KLH Situbondo Imbau Warga Pilah Sampah

Kepala KLH Kabupaten Situbondo, Muh. Imam Darmaji (kanan) bersama Bupati Dadang Wigiarto dan Wabup Yoyok Mulyadi, saat meninjau lokasi pengembangan taman penghijauan di Kecamatan Panji , baru-baru ini. [sawawi/bhirawa].

Kepala KLH Kabupaten Situbondo, Muh. Imam Darmaji (kanan) bersama Bupati Dadang Wigiarto dan Wabup Yoyok Mulyadi, saat meninjau lokasi pengembangan taman penghijauan di Kecamatan Panji , baru-baru ini. [sawawi/bhirawa].

Situbondo, Bhirawa
Upaya dan kerja keras Pemkab Situbondo, melalui Kantor Lingkungan Hidup (KLH) untuk mensukseskan pencapaian Piala Adipura tahun 2016, tidak main-main. Terbukti, selain menggaungkan program Jumat Bersih, lembaga yang kini dipimpin oleh Muh. Imam Darmaji itu juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memilah sampah organik dan non organik.
Langkah ini, tegas Imam, dilakukan secara bersama-sama dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) dalam pengolahan sampah. Imam berharap, tugas pengolahan sampah kedepan disatukan antara DCKTR dan KLH, sehingga tanggung jawab menjadi beban satu lembaga. Selain itu, kata mantan Kabag Organisasi itu, jika ada lomba adipura atau Kota Sehat, instansi yang bertanggung jawab dalam pengolahan sampah itu jelas.
Kata Imam, saat ini penanganan sampah di Kabupaten Situbondo terpecah yakni untuk sampah TPA, tukang sapu dan pertamanan ada di DCKTR. Sedangkan bagian lain, lanjut Imam, seperti pengaturan perubahan iklim dan bank sampah masuk dalam tupoksi KLH. “Sehingga pada saat terjadi persiapan untuk Adipura, seperti sekarang ini masih dipegang oleh dua lembaga. Memang KLH menjadi koordinatornya,” aku mantan Sekretaris Bapeda Kabupaten Situbondo itu.
Meski ada pemilahan tugas yang tegas, kata Imam, dalam tehnis pengolahan sampah bakal repot karena terpecah di dua instansi. Misalnya saja, urai Imam, untuk ditempat umum dijalan raya, itu yang memfasilitasi kebersihan dan sarana prasarananya masuk DCKTR. Tetapi didaerah-daerah khusus, seperti sekolah, SKPD dan tempat umum dan di alun-alun itu ditangani KLH.
“Jadi kalau terus sepert ini akan menyulitkan karena harus berkoordinasi di dua SKPD. Alangkah baiknya mumpung sekarang ada penyusunan organisasi yang baru di Pemkab Situbondo, meniru daerah daerah lain seperti Probolinggo, Banyuwangi dan Bondowoso, dimana pengolahan sampahnya ada di satu SKPD yakni BLH (Badan Lingkungan Hidup),” terang Imam.
Imam menyerahkan sepenuhnya kepada Bupati, apakah nanti KLH  akan dirubah menjadi Badan atau Dinas LH, termasuk siapa yang menjabat, sehingga dapat memudahkan tanggungjawab lembaga tersebut. Misalnya saja, aku Imam, tiba tiba piala Adipura terlepas, akan ada satu SKPD yang menangani  dan bertanggung jawab.
Sebaliknya, urai Imam, saat ini yang terjadi ada dua SKPD yang bertanggung jawab yakni KLH dan DCKTR sebagai pelaksana tehnis pengolahan sampah di Situbondo. “Sehingga kalau Adipura tidak behasil, ya dua SKPD ini yang bertanggungjawab. Ini karena masing-masing punya tugas dan beban kerja sendiri-sendiri,” papar Imam.
Agar adipura bisa diraih, kuncinya ada pada pengolahan sampah sebab bidang ini menjadi tren dan sampah menjadi masalah tersendiri  baik di Kota besar maupun kecil. Sebab dengan dengan semakin banyaknya penduduk, banyaknya kegiatan usaha dan banyaknya pembangunan, semua akan menghasilkan sampah.
Jika sampah itu tidak dikelola dengan baik, urai Imam, akan menimbulkan permasalahan tersendiri. “Sesuai UU Nomor 12 tahun 2009 tentang pengolahan sampah, diharapkan sampah warga yang masuk ke TPS tidak lebih dari 50 persen dari total yang dihasilkan masyarakat,” ungkap mantan Camat Kendit itu.
Imam menambahkan, agar Adipura berhasil diraih kembali Pemkab Situbondo, setidaknya 50 persen sampah harus dikelola dengan pola 3 R (Reus, Redeuce dan Recycle). Artinya, papar Imam, menggunakan barang barang sampah, memanfaatkan kembali barang barang yang bisa dimanfaatkan dan mengelola ulang sampah. Imam mencontohkan, jika bisa menggunakan gelas biasa, kenapa harus menggunakan gelas plastik yang biasanya sekali pakai dan langsung dibuang.
“Dahulu orang berbelanja terbiasa membawa keranjang sendiri, kenapa sekarang harus bawa plastik yang nanti akan dibuang. Jadi hal hal seperti ini harus kita budayakan kembali, sehingga sampah yang dihasilkan masyarakat jumlahnya akan terus mengecil,” pungkas Imam. [awi]

Tags: