Kisah Sukses Para Pekerja Keras

Nggak-Sekolah-Tinggi-Tapi-Kaya-Selangit-213x300Judul    : Nggak Sekolah Tinggi Tapi Kaya Selangit!
Penulis  : John Afifi
Penerbit  : Flash Books, Yogyakarta
Cetakan  : Pertama, Agustus 2014
Tebal    : 172 Halaman
ISBN    : 978-602-7968-88-2
Peresensi  : Untung Wahyudi
Lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya

Selama ini banyak yang beranggapan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh dan diselesaikan, maka peluang sukses semakin besar. Sehingga, banyak orang yang berburu ijazah dengan bersekolah setinggi-tingginya demi sebuah impian yang selama ini diidamkan; sukses dan kaya. Bahkan, tak jarang yang juga beranggapan bahwa menjadi orang kantoran, atau  Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu sudah sukses dalam hidupnya.
Padahal, anggapan itu tidak semuanya benar. Karena, jika kita mau membaca dan mendengar, di luar sana banyak orang sukses dan berhasil bukan karena ijazah atau pendidikannya yang tinggi. Tetapi, dengan kerja keras, kesabaran, serta keuletan dalam berusaha. Banyak orang yang bahkan SD saja tidak lulus, tetapi berhasil menjadi pengusaha yang sukses.
Buku Nggak Sekolah Tinggi Tapi Kaya Selangit karya John Afifi coba membantah anggapan-anggapan yang tidak selamanya benar itu. Buku ini memuat sejumlah kisah perjalanan hidup para miliarder Indonesia yang sukses dan memulainya dari nol.
Ada 24 orang sukses yang perjalanan hidupnya dalam meraih kesuksesan ditulis dalam buku ini. Meskipun ringkas, buku ini mampu merekam sejumlah perjalananan orang sukses yang ditulis dengan bahasa komunikatif. Andrie Wongso adalah salah seorang tokoh sukses yang dikupas dalam buku ini. Perjalanan hidup laki-laki yang sekarang dikenal sebagai motivator nomor satu di Indoensia ini mampu menggugah semangat kita untuk tidak pernah pesimis menghadapi hidup (halaman 89).
Andrie Wongso kecil termasuk anak yang putus sekolah. Ketika usianya 11 tahun ia terpaksa berhenti sekolah karena sekolah Mandarin tempatnya belajar ditutup. Selain itu, ia juga tidak mempunyai cukup biaya untuk pindah ke sekolah lain. Maka, Andrie hanya menyandang “gelar” Sekolah Dasar Tidak Tamat (SDTT). Namun, Andrie tidak putus asa. Ia tetap bersemangat dengan membantu orangtuanya berjualan kue keliling toko dan pasar. Semua dilakukannya demi menopang biaya hidup keluarga sehari-hari. Karena terus menerus hidup susah, setelah genap berusia 22 tahun, ia memutuskan untuk berangkat ke Jakarta demi mengubah nasib keluarganya. Saat itu, Andrie hanya memiliki satu tekad, yakni berani menghadapi tantangan apa pun di depan matanya.
Di Jakarta Andrie bekerja sebagai salesman produk sabun. Pekerjaan sales yang tidak terikat waktu ternyata cukup memberi Andrie kelonggaran. Sehingga, ia bisa memanfaatkan waktu luang untuk belajar kungfu. Andrie sangat mencintai kungfu yang menurut pandangannya bukan sekadar ilmu bela diri, tetapi juga mengandung nilai-nilai positif seperti kedisiplinan, tanggungjawab, serta komitmen. Sehingga, Andrie merasa bahwa jika ia ingin sukses harus bisa berdisiplin dan memiliki komitmen pada diri sendiri (halaman 90).
Kisah sukses lainnya yang tak kalah menarik adalah Alim Markus, pendiri Maspion Groups. Sejak remaja Alim sudah mengenal bisnis. Ia banyak membantu orangtuanya keluar-masuk toko menawarkan barang-barang hasil produksi, seperti panci, wajan, serta berbagai perabot rumah tangga lain yang terbuat dari aluminium. Sembari menawarkan barang, Alim juga bertemu dengan banyak pedagang dan mempelajari karakter barang yang diinginkan masing-masing dari mereka. Dari sinilah ia bisa mempelajari hal-hal yang tidak pernah diajarkan di sekolah.
Tekad Alim ini tentu saja membuat ia kehilangan banyak waktu di masa muda sehingga tidak bisa bermain seperti anak remaja pada umumnya. Demi merealisasikan tujuannya, Alim mengerahkan seluruh daya dan upaya sampai akhirnya usahanya membuahkan hasil. UD Logam Djawa milik ayahnya semula hanya bisa memproduksi beberapa lusin lampu teplok perhari. Namun, setelah Alim ikut terlibat dalam proses pemasaran, sekitar 300 lusin lampu teplok perhari dapat diproduksi setiap hari. pada 1971, Alim mengganti nama UD Logam Djawa menjadi Maspion yang hingga sekarang menjadi salah satu perusahaan besar dan sukses di Indonesia (halaman 43).
Masih banyak kisah sukses orang-orang yang tidak memiliki pendidikan tinggi namun sukses luar biasa dalam buku ini. Seperti Bob Sadino, pendiri supermarket Kem Chick dan PT Kem Food, Sukanto Tanoto pendiri PT Raja Garuda Mas, Djoko Susanto pendiri Minimarket Alfamart, Fauzi Saleh yang sukses sebagai pengembang perumahan elite Pesona Khayangan dan Pesona Depok, dan kisah-kisah sukses lainnya.
Buku 172 halaman ini sangat inspiratif serta menyadarkan kita bahwa sudah bukan waktunya meremehkan orang lain yang berpendidikan rendah. Karena, sekali lagi, kesuksesan itu ditentukan oleh kerja keras dan kerja cerdas, bukan dari selembar ijazah atau tingginya tingkat pendidikan seseorang. Dari buku ini kita bisa belajar tentang kegigihan, tanggungjawab, kerja keras dan komitmen untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

                                                       ————————- *** ————————–

Rate this article!
Tags: