jam yang bisa dia lihat. Namun dia memperkirakan sekitar tengah malam. Nah, saat mengapung itulah dia pikirannya mulai tidak normal. Samsudi sudah pasrah bisa selamat atau tidak dari ancaman maut. “Ya yang ada dalam pikiran saya hanyalah terbitnya matahari. Itu agar bisa mendapatkan pertolongan dari nelayan lain. Atau ada perahu nelayan lain yang bisa kelihatan melintas,” ujarnya.
Malam pertama berlalu, pagi pun tiba. Hanya saja, harapan Samsudi tinggal angan belaka. Saat itu tidak ada satu perahu yang berlayar. Meski ada namun posisinya sangat jauh. Samsudi berteriak memanggil perahu yang dilihat namun yang dipanggil tidak mendengar. “Saat pagi saya melihat perahu berlayar, tapi jauh. Meskipun saya teriak tidak tetap mendengar,” kata Samsudi.
Di tengah suasana keputusasaan, Samsudi banyak membaca salawat dan dzikir serta membaca ayat Alquran. Semua amalan yang ia ketahui dibaca, seraya berdoa agar diberi keselamatan. “Ya semua amalan yang saya tahu di baca. Pokoknya semua surat-surat pendek yang hafal saya baca. Termasuk bacaan salawat nabi juga saya baca,” cerita Samsudi dengan tetesan air mata.
Dalam perjalanan di tengah laut, dia tidak mengetahui arah. Usaha yang dilakukan bapak tiga anak itu hanyalah keseimbangan dengan mengaitkan alat penangkap ikan agar tidak oleng. Samsudi tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga, namun kedua tangannya terus berenang memegang alat ikan. “Saya catat selama lima hari lima malam tidak pernah tidur terombang-ambing ditengah laut. Kalau ketiduran sebentar saja, saya yakin nyawa akan melayang,” ujar Samsudi.
Samsudi menceritakan selama di tengah laut, bayangan istri dan orang tua selalu datang. Apalagi wajah ketiga anaknya yang sedang menunggu pulang, terus datang menghantui. Perasaan bingung ditambah rasa lapar tidak sempat dia rasakan.
“Ya, yang paling saya ingat, dua anak yang masih kecil. Itu semua yang membuat saya yakin, akan selamat. Saya juga sempat merasakan ada ikan besar yang mendorong. Bayangan ikan berupa dua cahaya itu datang saat malam kelima,” ungkap Samsudi.
Setiba dipinggir laut, saya lalu turun dari alat ikan dan berjalan hingga daratan. Begitu tiba Samsudi berusaha duduk dipingir pantai hingga tak terasa sudah tertidur pulas. Saat mata terbuka, Samsudi melihat ada cahaya masuk dari sejumlah orang yang berdiri.
“Ketika saya bangun sudah banyak orang yang melihat. Saya hanya bisa menangis dan bersyukur karena masih diberi k eselamatan. Saya juga punya kesempatan untuk bertemu dengan keluarga di rumah,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: