Kolaborasi Tata Artistik jadi Ujian Kelulusan

Seni teater bertema Balkon garapan siswa SMKN 12 Surabaya ditampilkan dalam UKK di Taman Budaya Cak Durasim kemarin, Rabu (22/2). [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Cerita Ling-ling, Asep dan Togar mewarnai panggung seni teater di Taman Budaya Cak Durasim, Rabu (22/2). Mereka adalah tiga anak yang diperankan sebagai penghuni rumah susun. Suasana gembira tersirat kala mereka asyik bermain. Sayang, kegembiraan itu sirna ketika rusun mereka tiba-tiba digusur oleh pengembang.
Penggambaran cerita itu digarap dengan cukup rapi oleh Ridho Fajar, Sri Indah, Devita, Arshanela Nellya dan Fany Nuril. Kelimanya merupakan siswa SMKN 12 Surabaya yang kemarin mengikuti Uji Kompetensi Keahlian (UKK) sebagai syarat kelulusan.
“Sesuai dengan tugas dan program keahlian kita, pementasan ini lebih ditekankan pada tata artistik,” tutur Sri Indah ditemui usai menggelar pementasan bertema ‘Balkon’.
Persiapan menjalani UKK diakuinya cukup memakan waktu. Sebab, dalam satu pementasan mereka harus melakukan banyak hal. Mulai dari menganalisa sinopsis, membuat konsep panggung, konsep penampilan lakon, pencahayaan hingga maket diorama. “Sempat tiga kali ada revisi naskah sampai akhirnya persiapan itu murni dilakukan hanya sekitar dua minggu,” tutur Sri Indah.
Dalam membuat konsep panggung, Sri dan teman-temannya lebih memilih menggunakan barang bekas sebagai properti. Misalnya kaleng bekas makanan dan atap galvalum sisa-sisa pembangunan di sekolah. “Jadi biayanya irit, cuma nambah beli cat saja. Kostum juga kita gunakan konsep padu padan. Jadi pakai baju yang kita miliki tapi disesuaikan dengan alur ceritanya,” terang dia.
Ketua Jurusan Seni Teater SMKN 12 Surabaya Harwi Mardianto menjelaskan, dalam UKK seni teater ini dibagi dalam 11 kelompok. Setiap kelompok mendapat tugas dalam bentuk tema dan sinopsis cerita dari Kemendikbud. “Jadi soalnya sudah paten dari pusat. Kita menguji bersama dengan asesor dari luar,” kata dia.
Para penguji disebutnya dari Teater Proklamator Blitar dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Yogyakarta. “Dalam seni teater ada dua konsentrasi. Pertama tata artistik, kedua pemeranan,” kata dia.
Dalam UKK tata artistik, ada empat hal yang akan dinilai. Diantaranya ialah tata rias, tata busana, tata panggung, tata cahaya dan tata suara. Sementara untuk lakon, diperankan oleh adik kelas yang dipilih oleh kelompok.
“Yang paling sering terjadi kekeliuran adalah tata panggung dan pemilihan properti. Karena sebenarnya penata artistik itu harus pintar menghitung dan mengukur. Karena mereka juga harus membuat maket,” kata dia.
Harwi menuturkan, hingga saat ini sekolah masih mengandalkan UKK sebagai syarat kelulusan SMK lantaran dalam rumpun kesenian belum ada Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Karena itu, pihaknya berharap pemerintah segera mengupayakan adanya sertifikasi bagi lulusan SMK seni agar lebih diakui di dunia industri.
“Di Indonesia ini tidak ada satu pun LSP seni. Padahal asesornya sudah banyak,” kata dia.
Kabid Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Jatim Dr Hudiyono menuturkan, proses pendirian LSP-P1 kesenian akan segera diusulkan. Targetnya, tahun ini akan rampung dimiliki oleh Jatim. “Kita sudah memiliki LSP-P2 sehingga lebih mudah untuk membentuk LSP-P1. Apalagi skemanya sudah ada asesornya juga sudah ada,” kata dia. Untuk Tempat Uji Kompetensi (TUK) seni, lanjut Hudiyono, SMKN 12 dan kantor Dindik Jatim di Jagir bisa dimanfaatkan. [tam]

Tags: