Kolektor dan Seniman Pamer Batu Akik dan Keris

Suasana acara pameran benda pusaka dan batu akik serta pertunjukkan seni dan dialog budaya yang digelar di Candi Songgoriti Kota Batu, Rabu (22/4).

Suasana acara pameran benda pusaka dan batu akik serta pertunjukkan seni dan dialog budaya yang digelar di Candi Songgoriti Kota Batu, Rabu (22/4).

Batu,Bhirawa
Sebagai Kota Wisata, Batu menjadi ‘jujugan’ atau tujuan dari para seniman dan budayawan dalam mengekplorasikan inpirasinya. Termasuk para kolektor barang antik seperti keris maupun batu akik yang kini sedang ‘booming’. Rabu (22/4), mereka menggelar dialog budaya dan pameran benda pusaka dan batu akik yang bertempat di kompleks Candi Songgoriti Kota Batu.
Sejak pagi, para kolektor benda pusaka dan batu akik sudah memajang (memamerkan) koleksinya di stan-stan yang tersedia. Salah satu kolektor benda pusaka asal Jakarta, Nugroho, memamerkan beberapa benda pusaka seperti keris,rencong, stiki dan tasbih. “Hampir semua pusaka ini sudah berumur sekitar 500 tahun. Seperti keris Pemenang Jagat, keris Gunung Drajat, keris Blasak Sinerek, dan keris Tilam Upe,”ujar Nugroho, Rabu (22/4).
Ia mengaku sejak lahir sudah menggandrungi benda-benda pusaka. Karena keluarganya yang asli dari Jogjakarta juga memiliki hobbi mengoleksi benda pusaka. “Ada sekitar 100 lebih benda pusaka yang ada di rumah. Ada juga beberapa pusaka yang diminta dan dibawa oleh saudara-saudara saya,”tambah Nugroho yang mengaku jika keluarganya masih keturunan dari Hameng Kubuwono III (Raja Jogjakarta ke III).
Selain stan benda pusaka, beberapa stan yang memamerkan batu akik dan beberapa batu mulia lain juga banyak mendapatkan perhatian pengunjung. Salah satunya, stan milik Imam Suja’i, kolektor batu akik dan batu permata dari Kota Malang. Selain berbagai jenis batu akik seperti petruk Kalimantan dan bulu macan, Imam juga memiliki batu-batu lain yang memiliki keunikan khusus.
Salah satu batu unik yang dipamerkan adalah Batu Yaman.  Secara kasat mata batu ini memiliki motif angka 8. Namun ketika dipotret/difoto dengan kamera, maka dalam foto yang dihasilkan akan muncul lukisan abstrak seorang wanita yang sedang menyusui anaknya. Iapun memberi kesempatan kepada pengunjung untuk memotret sendiri batu tersebut dan melihat sendiri hasilnya.
Selain pameran benda pusaka dan batu akik, panitia juga menggelar dialog budaya yang diikuti oleh para budayawan dari Malang Raya. Dialog ini bertujuan untuk mencari langkah-langkah agar budaya tradisonal seperti tari tidak hilang ditelan jaman. Dan dalam kesempatan itu, para seniman tari juga berkesempatan untuk menunjukkan beberapa tarian kepada para pengunjung.
“Untuk besok (hari ini-red) juga akan ada lomba melukis dan mewarna untuk siswa sekolah. Hal ini bertujuan agar anak-anak lebih termotifasi untuk datang ke acara seni dan budaya ini,”ujar ketua panitia acara dialog budaya, M.Aziz. [nas]

Tags: