Kisah Tentang Ketidakadilan Hukum di Amerika

Judul : The Innocent Man
Penulis : John Grisham
Penerjemah : Jonathan & Hanna Lesmana
Penerbit : Gramedia
Terbit : Maret 2019
Tebal : 456 halaman
ISBN : 978-979-227-018-1
Peresensi : Ratnani Latifah
Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Sebagai seorang detektif dan polisi sudah semestinya kita menyelidiki setiap kasus dengan teliti dan optimal. Karena hal itu menyangkut keadilan dan nyawan bagi seseorang. Dalam menyelidiki kasus kita tidak boleh serampangan atau menilai berdasarkan asusmi tanpa adanya bukti. Apalagi pada kasus pembunuhan, bukti konkrit sangat dibutuhkan untuk mendakwa pelakuknya. Namun bagaimana jika keadilan itu tidak lagi dipedulikan? Ketika keadilan sengaja disembunyikan, dengan dalih agar dianggap kompeten dalam menangani sebuah kasus.
Diambil dari kisah nyata, buku ini mengungkapkan tentang ketidakadilan para penegak hukum dalam mengadili sebuah kasus. Bagaimana hukum bergerak hanya berdasarkan asumsi semata tanpa adanya bukti kuat. Bahkan lebih para polisi dan detektif yang bertugas sengaja mengarahkan pikiran dan menekan korban agar mau mengakui kesalahan yang tidak pernah dibuat.
Kisah dimulai dengan adanya pembunuhan sadis di kota Ada, Oklahaman, Amerika Serikat. Pada tanggal 7 Desember 1982 Debbie Carter ditemukan tewas di apartemennya dengan keadaan yang memprihatinkan. Dan di dinding kanan, tercoret dengan cairan berwana merah bertuliskan, “Jim Smith akan mati berikutnya.” (hal 14). Kota Ada yang biasanya tenang tentu saja mendadak menjadi heboh. Detektif Dennis Smith dan Agen Rogers pun berusaha mengusut kasus tersebut. Apalagi kasus itu sudah menggemparkan kota dan menjadi pusat perhatian.
Mereka pun mendatangkan orang-orang yang sempat bertemu dengan Debbie sebelum kematian menjemputnya. Polisi mengumpulkan daftar 23 orang untuk diwawancarai. Berbagai cerita, petunjuk dan kumpulan karakter aneh masuk di kepolisian. Dari semua petunjuk itu entah kenapa polisi sangat tertarik dengan Ron Williamson, mantan altit bisbol untuk menyeretnya sebagai pelaku. Karena menurut polisi Ron memiliki banyak sekali cacatan buruk dan berkali-kali berurusan dengan polisi. Apalagi dari salah satu sakti mengatakan pernah melihat Ron. Detektif Smith dan agen polisi tidak memedulikan laporan saksi lain yang kebanyakan menyatakan tidak melihat Ron. Dari sekian orang yang ditanyai hanya Glen Gore yang mengarahkan kecurigaan kepada Ron.
Tanpa adanya bukti konkrit, hanya asumsi dan spekulasi, pihak kepolisan dan detektif langsung menimpahkan semua kesalahan itu kepada Ron dan terus menekan Ron agar mau mengakui semua perbuatannya. Membaca buku ini kita akan dibuat marah dan sebal dengan sikap detektif dan polisi yang terkesan bertindak sesuka hati dan semena-mena. Selain Ron, tersangka lain yang diciptakan polisi setempat adalah Dennis Fritz, hanya karena Dennis pernah mengenal Ron. Ini sungguh ironis dan menyebalkan. Meski Ron dan Dennis berupaya menunjukkan alibi yang akurat, pihak kepolisan sama sekali tidak peduli. Hingga akhirnya kebenaran itu terkuak, meski memakan waktu yang sangat lama.
Buku ini adalah gambaran ketidakadilan yang pernah terjadi di negeri adidaya dan bahkan saat ini masih dan sering terjadi di berbagai tempat. Tuduhan palsu, korupsi dan lain sebagainya. Bahwa orang-orang yang tidak memiliki cukup uang atau idak memiliki koneksi dengan orang-orang kuat, akan semakin mudah diseret dan dijadikan tumbal-menjadi orang yang disalahkan. Membaca buku ini membuat saya merasa kesal dan semakin hilang resepek dengan cara kerja polisi yang suka semena-mena.
Kisah ini memiliki pembukaan cerita yang menarik. Namun pada pertengahan bab, buku ini dibilang membosankan dan monoton. Namun ketika sudah mulai menginjak akhir cerita, kita akan merasakan keseruan kisahnya. Dilengkapi dengan foto-foto dari para pelaku cerita, kita seperti ikut dibawa masuk pada lingkaran cerita yang menyesakkan dan juga mengharukan. Ini adalah buku yang akan membuka rasa kemanusiaan kita dari ketidakadilan yang masih sering merajalela di mana-mana.

——— *** ———-

Tags: